31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Catatan Harian Sugi Lanus: Bisnis Lontar

Sugi LanusbySugi Lanus
February 2, 2018
inEsai

Aktivitas menjemur "kertas lontar"

82
SHARES

 

SAHABAT saya bisnisnya menjual lontar. Lontar yang dijual adalah lontar kosong. Jadi mirip penjual buku kosong, bukan buku bacaan. Juga menjual/menyediakan pangrupak (pisau tulis) dan perlengkapan bantal menulis lontar. Rumahnya pun mirip toko penjual buku tulis dan alat tulis.

Sahabat satu lagi membuka lapak menjual lontar di sebelah rumahnya di Desa Tenganan. Lontar yang dijual berupa lontar prasi, lontar bergambar. Gambarnya, dari yang sekedar drawing dekoratif pewayangan sederhana, cukilan wariga, sampai lembar-lembar perjalanan hidup dan kematian Sang Lubdaka yang diambil dari naskah Siwalatri Kalpa. Jadi lapaknya mirip penjual lukisan dekoratif sebagaimana kita bisa temukan di pasar seni Sukawati atau Kumbasari.

Lebih besar lagi ‘pelaku usaha’ lontar lain adalah sahabat saya yang sudah 40 tahun membuat daun lontar jadi ‘kertas lontar’. Hidupnya berjalan seiring perjalanan musim lontar: Memetik daun-daun lontar di kebun dan tepian pantai di timur pulau Bali, membawanya pulang, memotong dan membentuknya jadi lebih tersusun, memasak dan menjemur, memproses sampai matang dengan berbagai ramuan, menjepit berbulan-bulan sampai betul-betul menjadi lembar ideal ‘kertas lontar’ yang berkualitas dijadikan lembar menulis.

Modal yang diputar sampai sekitar Rp 50 juta. Hidup dan nafas keluarganya tak lepas dari sastra dan lontar. Rp 50 juta yang diputar itu menyangga kehidupannya yang penuh ketabahan menjalani hidup merawat tradisi baca dan tembang, serta interpretasi. Tiada terhitung sudah ratusan mahasiswa master dan PhD datang dari berbagai negeri diberi arahan dan masukan, bahkan tidak jarang dibantu menyalinkan berbagai lontar. Sahabat sepuh ini saya yakin adalah pembaca lontar terbanyak di dunia.

Ketiga sahabat itu orangnya sangat bersahaja. Tidak ada guratan wajahnya menunjukkan mereka ini ingin kaya dari lontar. Hidupnya seperti pelayan kuil yang memberikan kesempatan setiap orang yang mendekat dengannya bisa mencicipi ‘dunia lontar’. Ketiganya tidak mencari untung berlebih. Sekedar bisa membayar anak sekolah dan bertahan makan seadanya. Ketiganya, buat saya, adalah sosok ‘pahlawan literasi’ yang memperpanjang denyut tradisi lontar.

Tiga sosok ini membuat saya kagum. Hidup dijalani dengan sungguh. Tanpa keraguan. Tanpa penyesalan. Tidak banyak keluhan. Tidak punya akun sosial media, sehingga tidak sekalipun umbar status galau, serta tidak tersentuh dan tidak bergeming dengan sengkarut media sosial dan lain-lain.

Di samping ketiga sosok sahabat saya ini, sesungguhnya masih banyak sosok lain yang juga ‘bisnis lontar’. Namun, ini bukan bisnis sebagaimana halnya bisnis yang meraup untung berjuta atau beratus juta, ini lebih merupakan pilihan dan kecintaan pada dunia lontar. Mereka itu seperti: Para tukang tulis awig-awig desa pakraman’ yang sehari-hari menyalin awig-awig beraksara latin menjadi format lontar, berhuruf Bali dan ditulis di atas daun lontar.

Hidupnya lebih menyerupai ngayah dan pengabdian dibandingkan ‘bisnis’. Demikian juga para seniman lontar prasi yang bertahan hidup di beberapa wilayah di Karangasem. Sama halnya dengan pengerajin ukir dan penenun, hidupnya adalah kerja-kerja-kerja yang jauh dari hiruk-pikuk gemerlap gemerincing pelipat gandaan uang.

Buat saya mereka punya andil besar memperpanjang nafas tradisi tulis dan bahasa Bali. Tanpa banyak pidato, mereka penjaga tradisi aksara dan penulisan lontar di garda depan.

Melihat para ‘pekerja lontar’ tersebut, yang saya sebutkan di atas, saya sering berpikir:

1). Kita semestinya mensupport mereka dengan memesan ‘kertas lontar’ sebanyaknya dan kita bagikan untuk anak-anak sekolah untuk belajar atau mencoba menulis lontar. Seperti halnya seni ukir kayu atau pasir, serta paras, lembar lontar-lontar kosong itu adalah bahan untuk berlatih. Anak-anak semasa bersekolah akan bagus sekali punya kesempatan mencoba menulis atau membuat prasi, dan dengan sendirinya pemesanan ini akan membuat para pembuat/penyedian lontar bisa mendapat pesanan dan tradisi membuat ‘kertas-lembar lontar’ ini bertahan.

2). Jika kita punya uang lebih — dibanding gonta-ganti HP terbaru — penting memesan secakep dua cakep lontar buat koleksi keluarga. Ditaruh pajang di ruang tamu sebagai mana layaknya buku atau koleksi patung atau lukis, sehingga anak-anak terbiasa melihat lontar sebagai ‘buku Bali’ yang ditulis dengan kesabaran, keindahan, dan bisa bercermin bahwa Bali punya tradisi panjang sampai awal abad masehi yang akarnya dari aksara Pre-Negari, setidaknya tahu bahwa Bali telah punya kegandrungan literasi semenjak zaman raja-raja Gelgel.

3). Sekolah-sekolah bisa membuat atau melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan mereka dengan koleksi lontar. Ini bisa dilakukan dengan menyalin lontar-lontar koleksi Gedong Kirtya, Pusat Dokumentasi Bali, atau koleksi milik warga (orang tua siswa) sehingga perpustakaan sekolah minimal punya sebiji sampai 10 cakep lontar yang bisa dipajang dan bisa dibaca di masing-masing perpustakaan sekolah di seluruh Bali. Banyak sekali sumber dana pengadaan dan peningkatan kualitas sekolah membuka peluang pengadaan naskah lontar ini. Ini sangat mungkin. Kalaupun tidak banyak tersedia dana, bisa mengkoleksi karya-karya lontar yang ditulis siswa sekolah bersangkutan yang menjadi pemenang lomba ‘nyurat lontar’.

4). Minimal, kalau tidak bisa di tiap sekolah, sebagaimana perpustakaan yang perlu hadir di setiap sudut kota dan kabupaten di seluruh Bali, idealnya semua sudut-sudut perpustakaan yang ada itu melengkapi koleksinya dengan pengadaan salinan lontar-lontar. Jadi perpustakaan kabupaten dan kota punya koleksi lontar-lontar yang relevan dengan kebutuhan warganya, seperti kepemangkuan, seni sastra, usada, pertanian dan bidang lainnya.

Di tengah perkembangan berbagai sektor ‘bisnis’ lain di Bali yang cukup berlimpah dolar, empat hal di atas tidak muluk-muluk. Secara nasional ketersediaan dana pendidikan dari pusat sangat besar, dan PAD di kabupaten dan kota makin meningkat. Semua itu bisa jadi berkah buat hidupnya ‘bisnis lontar’ dan kelanjutan tradisi literasi kita sepanjang kita paham pentingnya merawat tradisi literasi berbasis bahasa Ibu dan berbasis warisan tradisi pengetahuan kuno dalam menyongsong masa depan yang kian tercerabut dari akar.

Lontar adalah buku orang Bali. Membuat kertas lontar, memperjualbelikan lontar kosong, menulis dan membaca, menggandakan isi lontar serta mengkajinya adalah sebuah kegiatan-kegiatan yang sangat mendasar untuk merawat tradisi literasi yang perlu didukung sebagaimana ‘mempromosikan’ kebiasaan membaca buku sejak dini. (T)

*Catatan Harian, 17 Nopember 2017.

Tags: balibisnislontar
Previous Post

Lelaki Garam

Next Post

Curangologi: Filsafat Curang Seri 1 – Gambar Umbul

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post

Curangologi: Filsafat Curang Seri 1 - Gambar Umbul

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co