SIAPA yang tidak ingin hidup serba digampangkan? Tinggal tunjuk sana tunjuk sini, minta ini minta itu, seperti punya doraemon tinggal mungut di kantong ajaib.
Keterbatasan dianggap sesuatu bencana.
Padahal sesungguhnya keterbatasan adalah sesuatu yang menyebabkan kita bangkit melawan, hingga terbiasa melakukan sesuatu yang menantang demi menyambung hidup. Tidak mudah memang.
Jika tantangan hidup begitu sulit, membayangkan saja seakan nyali diambang jurang. Namun teruskanlah. Ketidakmampuan otak akan mulai cair, berkreasi menelurkan sesuatu untuk menyambung hidup. Karena hidup tidak sekedar bernafas, tapi berbuat, berinovasi, kreatif berdaya guna untuk diri sendiri dan sekitarnya.
Seperti cerita kepompong, suasana cerah awan-awan menghiasi angkasa, matahari menyinari seisi semesta. Kepompong berseri-seri melihat keagungan Tuhan, berlindung di balik daun bergelayut menempel.
Angin sepoi-sepoi terasa segar dirasakan kepompong. Suara alam pertanda lagu bersiulan mengiri kepompong dalam keseharian. Daun tetap setia menjaga kepompong dari cengkraman angin bahkan pemangsa lainya.
Sungguh beruntung nasib kepompong. Hidup berkelimangan zona nyaman. Suatu ketika saat kepompong bertransformasi, masalah timbul. Ketika kepompong bermetamorfosa jadi kupu-kupu ia melihat keindahan alam lebih bebas, lebih terbuka, namun penuh tantangan.
Keterbatasan sudah sejak kecil dialami perupa I Gede Made Surya Darma. Perupa asal, Senganan, Tabanan, ini lebih dikenal Gede Surya.
Ia berkecimpung di dunia seni sudah dilakukan saat masih menjadi pelajar. Saat itu, Surya bersekolah dengan hasil goresan tersebut. Keterbasan dan kemandirian Surya ternanam besar.
Sosok seorang ayah telah mengajarkan arti kehidupan. Bencana datang ketika waktu itu ayah Surya mengalami sakit, dirinya sudah memasuki semester 5 ISI Yogjakarta. Syukur operasi jantung ayahnya berjalan lancar, rentan waktu kuliah dirinya terbagi konsentrasi.
Pas kebetulan waktu itu tragedi besar menimpa pulau Bali, bom meledak, perekonomian berkeping-keping seperti reruntuhan gedung. Kepanikan sana-sani ekonomi terguncang, Bali berduka.
Semangat ibu Surya memberikan andil besar kembali bangkit dari ketepurukan, berbagi membantu menopang beban seorang ibu. Kuliahpun Surya selanjutnya biaya sendiri. Berkesenian menghasilkan karya berjudul Big Piercing dipamerkan di Meseum Neka Ubud, Gianyar bertajuk Termogram SDI.
Saat itu dirinya ketimpa kebahagian, di mana hasil karya diapresiasi kolektor asal Denmark 13 tahun silam tepat tahun 2003. Tapi orang yang terkasih menjadi guru mengarungi lembah kehidupan berpulang tepat tahun 2009. Sakit yang menggerogoti tidak kuat menahan. Kebetulan Surya berencana pameran ke Jepang, berita duka membuyarkan mimpinya. Takdir berkata lain.
Setiap musibah tentunya dibarengi dengan kemurahan sang pencipta. Saat ini Surya didatangi kolektor asal Denmark setelah 13 tahun berlalu bersama istrinya berbaik hati membawa photo lukisan ke rumah, setelah membeli lukisan tersebut di Sidarta Art Auction.
Kerinduan Surya lamanya dengan lukisan Big Piercing terobati. lukisan itu yang sebelumnya dibeli oleh salah satu art colector dari Hongkong. Sekarang lukisan tersebut berada di rumah barunya. Semoga budi baik kolektor diberkahi kesehatan lahir dan batin, rejeki yang melimpah serta kebahagiaan lahir batin. (T)