Lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan.
—Ali bin Abi Thalib
AKU mengawali tulisan ini dengan kata-kata bijak Ali bin Abi Thalib. Ini bukan tanpa alasan, ini sangat beralasan, tahu kenapa? Karena aku hendak menyampaikan nasihat-nasihat bijak. Ciee… akukan bukan siapa-siapa, berhubung ada kata-kata bijak di atas, aku jadi lega. “Lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan” kata-kata yang melegakan.
Okey, kita mulai. Dalam segala hal, penting sekali adanya niat dan keyakinan dalam mengerjakan sesuatu. Tanpa adanya niat dan keyakinan yang sungguh-sungguh, pekerjaan seringan apapun tak akan selesai kapan pun. Demikian sebaliknya, kalau ada niat dan keyakinan yang sungguh-sungguh, pekerjaan seberat apapun dan sebanyak apapun terasa ringan dan cepat selesai dikerjakan (Komaidi, 2011). Inilah pentingnya niat dan keyakinan.
Lalu, apa itu niat? Niat adalah kesadaran dalam diri untuk mengerjakan sesuatu secara sengaja. Ingat ya! Secara sengaja! Catat! Misalnya, niat adalah syarat wajib untuk melakukan ibadah bagi mereka yang beragama. Tanpa niat ibadah seseorang dianggap tidak sah. Kata Komaidi, niat artinya suatu keinginan yang disengaja dan didasari oleh sang pelaku. Begitupun menulis. Sebelum menulis, kita juga harus punya niat untuk menulis. Bagaimana bisa menulis kalau gak ada niat untuk menulis. Lucukan? Harus lucu.
Kemudian apa itu keyakinan? Keyakinan adalah sebuah kesadaran diri seseorang bahwa ia mampu untuk mengerjakan sesuatu. Kalau menurut, Tung Waringin Desem (2005), keyakinan adalah sesuatu yang kita yakini dan hidup di dalam batin kita, yang entah secara sadar atau tidak, menentukan sikap-sikap dan tindakan kita. Keyakinan seperti itu bisa berwujud “aturan hukum atau hukum yang menyatakan sebab-akibat” yang hidup dalam hati atau dalam benak kita. Wah, ini bijak banget. Bukan aku ya yang bilang.
Bagaimana bentuk keyakinan itu? Begini misalnya, 1) Bila aku tidak makan, maka aku akan lapar. 2) Bila aku tidak tidur, maka aku akan loyo. 3) Bila aku tidak menjadi sarjana, maka jangan harap bisa menjadi direktur perusahaan. 4) Bila ingin kaya, maka harus bekerja keras.
Kalau kita percaya/yakin dengan pernyataan di atas, maka itulah keyakinan kita. Tetapi, kalau kita tidak percaya dengan pernyataan di atas, maka kita tidak terpengaruh dengan pernyataan itu. Kesimpulannya, kalau kita yakin bisa, kita akan bisa, kalau kita tak yakin bisa, maka kita pun takkan bisa. Maka silahkan mau pilih yang mana, ingin berhasil atau gagal (Komaidi, 2011). Nah, sebenernya kamu pilih berhasil, gagal, apa pilih aku, sih? Terserah..
Niat dan keyakinan merupakan modal dasar dan kunci sukses bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil dalam mengerjakan sesuatu, salah satu pekerjaan itu, ya menulis. Sekali lagi me-nu-lis. Tapi perlu diingat juga, niat dan keyakinan ini harus dibarengi sikap optimis, percaya diri, mau belajar dan melakukannya (intinya Iman, Ilmu, dan Amal). Asyekk, bijak.
Keberhasilan atau kegagalan kita dalam mengerjakan sesuatu (baca: menulis) sangat dipengaruhi oleh niat dan keyakinan tersebut. Semakin besar niat dan keyakinan kita, semakin besar kemungkinan kita untuk bisa mengerjakan semua hal. Kemungkinan, ya. Maka dari itu, jangan sepelekan niat dan keyakinan dalam mengerjakan sesuatu, salah satunya, ya menulis.
Okey, guys. Bijak kan? Semoga bermanfaat. (T)