26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Mursal Buyung

Mursal Buyung

Mursal Buyung, Dosen Antik-Nyentrik: Tak Ada Spidol, Ia Mencoret Tembok Kelas

Ida Bagus Pandit Parastu by Ida Bagus Pandit Parastu
February 2, 2018
in Esai
256
SHARES

 

DI kalangan mahasiswa dan dosen Undiksha Singaraja, khususnya Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), pastilah tidak asing dengan sosok eksentrik yang satu ini. Salah satu staf pengajar jurusan Pendidikan Seni Rupa ini sudah begitu senior dan bisa dikatakan ‘sesepuh’.

Dosen kelahiran Kota Solok, 17 Juni 1953 dan akrab disapa Babe ini juga seorang fotografer handal dan begitu akrab dengan para mahasiswanya, terutama yang tergabung dalam komunitas fotografer ‘Kucing Seru’. Pembawaannya yang riang, ringan dan humoris ini melahirkan identitas dan karakter tersendiri, selain juga jenggot ubannya yang memesona. Ya, dia adalah Drs. Mursal.

Izinkanlah saya sebagai seorang alumni alias mantan mahasiswa Babe sedikit bernostalgia tentang betapa nyentriknya dia. Kawan, tengoklah akun facebook dengan nama ‘Mursal Buyung’, maka akan kalian dapati serangkaian hasil jepretan Babe yang keren-keren sekali. Mulai dari sajian suasana beberapa tempat ikonik Singaraja, kegiatan-kegiatan kampus, potret wajah-wajah mahasiswa sampai bulan purnama yang bopeng-bopeng oleh kawah itu pun tak luput dari jepretan Babe.

Foto-fotonya juga banyak dijadikan ilustrasi untuk esai-esai yang dimuat di tatkala.co. Sungguh sebuah daya berkesenian yang konsisten. Di usia yang sudah tak muda lagi, Babe masih dengan tangkas dan cekatan menenteng-nenteng kamera berlensa mumpuni untuk mendapatkan gambar yang dikehendakinya.

Namun ironisnya, saya dan teman-teman seangkatan justru tak pernah diajar Babe dalam mata kuliah fotografi. Selama kuliah, kami diajar  dalam mata kuliah tipografi dan micro teaching. Nah, meski hanya diampu dalam dua mata kuliah itu saja, Babe sudah meninggalkan kesan luar biasa yang tidak akan pernah saya dan teman-teman lupakan.

Ada satu potongan adegan yang pasti akan selalu membekas di hati saya, dan hal ini terjadi tepat di hari pertama Babe mengajar kami mahasiswa semester 1 tahun 2009. Ketika itu Babe mengajar kuliah tipografi, yakni seni desain dan tata huruf.

Dalam kuliah itu kami belajar mengenal banyak font atau jenis huruf, menempatkan huruf atau tulisan dalam sebuah desain. Tentu menjalani tugas Babe paling legendaris bagi sebagian besar angkatan adalah tugas CIPTA HURUF.  Tanyakan saja pada mahasiswa atau alumni yang pernah diajari tipografi oleh Babe, pastilah tugas akhir semester disuruh menciptakan font sendiri, tidak boleh sama dengan font apapun yang sudah ada atau sama antar mahasiswa. Hal tersebut memicu daya kreatif kami dengan spartan. Bentuk huruf menyerupai umbi-umbian pun, peduli amat, yang penting orisinil. Haha.

Kembali ke potongan adegan tadi. Begitu masuk ruang, kalimat pertama yang Babe ucapkan kurang lebih begini: “Korti mana? Punya spidol gak? Ada yang punya spidol?”

Sontak korti kelas kami gelagapan seketika, pun kami semua. Saya pastikan semuanya tak akan membawa spidol papan alias boardmarker, karena kami tak pernah berpikir menyiapkan peralatan itu di ruang kuliah.

Patut diketahui, ketika itu kampus bawah belumlah direnovasi dan pohon kamboja masih merekah di depan wantilan. Ruang-ruang kuliah Seni Rupa, hmmm bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana bentuknya. Bahkan di internal kami lebih senang menyebutnya ‘kandang babi’ atau ‘kandang ayam’ ketimbang ruang kelas.

“Sa,..saya cari spidol dulu ya, Pak!” begitu jawab korti kami spontan.

“Tak usah. Kalian miskin kaliii, heh eh eh eh.” Begitu respon Babe dibarengi tawa ringan, sehingga barisan gigi beliau kelihatan.

Saya kemudian menunggu apa yang akan diperbuat Babe. Sejurus mata Babe menerawang pelosok-pelosok lantai seperti sedang mencari sesuatu. Tak lama kemudian, ‘sesuatu’ itu agaknya ia temukan di sudut depan ruangan. Sebuah KAPUR TULIS BERWARNA MERAH MUDA/PINK. Itu pun tidak utuh, patah sedikit ujungnya.

“Oke, kita mulai materi kuliah hari ini!”. Babe kemudian menjelaskan materi tipografi dengan singkat, lalu mulai memberi contoh beberapa bentuk dan pola huruf dengan kapur pink tadi. Karena kapur semacam itu tak bisa diterakan di papan tulis yang licin, maka ia menulis di tembok ruangan. Ya, TEMBOK! Di samping papan tulis, memang tersisa sedikit area kosong tembok yang berwarna coklat tua.

Di situlah ia menulis. Saya mulai berpikir bukan hanya mahasiswa Seni Rupa saja yang antik-antik, dosennya juga ternyata tak kalah nyentrik. Hari pertama kuliah tipografi, jenggot dosen yang berkibar membelah jiwa, tak ada spidol, lalu diberi materi dengan kapur pink yang ditemukan secara tiba-tiba, di tembok coklat kusam. Sungguh, pengalaman ini lebih berkesan bagi saya ketimbang bertautnya tangan saya dengan tangan Pak Rektor ketika wisuda.

Ahhh, Babe Mursal. Kini ia sudah memasuki masa purna tugas. Hmmm, meskipun Babe tak lagi resmi menyandang status staf pengajar, namun saya pastikan semangatnya dalam berkesenian terutama potret-memotret tak akan pernah luntur hingga ujung usia.

Terima kasih atas pengalaman dan segala ilmu, Babe. Semoga Babe selalu diberkahi kesehatan oleh Tuhan. Salam hormat. (T)

Tags: dosenPendidikanSeni RupaUndiksha
Ida Bagus Pandit Parastu

Ida Bagus Pandit Parastu

Pelukis agak gila tapi sangat gila sepakbola. Sedang pacaran. Salah satu ilustrator tetap di tatkala.co ini tinggal di Jembrana

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Penyair Mira MM Astra mementaskan puisinya di Komunitas Mahima (Dok: Mahima)
Ulasan

Pentas Mira MM Astra: Puisi yang Menuju Pengalaman Diri Penonton #Catatan Mahima March March March

Suatu hari ketika berangkat ke Singaraja, saya mengenal sebuah lagu yang membuat saya merasa tenang. Di jalan, berulang-ulang lagu itu ...

April 2, 2019
Rumah nenek
Esai

Mengingat Masa Lalu di Gubuk Reod Nenek

Oleh: Komang Agus Subawa – Desa Pedawa, Buleleng Agus adalah nama akrabku yang dipanggil oleh orang-orang di sekitar rumah. Rambutku ...

March 28, 2020
Esai

PETALA

Edisi 16/9/19 KOPLAK meringis sambil menatap wajahnya yang terlihat aneh karena rambut hitam yang tumbuh di atas kepalanya membuat Koplak ...

September 16, 2019
Penulis berpose bersama keluarga di sela tanaman pangan di halaman rumah
Esai

Gerakan Lumbung Pangan Keluarga: Bertanam Pangan di Halaman

Dunia seolah-olah diliputi oleh ketidakpastian akibat dampak dari penyebaran covid-19. Dampak virus ini amat menyusup, menusuk dan mengiris sendi-sendi kehidupan ...

April 11, 2020
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Taru Bukit

Cerpen: Satia Guna POTONGAN-POTONGAN kayu narbuaya, jati, dan eboni sudah tertumpuk di salon Man Gredeg. Pagi itu ia memandangi potongan-potongan ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In