26 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Novel Terakhir yang Hilang – Mengenang 2 Tahun Kepergian Seniman I Gde Dharna

Eka Prasetya by Eka Prasetya
February 2, 2018
in Esai
15
SHARES

 

DUA tahun sudah seniman I Gde Dharna tutup usia. Sang maestro menghembuskan nafas terakhirnya 13 September 2015 lalu di RSUD Buleleng, karena penyakit komplikasi yang dideritanya.

Selama dua tahun belakangan, nama besar I Gde Dharna mulai dilupakan. Tetapi karya-karya besarnya, terus diingat.

Karyanya yang paling monumental adalah lagu “Merah Putih”. Lagu itu tercipta pada tahun 1950 silam, dan itu adalah lagu pertama yang mendiang buat.

Begini liriknya: Merah Putih benderan tityange// Berkibaran di langite terang galang// Nika lambang jiwan rakyat Indonesia// Merah berani medasar hati ne suci// Pusaka abdi lan luhur jaya sakti// Merah putih benderan tityange//

Dulu, lagu “Merah Putih” adalah lagu wajib ketiga yang harus dihafal oleh anak sekolah dasar di Bali. Lagu pertama adalah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, kedua Hari Merdeka, ketiga Merah Putih ciptaan mendiang I Gde Dharna.

Pasca reformasi, lagu ini mulai jarang terdengar di ruang kelas. Beberapa musisi kemudian menggubah nadanya. Lagu yang semula memiliki laras selendro, dimainkan dalam nuansa lagu rock maupun punk.

Lagu Merah Putih dalam nuansa rock, pertama kali dimainkan oleh Bintang featuring Bobby SID pada tahun 2011 silam di GOR Bhuana Patra Singaraja. Selang beberapa lama, Superman is Dead bersama Balawan juga memainkannya pada acara Radio Show. Terakhir Nanoe Biroe turut menyanyikannya.

Semua lagu itu sudah pernah didengarkan oleh Dharna. “Saya sudah dengar lagunya. Ternyata pakai musik begitu, enak juga didengar juga ya,” ujar Dharna dalam sebuah perbincangan pada 7 Juli 2015 silam.

Selain lagu Merah Putih, Dharna punya segudang karya lainnya. Sebut saja genjek, jejangeran, gending rare, tembang Pop Bali, hingga Bali Anyar ia tekuni.

Dharna bukan hanya musisi. Dia juga sastrawan. Seniman besar. Sederet penghargaan sudah dia kantongi. Sebut saja penghargaan “Piagam” Dharma Kusuma dan Wija Kusuma. Kata “Piagam” sengaja saya tulis dalam tanda petik. Saya tidak tahu apakah penghargaan itu pada tahun 1980-an sudah berbentuk medali, atau masih berbentuk selembar piagam.

Belum lagi penghargaan Sastra Bali Modern “Rancage” pada tahun 2000. I Gde Dharna juga satu-satunya seniman yang menerima penghargaan Lifetime Achievement pada Buleleng Festival 2013 lalu. Seingat saya itu adalah penghargaan pertama dan terakhir. Hingga kini pada ajang Bulfest, penghargaan serupa tak pernah lagi diberikan.

Karya-karyanya di bidang sastra juga sangat banyak. Sebut saja buku Leak Macelek Bunga; Kumpulan Puisi Bali Modern berjudul “Denpasar Lan Don Pasar”; Kumpulan Puisi Delapan Penyair Buleleng berjudul “Pantai Pantai” (1976); Gita Pahlawan (Perang Jagaraga Dalam Puisi) (1979); Antologi Puisi ASEAN (1983); Buku Kumpulan Puisi “Kaki Langit” (1984); Kumpulan Drama dan Puisi Bahasa Bali, “Kobarang Apine” (1999); dan Antologi Puisi “Tentang Putra Fajar” (2001).

Itu beberapa karya sastra yang berhasil saya catat. Selebihnya, saya yakin masih ada banyak lagi karya-karyanya yang telah dibukukan, maupun belum dibukukan.

Novel Terakhir

Bicara soal karya sastra mendiang I Gde Dharna, sebenarnya ada sebuah karya yang kini berstatus hilang. Karya itu adalah novel berjudul “Bintang Denbukit”. Novel itu ditulis menjelang seniman besar itu tutup usia. Bahkan diduga penyakitnya kala itu kambuh karena terlalu sibuk menyelesaikan novel itu, sehingga jarang tidur dan istirahat.

Novel ini ditulis mendiang sepanjang tahun 2015 lalu. Novel kemudian dirilis pada 16 Agustus 2015. Dicetak apa adanya. Hanya beberapa pekan, sebelum I Gde Dharna tutup usia.

Tepat pada momen tatap muka Pemkab Buleleng dengan para veteran di Buleleng, novel itu diserahkan pada Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Momen itu terjadi di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng.

Harapan Dharna saat itu novel tersebut dicetak dan diterbitkan oleh Pemkab untuk dibagikan ke sekolah-sekolah.Seingat saya, setelah diterima oleh bupati, buku itu diserahkan kepada seorang staf. Entah siapa, saya sungguh-sungguh lupa. Padahal saat itu saya ada di sana.

Ternyata, novel yang diserahkan itu adalah hasil cetakan satu-satunya. Novel itu kini hilang, tidak ditemukan lagi. Entah diletakkan di mana. Selama dua tahun, buku itu berada di tempat antah berantah. Entah masih berwujud, atau sudah tak berwujud.

Sepengetahuan saya, hingga hari ini novel itu tak kunjung diterbitkan. Seorang teman, Made Adnyana Ole, mantan wartawan Bali Post yang kini mengelola lembaga sastra Komunitas Mahima sempat menanyakan keberadaan novel itu, namun sejumlah pejabat dan staf mengaku tak mengetahuinya.

Hari ini, pada peringatan dua tahun meninggalnya sang maestro I Gde Dharna, saya hanya bisa berharap ada banyak pihak yang lebih peduli lagi dengan karya-karyanya.

Pernah saya membayangkan, Perpustakaan Daerah melakukan cetak ulang pada karya-karya I Gde Dharna pada periode 1970-an hingga 1990-an. Upaya itu jauh lebih penting, ketimbang membeli buku-buku yang tak jelas juntrungnya.

Seorang seniman, apalagi sastrawan dan penulis lagu, monument paling penting bagi mereka adalah bagaimana hasil karya mereka bisa dibukukan, dikoleksi di perpustakaan sekolah, perpustakaan desa, atau perpustakaan besar milik pemerintah daerah.

Mungkin mereka tak perlu dibuatkan patung atau namanya diukir di prasasti gedung dan dipakai nama jalan. Tapi bagaimana buku mereka bisa memberikan pengaruh baik pada generasi, meski si seniman sudah tak ada.

Tapi itu hanya bayangan semu. Bayangan yang semakin kabur, hingga akhirnya hanya jadi angan semu. (T)

Tags: balibulelenglagunovelsastra
Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Esai

Buleleng, Pesona Pluralisme Nusantara dan Dunia

“Assalamualaikum, nggih Ibu, Ida masih di Singaraja, benjang Ida pulang ke Pegayaman. Nggih, Ida sampung ngajeng, nggih Ibu. Assalamualaikum!” Indonesia ...

September 17, 2019
Lukisan karya Nyoman Sujana Kenyem/ Foto-foto Gde Hariwangsa
Ulasan

Dari Percakapan dengan Bakti Wiyasa ke Eksplorasi Mantra Nyoman Sujana Kenyem

  SUNGGUH saya sangat berterima kasih pada Bakti Wiyasa yang begitu semangat ‘memperjuangkan’ keutuhan situs-situs purba yang ada di Bali. ...

February 2, 2018
Ilustrasi: IB Pandit Parastu
Cerpen

Kopi Akhir Juli

Cerpen Wulan Dewi Saraswati Gelisah di pengujung Juli semakin menjadi. Setiap pagi kegelisahan itu aku rayakan dengan segelas kopi. Gelas ...

February 2, 2018
Salah satu karya pada Pameran di Galery Seni Rupa FBS Undiksha Singaraja, 29 November 2019 [Foto: Mursal Buyung]
Puisi

Puisi-puisi AA Ayu Rahatri Ningrat # 1 Menit Sebelum 12 Malam

1 Menit Sebelum 12 Malam Hari ini aku di kotamu Tapi tidak untuk bertemu. Langit abu-abu, mungkin karena sendu Ceritakan ...

March 22, 2020
Esai

Kepercayaan Tentang Kepala Desa

Di kampung saya ada kepercayaan tentang kepala desa. Kepercayaan itu menurut saya agak “aneh”. Tidak salah, hanya aneh saja. Jadi ...

September 20, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In