SEJUMLAH remaja tampak heran dan sempat mengernyitkan dahi ketika masuk ke sebuah stand di areal pameran HUT ke-246 Kota Gianyar di Lapangan Astina, Senin 17 April 2017 malam. Para remaja itu tampaknya melihat sesuatu yang berbeda di stand itu, sesuatu yang tak lumrah mereka temukan.
“Stand apa ini, ya!?” bisik salah seorang remaja kepada temannya.
Tapi, begitu mereka masuk dan mendapat penjelasan dari penjaga stand, para remaja itu tampak senang dan antusias melihat isi pameran. Mereka bahkan ikut melakukan beberapa kegiatan yang ada di stand pameran itu.
Stand itu adalah stand milik Penyuluh Bahasa Bali, Kabupaten Gianyar. Di dalam stand itu memang dipamerkan naskah-naskah lontar, buku, dan media pembelajaran Bahasa Bali. Benda-benda itu memang cukup asing bagi remaja zaman sekarang.
Di dalam stand itu juga ada demontrasi dan tata cara nyurat aksara Bali di daun lontar dan tata cara merawat atau mengkonservasi naskah lontar. Para pengunjung banyak yang dengan semangat ikut belajar nyurat aksara Bali di atas daun lontar. Dari mulai belajar pegang pengrupak (pisau kecil untuk menulis), hingga memainkannya di atas daun lontar.
Banyak juga pengunjung yang langsung berinteraksi dengan penjaga stand dari Penyuluh Bahasa Bali bila menemui permasalahan terkait dengan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Yang menarik, stand itu bukan hanya didatangi oleh warga Bali beragama Hindu, melainkan juga dikunjungi banyak warga Muslim.
Penyuluh Bahasa Bali Mulai Diakui Keberadaannya
Pameran perayaan HUT Kota Gianyar itu dibuka 16 April dan berlangsung hingga 30 April 2017. Khusus untuk Stand Penyuluh Bahasa Bali dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 22.00 wita.
Di hari pertama sudah sangat keliatan sangat berjubel pengunjung yang datang ke stand Penyuluh Bahasa Bali itu, tiada lain kebanyakan memang adalah warga Gianyar yang memiliki naskah lontar di rumahnya. Mereka antara lain menyampaikan banyak keluh-kesah terkait lontar yang disimpan di rumahnya, yang kemudian berharap Penyuluh Bahasa Bali datang ke rumah mereka.
Harapan masyarakat itu tentu saja mencerminkan bahwa kini Penyuluh Bahasa Bali sudah mulai mendapatkan tempat dan mulai di akui keberadaannya. Masyarakat memandang keberadaan Penyuluh Bahasa Bali memang sangat perlu dan pentin.
“Penyuluh Bahasa Bali itu penting, apalagi kini bisa memfasilitasi kami untuk perawatan naskah lontar yang kami miliki dan anak-anak kami diberikan kesempatan belajar bahasa Bali dengan dibentuknya kelompok belajar bahasa Bali,” kata I Wayan Kumpul, salah seorang pengunjung dari Desa Semaon, Puhu, Payangan.
Seperti diketahui, pertengahan tahun 2016 Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali merekrut tenaga kontrak Penyuluh Bahasa Bali untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan bahasa Bali serta ditugaskan di masing-masing Desa Dinas yang ada di Bali. Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang lengkap memiliki penutur, aksara dan sastranya.
Banyak program yang telah dilaksanakan oleh Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Gianyar, dimulai dari pendataan atau indentifikasi orang yang merupakan ujung tombak di Desa Pakraman seperti Bendesa, Kelian, Pemangku, Seniman dan Dalang. Dilanjutkan dengan pembentukan kelompok belajar bahasa Bali dan identifikasi serta konservasi naskah Lontar.
Banyak Terlibat
Pada tahun 2017 ini Penyuluh Bahasa Bali khususnya Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar sudah mulai banyak terlibat dengan kegiatan-kegiatan pemerintah yang dilaksanakan di Kabupaten Gianyar. Seperti sekarang ini saat menyambut HUT Kota Gianyar, Penyuluh Bahasa Bali diikutkan terlibat dalam pelaksanaan lomba-lomba yang berhubungan dengan bahasa Bali seperti lomba masatua Bali, membaca berita berbahasa Bali, desain poster berbahasa Bali, dan macecimpedan. Bahkan kini diberikan stand resmi di sekitaran Lapangan Astina, Gianyar.
Keberadaan stand ini memang penting, terutama sebagai tempat untuk memberikan pemahaman bagi warga Gianyar yang memiliki naskah lontar di rumahnya. Dulu, masyarakat banyak yang tidak mengijinkan naskah lontarnya diidentifikasi, tapi kini masyarakat tampaknya sudah memiliki kesadaran bahwa naskah lontar bukan untuk di-tenget-kan alias dikeramatkan, melainkan untuk dipelajari dan dirawat agar isi yang terkandung di dalamnya dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Ida Bagus Oka Manobhawa selaku koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar memaparkan, apabila ada warga Gianyar yang ingin berkonsultasi bisa datang langsung ke stand Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar di Lapangan Astina Gianyar. Ia berharap dengan pameran itu warga Gianyar bisa menjaga pusaka-pusaka yang menjadi warisan budaya Bali untuk menyokong keberadaan Gianyar sebagai kota Pusaka.
Seperti yang diharapkan Pemerintah Provinsi Bali yang sudah membuat perjanjian kerjasama dengan masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Bali melalui adanya Penyuluh Bahasa Bali agar bisa menjaga kelestarian bahasa Bali dan budaya Bali. (T)