28 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Musik Pop Gamelan – Musik yang Sudah “Terkunyah Habis”

Wayan Gde Yudane by Wayan Gde Yudane
February 2, 2018
in Esai
108
SHARES

MUSIK pop gamelan yang sudah distandarkan sampai mencapai “terkunyah habis” — penonton semua sudah biasa mendengarkannya. Maka, tidak memerlukan usaha intelektual untuk mendengarkannya. Tidak menantang dan mendorong pemikiran. Musik ini telah diterima begitu saja.

Yang lebih jauh lagi, kebiasaan dari musik pop gamelan ini sudah menjadi teman dalam dunia yang tidak bersahabat. Juga menyamankan para pendengarnya. Itulah sebabnya toko-toko dan shopping mall sering memakai musik popular ini sebagai hiasan dinding “audio wallpaper.”

Telah disepakati (dengan bukti-bukti riset yang membenarkan), bahwa musik pop me-rileks-kan para pengunjung dan membuat mereka lebih gampang berbelanja. Dengan begitu musik ini berperan sebagai alat bagi mereka yang mengontrol ekonomi.

Musik ini bisa berperan sebagai “ pengganti musik yang tidak didapat oleh pendengar”, yaitu kebebasan memilih, dan kemampuan untuk mengubah dunia musik. Musik ini memilik kekuatan untuk mengikat dan memukau orang yang terikat pada pekerjaannya. Dia mengalihkan perhatian dan meyakinkan pendengar bahwa mereka bisa menurut dan jadi produktif dalam sistem perekonomian.

Ini bertolak belakang dengan karya seni musik (art music), yang meskipun tidak memakai bentuk standar, tetapi memakai bentuk tersebut dengan cara kreatif dan unik, yang menjadikan setiap cuplikan seni musik ini menjadi pernyataan kondisi manusia, masing-masing memberikan pandangan yang unik terhadap keberadaan manusia.

Perlawanan terhadap musik klasik adalah akibat dari kemaluan. Setiap musik yang mengingatkan pada diri mereka sendiri, tentang keraguan atas keberadaan mereka, sudah pasti akan memalukan diri mereka sendiri. Bahwa mereka sesungguhnya telah terputus dari potensi mereka, yang kemudian menjadi alasan kenapa mereka harus selalu diingatkan oleh kesenian.

Ke-“merosotan” gamelan musik populer disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya karena hubungannya dengan budaya industri yang lebih besar, seperti industri fashion dalam bentuk organisasi ekonomi, yang dalam “musik modern” diistilahkan sebagai “ mengalir” dan dengan  “effek yang diperhitungkan”, menyembunyikan “standar yang primitif” dari musik tersebut. Permasalahan dengan musik populer ini sering terikat dengan unsur kemasyarakatan lain, seperti busana atau Bahasa.

Bentuk dan Standarisasi:

Aspek yang paling penting dalam hal ini adalah masalah “standarisasi”, karena disinilah para kritikus dan komentator percaya bahwa diskripsi tersebut di atas sesungguhnya memang benar. Ini menghubungkan “standar” dengan “negara industri maju”, sebelum mereka menelaah lagu-lagu tersebut berdasarkan bentuk dan isi. Tidak ada sesuatu yang benar-benar baru bisa masuk, kecuali yang effek-nya bisa diperhitungkan dan yang menambah bumbu pada sesuatu yang begitu-begitu saja.

Individualisasi Pura-pura (Pseudo- Individualization) :

Istilah ini menyangkut masalah kontradiksi yang dihadapi oleh produser musik populer adalah, musik mereka harus cukup impresif untuk dapat diingat tapi juga terlalu biasa sehingga sangat lumrah dan banal. Ini menimbulkan kesan keluasan bahan, di mana para konsumen seolah-olah mendapatkan pilihan, dengan begitu juga seolah-olah ada kebebasan memilih. Yang berarti mereka merasa mendapatkan kesan individualistik.

Dengan begitu, apakah perbedaan yang ditampilkan oleh musik populer (dan budaya populer secara umum) nyata atau hanya ilusi? Apakah berarti individualistik konsumen ini palsu? Usaha untuk manjabarkan Pseudo Individualization diatas berdasar pada pemikiran ini. (T)

Tags: gamelanmusikpopulerSeni
Wayan Gde Yudane

Wayan Gde Yudane

Komponis. Mendapat Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 untuk katagori Pencipta Pelopor Pembaru

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Sinar Bulan di Jalan Tantular | Cerpen Jong Santiasa Putra

by Jong Santiasa Putra
February 27, 2021
Ilustrasi: Vincent Chandra
Ulasan

“The Flu”, “The Contagion”, dll. — Menonton Film Pandemi untuk Selamat dari Pandemi

Sebuah kontainer berisi puluhan imigran gelap diselundupkan oleh oknum mafia ke sebuah daerah di Korea Selatan. Setelah tiba dan dibuka, ...

April 19, 2020
Foto: Erwin
Ulasan

Genjek Kolosal, Politik Warna, dan Kebiasaan Buruk Politikus

RIBUAN sekaa genjek dari pelbagai penjuru di tanah Karangasem, Bali, tumpah ruah di Taman Ujung, Karangasem, Rabu (10/8/2016) siang. Ada ...

February 2, 2018
Opini

Indonesia itu Seperti Pelangi

“Walau kita berbeda-beda namun kita tetap bersatu dalam bingkai NKRI, yang punya sifat fanatisme minggir dulu jangan usik ketentraman ibu ...

February 2, 2018
Ulasan

Doa Bulan untuk Nuryana – Sebuah Ulasan Buku Puisi

KESULITAN terbesar saya ketika harus membicarakan sajak-sajak Nuryana Asmaudi SA yang terkumpul dalam buku "Doa Bulan untuk Pungguk" (DBUP) adalah ...

February 2, 2018
Salah satu ogoh-ogoh di Kota Denpasar  (Foto: AGUNG BAYU/BALI EXPRESS)
Esai

Apakah ogoh-ogoh Kalah Melawan Covid-19?

Begitu rapuhkah Ogoh-ogoh dibanding sesuatu yang tak tampak (Covid-19) yang tidak bisa kita prediksi? Ogoh-ogoh adalah lambang Bhuta Kala. Ogoh-ogoh ...

March 27, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Agus Phebi || Gambar: Nana Partha
Esai

Makepung, Penguasa dan Semangat Kegembiraan

by I Putu Agus Phebi Rosadi
February 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1415) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (102) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In