1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tumbuh Bersama Puisi – Ulasan (Lagi) Buku Puisi Andy Sri Wahyudi

Ni Ketut SudianibyNi Ketut Sudiani
February 2, 2018
inUlasan
8
SHARES

#Judul buku: Energi Bangun Pagi Bahagia #Penulis: Andy Sri Wahyudi #Penerbit: Garudhawaca Yogyakarta #Tahun Terbit: Juni 2016

Adalah sebuah berkah ketika seseorang memiliki karunia dapat menikmati dan menghayati kata-kata. Terlebih jika memiliki pengalaman bersentuhan dengan puisi, baik sebagai penikmat maupun penciptanya.

Andy Sri Wahyudi adalah satu dari sedikit orang yang ‘beruntung’ mendapat karunia untuk meresapi dan tumbuh bersama puisi. Ia memaknai ‘keberuntungan’ ini dengan penuh syukur, dan sungguh-sungguh menyapa, bercakap dengan kata-kata saat mereka mengetuk pintunya.

Mungkin awalnya kata hanya ingin singgah, tapi Andy membuat mereka betah bermalam-malam, bahkan hingga dini hari. Barangkali ini juga yang membuat penulis jadi penuh energi dan bangun pagi dengan bahagia. Kita tidak pernah tahu, rahasia percakapan malam seorang penyair dengan anak-anak imajinasinya.

Sebagaimana sajak-sajak yang ditulis Andy dalam buku kumpulan puisi terkininya, Energi Bangun Pagi Bahagia, kita pun hanya dapat menerka-nerka pergulatan apa yang dialami sang penyair ketika menuliskannya. Apa sesungguhnya dipikirkan dan dirasakan penulis ketika itu? Hanya puisi dan tuannya yang tahu.

Membaca judul buku, boleh jadi pembaca berharap akan menemukan sebuah sajak yang memiliki judul serupa. Tapi ternyata tidak. Penamaan itu justru lahir dari gabungan dua sajak. Pertama, puisi pembuka ditulis tahun 2014 berjudul Energi, dan kedua,-hampir jadi puisi penutup-, ditulis tahun 2015, yakni Bangun Pagi yang Bahagia.

Keseluruhannya, buku ini merangkum 57 sajak yang ditulis dalam kurun waktu 2012 hingga 2016. Karya yang ditulis selama tahun 2015 mendominasi isi buku, dan puisi yang ditulis tahun 2012, paling sedikit dimunculkan. Saya kurang tahu pertimbangan penulis dalam pemilihan sajak-sajak yang dimuat.

Teater dan Kata

Namun, justru sajak yang ditulis pada tahun 2012 yang mengelitik saya untuk menjadikannya bacaan pertama-bukan puisi pembuka-. Hanya ada dua puisi bertahun 2012, yakni Dingin di Jari Tanganku dan Tempat Duduk yang Terus Berjalan. Dalam dua karya itu, tampak sekali sisi Andy yang telah bertahun-tahun bergelut dengan dunia teater.

Coba kita tengok dua puisi ini:

Dingin di Jari Tanganku

jari-jari tangaku lupa padaku

ia bergerak-gerak sendiri ketika malam hari

aku takut, takut sekali, jari-jariku marah padaku,

karena aku tak tahu jumlah lekukan garis-garis jariku

di manakah jam dinding?

apakah ini diam?

tapi aku mendengar hidup yang berdetak-detak

esok pagi jari-jariku akan memuat bunyi yang yang bersinar-sinar

Jogja, 2012

 

Tempat Duduk yang Terus Berjalan

di luar jendela ada bulan, separuh dan samar.

ia menatapku tapi aku tak berani menatapnya.

karena di bulan ada raksasa sedang melamun

mungkin mengenang cinta pertamanya.

raksasa itu telanjang bulat dan berwarna kabut.

apakah kamu takut dengan kenangan?

bertemanlah dengan raksasa di bulan,

ia akan mengajarimu mengenal kenangan

tak ada lagi rumah, tak ada lagi arah, tak ada lagi lelah

semua akan bergerak menjadi kenangan.

juga aku dan kamu.

mesin perjalanan terus bersuara.

Jakarta Jogja 2012

Terlepas dari sisi kepadatan isi puisi dan keketatan pemilihan diksi, dua puisi tersebut memiliki daya visual yang cukup kuat. Kita dapat membayangkan jika kata-kata di dalamnya diteaterkan. Andy seakan tak pernah membiarkan dirinya untuk berhenti bertanya, membiarkan imajinasinya bebas mengelana, mencari jawab akan kegelisahan-kegelisahannya. Begitu pula ia terus membuka ruang dialog dengan diri sendiri.

Tidak dapat dipungkiri, teater tampaknya cukup kuat mempengaruhi penulisan puisi-puisi Andy, sehingga lebih banyak dituliskan dalam gaya bertutur yang cair. Hanya saja cara seperti ini memang memungkinkan membuat penulis tergelincir sehingga kata-kata jadi terlalu cair dan kehilangan daya renungnya. Namun Andy masih mampu mempertahankan kesubliman kata-katanya dan tetap menyisakan teka-teki untuk pembaca.

Bentuk percakapan-percakapan dalam pertunjukan teater, dapat dilihat pula dalam puisi Andy berjudul Kangen, ditulis di Bali tahun 2013 hingga 2014.

ibuk, kini aku bisa membuat pagi dan matahari kecil, dari dinding-dinging kebahagiaan dan tanah warisan nenek moyang. apakah ibuk suka buah tomat dan papaya? di dalamnya ada vitamin yang melunturkan kesedihan dan membuatku rajin mengukir cita-cita. buk, hari ini aku ingin bertemu dengan sejarah remaja. bertemu dengan hidung lucu kekasihku dan kecerdasan berpikirnya. ibuk, aku melihat pantai berwarna nila, ingin rasanya menyelam di dalamnya. aku ingin membuat dunia dari keringat dan perasaanku. dunia untuk saudara dan teman-temanku, juga untuk semua yang kucintaiku dan yang memusuhiku. aku ini bara api, buk, tapi aku juga udara pagi. ibuk, jangan melupakan pelukan bunga sore, yang kutanam di pot plastik bekas sabun colek. jangan ya, buk.

Bisa kita baca pula kepolosan penulis, sebuah rindu yang mungkin sudah tak tertahan. Barangkali sebagai bentuk kemurnian daya ungkapnya, penulis membiarkan kata ibu ditulis sebagaimana bahasa lisan, yakni ibuk. Padahal dalam bahasa tulis, tidak pernah kita jumpai penulisan ibuk. Namun Andy membiarkan kata itu ditulis apa adanya. Terlihat kesederhanaan dan kedekatan penulis dengan alam, bagaimana dia mengungkapkannya pada kalimat terakhir sajak itu. Hal serupa dapat dirasakan juga dalam sajak Di Bawah Fajar Menyingsing: Ir Soekarno. Andy bahkan membuatnya seperti seseorang tengah mendongeng.

Pada banyak sajak-sajaknya, Andy memang kerap meminjam alam sebagai metafor-metafornya, semisal laut, bunga, gunung, bukit, langit, udara, air, matahari, padi, angin, ombak, bintang, cahaya bulan, tanah. Alam Bali pun ternyata menggoda Andy untuk menuangkannya dalam puisi.

Ada beberapa sajak yang ditulisnya di Bali, sebagian besar di daerah Budakeling. Upaya Andy untuk memahami Bali, tersurat pada “Cita-cita untuk Ibu Suasti”. Meskipun tidak sepenuhnya memahami tradisi dan kultur Pulau Dewasa, ia berusaha menuliskannya apa adanya. Misalnya pada puisi itu, dia menuliskan, beras doa menempel di antara kedua alisnya. Jelas yang dia maksudkan adalah bije.

Gugatan

Sebagian besar puisi Andy dalam buku ini mencerminkan kedamaian, persabahatan, keharuan, dan kepekaannya memperhatikan hal-hal kecil di alam. Namun bukan bearti ia enggan untuk ambil bagian pada isu-isu besar, semisal terkait peristiwa 1928, 1945, 1965, dan 1998. Ekspresi ini muncul pada karya-karyanya bertahun 2015. Bisa dibaca puisinya Aku Menggugat Kepada Lupa. Puisi terpanjang dalam buku ini. Keberanian Andy terkesan juga muncul pada sajak Merenung di Kamar Bangsat: Pang.

Tapi saya rasa sangat penting untuk diingat pula, puisi bukanlah tempat sampah yang bisa sekenanya diluapkan dengan umpatan-umpatan kotor. Kadang kita perlu untuk tahan dan sabar, tidak terpancing untuk reaktif, terlebih jika hendak merespon persoalan-persoalan sosial. Saya percaya, siapapun yang memahami kedalaman puisi, akan bertimbang untuk ini.

Upaya Andy selama ini patut kita apresiasi, selain produktif berteater, ia tetap bersetia tumbuh bersama puisi. Kebahagiaan sederhana yang kerap luput dari perhatian kebanyakan orang. Andy dan kita beruntung masih memiliki kesadaran untuk setidaknya berusaha mengundang puisi, singgah dan mengentuk pintu ‘rumah’ kita, lalu bersama menyeruput satu dua cangkir kopi semalaman. (T)

 

Tags: BukuPuisiresensi
Previous Post

Niat Total Lestarikan Drama Gong dan Pencak Silat – “Raja Buduh” Yudana dalam Kenangan

Next Post

Pilkada Tak Cuma Jakarta, Bung! – Jangan-jangan Kita Tak Tahu Calon Bupati Sendiri…

Ni Ketut Sudiani

Ni Ketut Sudiani

Sastrawan dan wartawan. Tumbuh besar dalam pergaulan di Komunitas Sahaja, Denpasar. Pernah menjadi moderator di panel Bali Emerging Writer Festival (BEWF) 2014. Sejumlah puisinya memenangkan sejumlah lomba dan tergabung dalam berbagai antologi.

Next Post

Pilkada Tak Cuma Jakarta, Bung! - Jangan-jangan Kita Tak Tahu Calon Bupati Sendiri…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co