10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Merayakan Hari Ibu: Memutar Kembali Film “Lemantun” di Kepala Kita

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
February 2, 2018
inUlasan

Sumber ilustrasi: youtube

11
SHARES

#Film Pendek: Lemantun (2015) #Sutradara: Raphael Wregas Bhanuteja #Pemain: Tatik Wardiono, Den Baguse Ngarsa, Agus Kencrot, Titik Renggani, Trianto Hapsoro, Freddy Rotterdam

 

PERMISI nyilang margi para penggiat film, kritikus film, pembuat film, atau kawan-kawan yang fokus di dunia film. Saya hanya penikmat film yang suka ngomong ngarul-ngidul, sok-sokan berkomentar usai menonton film. Kadang sebagai bahan ringan pengantar minum kopi atau sebagai penyambung obrolan jikalau bertemu kawan-kawan lama. Jadi tulisan ini anggap saja sebagai curhatan, opini, atau dongeng belaka. Tabik Sugra….

***

Made Wianta pelukis asal Bali, pernah bercerita kepada saya (sekitar tahun 2008), dirinya lebih tertarik pada seseorang lewat karya ciptaannya. Tidak menyoal siapa senimannya, yang penting adalah karyanya hadir dan menggugah. pemahaman ini saya pegang dalam menelisik suatu karya seni, salah satunya film Wregas Bhanuteja.

Nama Wregas Bhanuteja sedang naik daun, sebagai sutradara muda berbakat. Tidak usah saya ulas raihan penghargaan yang ia peroleh ya, di dunia maya banyak sekali bertebaran informasi mengenai Wregas (Baca: malas mengulang tulisan sama) hahaha.

Saya pribadi mengenal nama Wregas usai membaca ulasan Putu Fajar Arcana tentang film pendek Prenjak di halaman Kompas Minggu beberapa bulan yang lalu. Apa filmnya? Bagaimana ceritanya? Gimana framing-nya? Kok bisa dapat penghargaan tertinggi di Cannes? Siaaaal.

***

Dua bulan yang lalu akhirnya saya bisa nonton film Prenjak dalam rangkaian Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) di Betelnut, Ubud. Ada 5 film yang diputar saat itu yakni Senyawa, Lemantun, Floating Chopin, Lembusura dan Prenjak.

Dari kelima film tersebut yang masih melekat di hati dan pikiran adalah Lemantun, bukan Prenjak. Mungkin ulasan Prenjak sering saya baca sebelum menontonnya langsung, jadi telah ada konsep dan doktrin tertentu mengenai film Prenjak.

Film Lemantun berdurasi 20 menit dan diproduksi pada tahun 2014 itu berhasil mengganggu tidur saya setiap malam. Adegan film Lemantun seperti komedi putar di kepala. Apalagi kegelisahannya Tri dan logat Jawa sang ibu seperti dua monster yang bercokol begitu saja di ujung imaji saya.

Saya memutuskan untuk menulis serta memberi ulasan pribadi kenapa film tersebut kuat melekat hingga saat ini.

***

Tri, penjual bensin rumahan adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Eko, Dwi,, Yuni, dan Anto. Keempat saudaranya memiliki gelar pendidikan yang cukup tinggi terbukti dari gelar yang bersanding di depan maupun di belakang nama mereka. Ibu dari kelima bersaudara ini hendak membagikan warisan, untuk itu mereka berkumpul di rumah masa kecilnya.

Warisan yang diberikan bukan tanah, perhiasan, atau uang tapi Lemari dalam bahasa jawanya disebut Lemantun. Sang ibu menjelaskan lemari tersebut beliau beli setiap melahirkan. Jadi lemari disimbolkan sebagai bentuk kehadiran anak di keluarga tersebut.

Lemari diundi berdasarkan nomor. Kelima anak mendapatkan “harta”nya masing-masing. Kemudian sang ibu meminta agar mereka segera memindahkan lemari itu dari rumahnya, hari itu juga. Jika tidak akan dikenakan denda. Alhasil Eko, Dwi, Yuni dan Anto kelimpungan mencari bala bantuan untuk memenuhi perintah sang ibu. Sementara Tri bingung ke mana lemari miliknya dipindahkan, sebab ia belum memiliki rumah sendiri, ia masih seatap bersama sang ibu.

Setelah keempat saudaranya pergi bersama lemari warisan. Tri bersusah payah mengangkat lemari untuk di bawa ke rumah temannya. Ia bermaksud untuk menitipkan terlebih dahulu. Sebelum nanti ia benar-benar memiliki kediaman sendiri. Tapi sang ibu tak mengizinkannya, malah menyarankan Tri untuk menitipkan di rumah ibu saja untuk sementara waktu.

Singkat cerita sang ibu terjatuh di kamar mandi. Sehingga memerlukan bantuan jika hendak beraktifitas. Tri-lah yang menjaga dan membantu ibunya setelah insiden tersebut. Ia merawat ibu sama seperti ibu membesarkan dirinya, tulus dan penuh kasih sayang

Warisan Tri berakhir menjadi tempat berjualan bensin di depan rumah. Sementara lemari warisan yang lain berakhir di ruang kerja, di pasar loak, di pinggir sungai bahkan di toko barang bekas.

Adegan-adegan Ciamik

Film yang berlatar belakang keluarga kecil di Jawa ini begitu memikat, selain jalan cerita yang sederhana tapi kuat dan menggugah. Sejumlah adegan juga patut mendapat acungan jempol. Karena memiliki andil besar mengantarkan pemahaman penonton untuk menangkap maksud sang sutradara.

Ada sejumlah adegan menarik, layaknya bumbu pemanis dari keseluruhan film Lemantun. Misalnya adegan saat Tri memasukkan tubuhnya ke lemari. Berwajah bimbang, linglung, dipadu dengan warna coklat lusuh dari lemari tua, adegan tersebut berhasil membangun suasana muram di hati saya.

Ditambah pula setting dapur khas Jawa konvensional. Menambah kesan lampau dan begitu purbanya adegan tersebut. Tri seperti bermain teater di tengah ruang lemari, sembari menerka solusi akan dibawa ke mana warisan ibu ini. Adegan ini tak biasa, namun sungguh ciamik. Dasar film indie selalu ada absurd-nya. Hahaha

Jika lebih jauh menerka dapat ditafsir lemari sebagai simbol ibu dan Tri adalah anak dalam kandungan. Tri seolah menjadi bayi yang berpulang ke rahim. Lemari melindungi pakaian, ibu melindungi anaknya. Mereka pelindung. Adegan ini jeg teater sajan.

Selain itu sejumlah adegan lucu pun diporsikan secukupnya. Seperti adegan Dwi menjaili Anton. Dwi menceritakan lemari Anton isinya seekor naga. Dengan logat bahasa Jawa yang kental, percakapan mengalir serta diselipi kata-kata makian khas Jawa. Begitu pula adegan Dwi saat berswafoto dengan lemarinya, kekinian banget.

Itu adegan berhasil mengundang tawa penonton, swafoto begitu dekat dengan keseharian, mungkin tawa mereka dalam rangka menertawai diri sendiri. Hehehe.

Akhir film mengisahkan “rumah baru” lemari. Jika kita sepakati lemari warisan itu adalah simbol ibu, dalam ekspektasi saya warisan tersebut tentu mendapat tempat yang layak. Tapi senyatanya tak semua demikian, ada yang berakhir di pinggir jalan serta di toko barang bekas. Secara pribadi penggambaran visual adegan ini menyentuh hati.

Salah satunya, lemari berada di pinggir sungai bersanding dengan barang bekas lainnya, miris. Ada pula lemari yang berada di pinggir jalan, berjejer dengan benda usang berkarat. Satu daun pintunya bergerak terbuka ditiup angin. Entah sang sutradara meniati adegan itu atau memang tak sengaja. Tapi jelas, bahasa gambar ini top markotop. Salut.

Jadi bisakah disimpulkan kalau kasih sayang anak kepada ibunya hanya sepanjang galah?

Belum tentu. Ada Tri yang dikisahkan menjaga, merawat dan melindungi ibunya di rumah. Jadi walaupun sepanjang galah, tapi jangan lupa galah dapat di sambung-sambung hingga panjangnya menjulang. Tapi tak semua orang memperlakukan ibunya seperti Tri, ada pula yang acuh tak acuh. Penanda kesinambungan hidup di dunia, ada hitam ada putihnya. Jadi silahkan di pilih.

Dalam sesi tanya jawab Wregas menjelaskan film Lemantun ini merupakan kisah nyata yang diambil dari salah seorang keluarganya. Waduuuuh, film ini pernah terjadi di dunia nyata. Hidup kadang absurd yah, seabsurd imajinasi manusia.

Selain adegan, saya pula mencermati sudut pengambilan gambar Lematun. Sungguh sederhana, tidak banyak neko-neko. Bahkan cenderung statis. Terkesan lemah? Bagi saya tidak, karena cerita Lemantun cukup kuat. Jadi pengambilan gambar tak perlu ribet-lah. Tapi bahasa gambarnya yang digodok sedemikian rupa agar penyampaian pesan tercapai.

Satu pengambilan gambar yang saya suka saat keempat saudara memindahkan lemari menggunakan mobil pribadi dan kendaraan sewaan. Wregas mengambil adegan ini dari jauh (long shoot), memperlihatkan bentangan sawah, dan luasan langit. Mobil mereka berjalan beriringan di tengah frame. Gilaaaa, cakeeep bener ni gambar.

Hal-hal yang tak Saya Setujui

Sejujurnya saya penasaran kenapa ada lemari warisan yang diberikan ibu tidak dirawat baik oleh anaknya. Apa yang terjadi? Itu warisan, lho. Dari ibu pula. Pertanyaan memadat di benak saya. Apakah penonton diperintahkan merangkai ending sendiri atau dibiarkan mengawang sedemikian?

Selain ending, saya tidak suka karakter ibu dalam film ini, walaupun tutur kalimatnya lemah lembut, tapi mimik wajah tokoh yang memerankan ibu “tidak sampai”. Ada yang mengganjal di hati saya, setiap dialog tokoh ibu. Entahlah kurang soft paras mukanya kali yah.

Juga saya merasa ada missing link adegan, saat adegan pembagian lemari. Masing-masing anak mencari lemari sesuai nomor undian. Setelah menemukan lemarinya. Mereka menempelkan print nama sebagai penanda. Naaah pertanyaannya adalah dari mana print nama masing-masing tokoh berasal? Padahal nomor undiannya dibuat dadakan menggunakan angka kalender oleh Tri.

Tidak dijelaskan detail hal tersebut. Print nama ini cukup penting dalam menata imajinasi penonton, karena di sana tercantum nama lengkap tokoh beserta gelar sarjana yang ia raih.

Tapi tak apalah bisa termaafkan karena bobot ceritanya, mampu membuat mata saya berkaca-kaca. Hiks hiks

***

Seusai menulis, saya menelpon Mama. Menanyakan mau dibelikan apa untuk camilan malam hari.

“Jaje Bali yang di Peken Kreneng ya, belikan mama,” sahut Mama di seberang sana.

“Oke, siap. Sehat selalu ya, Ma,” tutup saya.

Saya bergegas menuju Peken Kreneng, Denpasar sambil memutar kembali film Lemantun dengan gambar-gambar yang melekat di kepala. Buiiiiiikkkk.

Selamat Hari Ibu. (T)

Tags: filmibuPerempuan
Previous Post

Mengungkap Misteri “Suku Maya” di Mexiko atau di Layar Gadget

Next Post

“Banten-mebanten” Urusan Mutlak, Kapan Liburnya Ibu Kita?

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post

“Banten-mebanten” Urusan Mutlak, Kapan Liburnya Ibu Kita?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co