25 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: Muchlis/kemenpora.go.id

Foto: Muchlis/kemenpora.go.id

Semangat Timnas Ditransfer tanpa “Bluetooth” ke Hati dan Jiwa Warga NKRI

Ida Bagus Pandit Parastu by Ida Bagus Pandit Parastu
February 2, 2018
in Esai
29
SHARES

STADION Pakansari, Cibinong merah merekah. Tibalah sudah teater klimaks harapan publik Indonesia pada tim nasional sepakbola kesayangan. Musuh kuat di pelupuk mata. Tim Gajah Putih seputih salju (alay akibat komentator nyeleneh), Thailand adalah ujian akhir.

Masih terngiang di benak saya betapa hebatnya permainan Thailand kala melibas Myanmar di leg kedua semifinal. Mereka komplit; skill individu, organisasi dan kolektivitas, menyerang dan bertahan sama baiknya. Terasa begitu jauh di atas timnas kita.

Sudah terbukti pula ketika mereka mengalahkan Indonesia 4-2 pada fase grup. Akan tetapi sepakbola tetaplah bukan hitungan matematis. Bola memang bundar bulat, bukan trapesium apalagi belah ketupat, bukan pula belah duren. Ia bisa menggelinding liar, lantas menimbulkan kegalauan mendalam atau justru kegirangan pada makhluk-makhluk yang mempermainkannya.

Kemampuan tim dan strategi memang hakiki, namun semua hal tentu ada ‘faktor-X’ nya. Selama mau berjuang, selama masih punya keyakinan, tak ada yang tak bisa digapai. Semua terpampang nyata ketika kita bisa menyingkirkan Vietnam. Jiwa-jiwa nasionalisme itu berpacu.

Terus terang saja, di sepanjang laga, saya merasa permainan Thailand tak segila biasanya. Cenderung biasa-biasa saja, meski tak bisa dipungkiri mereka tetap unggul dalam kolektivitas. Barangkali terpengaruh atmosfer stadion yang membahana. Meski begitu, Thailand unggul jua lebih dulu via Teerasil Dangda.

Hati terenyuh, seisi stadion bungkam. Indonesia yang kehilangan Andik Vermansah yang menderita cedera di awal babak pertama, terus tertekan. Komentator televisi itu mengoceh, “Indonesia jadi bulan-bulanan bahkan tahun-tahunan”, “peluang emas bercampur intan permata sirna sudah”… Sial, komentar dari planet macam apa itu!

Saya lantas tak mengerti, ‘taksu’ apa yang dipunyai pelatih Riedl. Ia selalu sukses mengubah mood para pemain. Terbukti di babak kedua, Indonesia justru berhasil memperbaiki permainan dan mencetak gol secara meyakinkan melalui winger Rizky Ripora dan bek Hansamu Yama Pranata. Indonesia menang 2-1.

Sungguh, demi Tuhan, sampai di sini saja sudah begitu membanggakan hati. Wajar pula bila tangis para pemain khususnya Rizky dan Hansamu meledak. Kabarnya Irfan Bachdim yang absen sejak awal turnamen akibat cedera juga menangis sesenggukan. Perjuangan, kerja keras, nasionalisme tanpa memandang suku, agama dan ras, ini patut disyukuri dan dibanggakan.

Saya tak peduli berapa bonus material yang akan diterima para pemain nantinya. Semangat kentara yang ditransfer tanpa Bluetooth ke hati dan jiwa tiap warga NKRI, itu yang penting. Warga NKRI jadi melupakan apa agama mereka, apa suku dan ras mereka. Yang penting: Semangat Timnas, Semangat NKRI.

Presiden Jokowi yang sedang berada di Iran tak ketinggalan menyaksikan via laptop dan mengucapkan selamat lewat Twitter.

Euforia serasa membikin demam tanpa berdarah, kendati darah tersirap kala menyaksikan perjuangan tim. Bak hujan sejuk di musim kemarau, kemenangan ini terasa-rasa menjadi obat jiwa di negeri ini. Negeri yang dikungkung pekatnya situasi politik, isu agama yang sesungguhnya begitu berbahaya, terorisme dan degradasi moral yang massif.

Paham cocoklogi lantas bertebaran. Chile yang berkostum merah menjuarai Copa America Centenario 2016, Portugal yang berkostum merah juara Euro 2016. Indonesia juga berkostum merah dan sedang menjalani partai final piala AFF 2016. Jadi? Portugal menang menghadapi Perancis yang berkostum biru di final Euro dan menang. Indonesia juga menghadapi Thailand yang berkostum biru di final AFF.

Jadi? Pemain andalan Portugal, Cristiano Ronaldo cedera di awal laga dan seakan memupuskan harapan untuk menang. Pemain kunci Indonesia, Andik Vermansah juga cedera di awal laga. Jadi? Aaahhh, sudahlah. Bagi saya, cocoklogi yang paling tepat yakni; Para pemain Portugal punya kepala, badan, tangan dan kaki. Pemain Indonesia juga sama. Jadi juga bisa menang. Serius!

Meski tidak bisa dibilang santai karena masih ada leg kedua yang berat di Thailand nanti, namun pencapaian sejauh ini sudah sangat luar biasa dan patut diapresiasi. Pendukung sejati adalah gembira dan bangga ketika menang, dan tidak menghujat ketika kalah.

Sekali lagi, tak peduli hasil di leg kedua nanti, tak peduli Indonesia akan jadi juara atau tidak, saya tetap bangga. Namun doa selalu terucap: Semoga Timnas Indonesia Juara AFF tahun ini. Bravo! (T)

Tags: IndonesiaolahragaPiala AFFsepakbola
Ida Bagus Pandit Parastu

Ida Bagus Pandit Parastu

Pelukis agak gila tapi sangat gila sepakbola. Sedang pacaran. Salah satu ilustrator tetap di tatkala.co ini tinggal di Jembrana

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Pameran seni rupa karya dosen Undiksha Singaraja
Ulasan

Cara Dosen Merespons Kondisi Kekinian – Catatan Pameran Seni Rupa Dosen Undiksha

TANAH liat yang dibentuk serupa manusia itu saling bertumpuk. Sengkarut meniti tangga. Manusia-manusia liat itu berebut, bertempuk, menuju sebuah mangkuk ...

November 27, 2019
Foto: Putik
Ulasan

Novel Yahya Umar: Istana Impian Para Kuli dari Madura

Judul Buku: Istana Para Kuli # Penulis: Yahya Umar # Penerbit: Salsabila – Pustaka Al-Kautsar Grup # Tebal: 229 halaman ...

February 2, 2018
pementasan naskah Barabah ini oleh Teater Sadewa dan disutradarai Hendra Utay yang digelar dalam rangka Program Penyajian dan Pengembangan Seni UPTD Taman Budaya Art Center Tahun 2019, Sabtu, 20 Juli malam.  (Foto; Dok Teater Sadewa)
Ulasan

Pentas “Barabah” Teater Sadewa: Hanyut pada Pemanggungan Konteks Lama

Saya tidak tahu pasti bagaimana konteks zaman penulisan naskah “Barabah” karya Motinggo Busye. Saya berusaha melepas pikiran itu untuk menikmati ...

July 21, 2019
Ilustrasi diolah dari sumber Google
Esai

Bayang-Bayang Misogini Dalam Negeri

“Ya, saya sih sayang ya sama istri saya, dan suka sama setiap masakannya. Tapi, jujur! Saya paling gak bisa tuh ...

January 8, 2020
Foto-foto: Doni Marta
Peristiwa

JUS/t/KUSTIK di Apple Mart Singaraja: Buah, Musik, dan Hal-hal yang Menyehatkan

TAK perlulah dijelaskan lagi manfaat buah bagi kesehatan. Orang tua kita, apalagi saat kita kanak-kanak, mengatakan betapa bagusnya buah bagi ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Umberto Eco
Esai

Baca Lontar Bersama Umberto Eco

by Sugi Lanus
February 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1411) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In