KINI Buleleng punya dua nama beken: Putu Agus Suradnyana dan Dewa Nyoman Sukrawan. Jangan mengaku keren jika tak kenal dua nama itu. Atau, bolehlah tidak kenal. Tapi sungguh keterlaluan jika sama sekali tak pernah mendengar nama dua tokoh kita itu.
Mereka beken bukan saja karena keduanya sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) jadi calon bupati untuk bertarung dalam Pilkada Buleleng, 15 Februari 2017. Lebih karena sejak lima tahun lalu, dua nama itu sudah biasa jadi berita di koran, radio dan TV lokal, serta jadi topik obrolan di media tradisional semacam warung kopi, warung patokan dan poskamling.
Bukan Kebetulan
Tentu bukan sebuah kebetulan dua nama ini kini berada dalam dua sudut yang berseberangan di tengah ring Pilkada. Dewa Sukrawan menjadi calon bupati dari jalur perseorangan, sementara Agus Suradnyana merupakan calon yang diajukan PDI-P. Di Bumi Siobak dan Rujak Plecing ini, dua tokoh kita ini memang punya hubungan pertalian politik yang unik.
Keduanya sejak lama berada dalam satu partai politik bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) namun banyak yang bisik-bisik di tengah obrolan tak resmi bahwa keduanya memang jarang cocok. Meski kadang tampak kompak di depan wartawan pada saat-saat tertentu, namun sejumlah wartawan tahu ada “sesuatu yang tersembunyi” di antara dua mata dan hati mereka.
Yang lebih menarik, dua tokoh kita ini seakan-akan ditakdirkan untuk “berhubungan” sekaligus “berseberangan”. Setidaknya ada 5 fakta unik yang membuktikan Putu Agus Suradnyana dan Dewa Nyoman Sukrawan punya hubungan politik yang layak disebut “semacam takdir” sebelum mereka benar-benar “berhadap-hadapan” dalam Pilkada.
- Bersaing Raih Rekomendasi pada Pilkada Buleleng 2012
Setelah Putu Bagiada menjabat sebagai Bupati Buleleng dua periode (2002-2007) dan (2007-2012), Pilkada Buleleng tahun 2012 terbuka tanpa calon bupati petahana (incumbent). Dari PDI-P muncul sejumlah nama yang secara terus terang maupun malu-malu mencitrakan diri melalui berbagai media agar bisa mennggondol rekomendasi dari DPP PDI-P untuk bisa dicalonkan sebagai kepala daerah.
Dari banyak nama yang muncul, tampaknya persaingan mengerucut pada dua nama; Dewa Nyoman Sukrawan dan Putu Agus Suradnyana. Dua tokoh kita itu sama-sama punya kans besar. Sukrawan saat itu sebagai Ketua DPC dan Ketua DPRD Buleleng serta punya “tabungan politik” yang cukup besar di PDI-P. Sukrawan membuktikan diri sebagai kader PDI-P yang punya pendukung militan dengan perolehan suara besar di Dapil-nya dalam setiap hajatan Pemilu Legislatif.
Suradnyana pun bukan tokoh sembarangan. Selain beberapa periode duduk di kursi DPRD Bali dari Dapil Buleleng, ia juga pengurus DPD PDI-P Bali yang cukup disegani. Ia juga membuktikan diri memiliki dukungan massa besar yang juga dibuktikan dengan perolehan suara yang selalu besar untuk mengantarkannya ke kursi DPRD Bali.
Aroma persaingan dua tokoh kita ini di internal PDI-P memang sudah terasa sejak menjelang Pilkada 2012 itu. Namun, pada akhirnya Sukrawan tunduk pada rekomendasi partai yang jatuh kepada Agus Suradnyana. Suradnyana yang berpasangan dengan Nyoman Sutjidra dengan merk PAS saat itu menang dalam Pilkada Buleleng 2012 dengan jumlah suara lebih dari 50 persen.
- Tersebutlah Mereka jadi “Calon Wakil Gubernur”
Meski tak ada persaingan di antara mereka dalam perebutan posisi di Pilgub Bali, namun dua tokoh kita ini punya sejarah politik yang penting dalam Pilkada Gubernur (Pilgub) Bali tahun 2013. Jauh sebelum Pilgub Bali ditabuh, nama Putu Agus Suradnyana (yang saat itu sudah menjadi Bupati Buleleng) muncul sebagai bakal calon Wakil Gubernur berpasangan dengan Anak Agung Ngurah Puspayoga yang saat itu hampir dipastikan menjadi calon gubernur.
Bahkan poster bergambar Puspayoga dan Suradnyana dengan merk PAS sempat tayang di media sosial. Munculnya nama Suradnyana sebagai calon wakil gubernur sempat mengundang pro-kontra di kalangan masyarakat Buleleng. Tanggapan “tak enak” bukan saja datang dari warga yang kontra Suradnyana, namun juga datang dari para pendukung Suradnyana.
Namun Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri konon tak ingin Agus Suradnyana meninggalkan Buleleng. Suradnyana diminta tetap menjadi Bupati di kabupaten kelahiran nenek Megawati itu. Sehingga nama Agus Suradnyana pun hilang dari pembicaraan Pilgub Bali.
Namun, PDI-P tampaknya sangat sulit mencari pengganti Agus Suradnyana untuk dipasangkan dengan Puspayoga. Bahkan hingga beberapa hari menjelang berakhirnya jadwal pendaftaran calon di KPU Bali, PDI-P belum menentukan nama calon yang ditandem dengan Puspayoga.
Dan, tidak diduga, 5 Februari 2013, sehari menjelang berakhirnya pendaftaran calon di KPU Bali, Dewa Nyoman Sukrawan ditetapkan sebagai calon wakil gubernur mendampingi Puspayoga. Nama Dewa Sukrawan muncul sekitar tengah malam, saat rapat DPD PDI-P Bali yang dipimpin langsung Megawati di Gianyar sudah dalam suasana yang amat melelahkan.
Dewa Sukrawan pun saat itu mengaku kaget dan tidak menduga direkomendasikan menjadi wakil gubernur. Ia sendiri pada malam itu sebenarnya sudah pulang dari rapat ketika dalam perjalanan ke Buleleng ditelepon dan diminta berbalik. Beberapa jam setelah itu ia bersama Puspayoga mendaftar ke KPU Bali.
Yang unik, branding PAS yang sebelumnya digadang-gadang untuk pasangan Puspayoga-Suradnyana, tetap dipertahankan. Karena PAS bisa juga jadi akronim Puspayoga-Sukrawan.
- Saling Membantu dalam Pilkada
Meski sempat bersaing dalam meraih rekomendasi, Dewa Sukrawan tetap berbesar hati menjadi Ketua Tim Pemenangan Suradnyana-Sutjidra dalam Pilkada Buleleng 2012. Karena saat itu ia memang menjabat sebagai Ketua DPC PDI-P Buleleng. Sebagai kader partai yang loyal, Sukrawan tentu saja berkampanye membantu memenangkan Suradnyana-Sutjidra.
Demikian pula Putu Agus Suradnyana. Meski saat Pilgub Bali 2013 ia bukan sebagai Ketua Tim Pemenangan, namun Agus Suradnyana saat itu ikut membantu lancarnya kampanye untuk kemenangan pasangan Puspayoga-Sukrawan. Tentu saja sebagai Bupati Buleleng, gerakan Agus Suradnyana terbatas, namun selaku tokoh penting di Buleleng ia punya cara sendiri agar tak melanggar aturan untuk bisa membantu memenangkan pasangan Puspayoga-Sukrawan.
Sayangnya, pasangan Puspayoga-Sukrawan saat itu kalah tipis dengan pasangan Mangku Pastika-Sudikerta yang diusung Partai Golkar dkk.
- Bertukar Jabatan Ketua DPC dan Bendahara
Putu Agus Suradnyana dan Dewa Sukrawan ternyata punya takdir unik dalam hubungan karir jabatan di PDI-P. Dewa Sukrawan tercatat sebagai Ketua DPC PDI-P Buleleng pada periode 2005-2010 dan periode 2010-2015. Dan pada waktu yang hampir bersamaan Putu Agus Suradnyana menjabat sebagai Bendahara DPD PDI-P Bali.
Setelah jabatan Sukrawan berakhir, ia menggantikan posisi Agus Suradnyana di DPD sebagai bendahara. Sementara Agus Suradnyana terpilih sebagai Ketua DPC PDI-P Buleleng menggantikan Dewa Sukrawan.
Kini setelah Dewa Sukrawan mencalonkan diri sebagai Bupati Buleleng melalui jalur perseorangan, sejumlah berita menyebut ia dipecat dari PDI-P sekaligus dari posisi bendahara. Namun dalam sejumlah berita di media, Dewa Sukrawan mengaku masih sebagai bendahara dan belum dipecat dari PDI-P. Menurut Sukrawan sebagaimana dikutip media, ia mengaku belum menerima surat pemecatan.
- Sama-sama Orang Nomor Satu
Bicara soal kader di PDI-P Buleleng lima tahun belakangan, Sukrawan dan Suradnyana bolehlah disebut sebagai sama-sama orang nomor satu. Ini bisa dilihat dari jabatan mereka. Sukrawan pernah menjadi orang nomor satu di legislatif sebagai Ketua DPRD dan Suradnyana kita tahu menjadi Bupati Buleleng.
Meski masing-masing jadi orang nomor satu di legislatif dan ekskutif, dari pengamatan media keduanya jarang tampak bersama-sama saat mereka sama-sama menjabat, baik bersama dalam acara-acara formal pemerintahan maupun dalam acara-acara nonformal.
Jarangnya mereka bersama-sama mungkin sudah jadi tanda awal bahwa kelak mereka akan “benar-benar berseberangan” dalam satu hajatan politik. Dan benar saja, dalam Pilkada Buleleng 2017 ini, keduanya sama-sama jadi calon bupati. Dan hanya ada satu calon yang akan menang. Siapa? (T)