PEREMPUAN mana sih yang tidak menginginkan tubuh indah dan dipuji banyak orang? Memiliki tubuh indah adalah impian setiap perempuan di dunia.
Tapi, bagaimana dengan perempuan yang memiliki tinggi badan tak sampai 150 cm, berat hanya 41 kg, dan memiliki warna kulit sawo matang? Bisa dibayangkan. Tak ada seorang pun yang ingin melirik perempuan dengan postur tubuh seperti itu. Ya, itulah aku saat ini, perempuan yang tidak dilirik oleh lelaki manapun, perempuan yang selalu menjadi bahan bully-an, dan perempuan yang selalu “ditinggalkan”.
Banyak perempuan mengeluh karena memiliki berat badan 50 kg dan berlomba-lomba melakukan diet ketat. Hey, that’s perfect body! Can you imagine how I am? Nobody looks at me now. Tapi, aku, justru ingin menambah berat badan.
Banyak cara yang telah aku lakukan untuk menambah berat badan. Dimulai dengan makan tiga kali sehari dan selalu ditutup dengan menyemil makanan kecil sebelum pergi tidur di malam hari. Dan hasilpun tetap nihil.
Banyak bully-an yang aku dapat dan juga dengar karena memiliki tubul mungil. Pernah suatu ketika, saat aku sedang bercanda gurau dengan teman-teman organisasiku, aku mendengar kata yang membuat hatiku begitu sesak dan meneteskan air mata.
“Kalau si A dijual, harganya mahal. Badannya, aduhhh.. bagus banget! Kalau kamu yang dijual sih, nggak laku. Badanmu ngga isi apa-apa” dan kemudian diiringi dengan tawaan teman-temanku yang lain.
Jujur, aku sangat shock saat itu. Segitu burukkah badanku ini? Haruskah aku mendapat hinaan itu? Aku hanya tersenyum. Seketika aku memikirkan cara-cara agar aku memiliki badan yang indah seperti teman-temanku yang lain. Aku tahu itu hanya candaan tapi hati tetap sakit mendengar candaan seperti itu.
Tidak hanya itu, banyak kicau-kicauan yang aku dengar dan nasib buruk yang aku terima, seperti “Kok kamu kurus sekali sih? Kamu ngga pernah makan ya?”. Atau “Kamu kelas berapa?”, “Kamu SMP atau sudah SMA?”.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul membuatku begitu muak, ingin sekali rasanya berteriak di depan wajah mereka dan memberi tahu bahwa aku seorang mahasiswi di salah satu universitas ternama di Bali. Namun, ku urungkan niatku dan menjawab pertanyaan mereka sewajarnya.
Dampak lain yang aku terima dengan memiliki postur tubuh seperti ini adalah “ditinggalkan”. Gadis berusia 20 tahun dengan tinggi tak sampai 150 cm, berat badan hanya 41 kg, dan memiliki warna kulit sawo matang.
Benarkah tubuh mungil tak laku “dijual”? Jika tubuh adalah komoditi mungkin jawaban ya. Banyak orang tertipu membeli barang hanya karena orang itu lebih tertarik pada bentuk, bukan pada isi. Tapi banyak juga orang tidak merasa tertipu meskipun mereka sudah membeli barang tanpa isi, tentu karena orang itu bisa disebut sebagai orang pemuja bentuk. Dalam hal manusia, memang ada banyak lelaki menjadi pemuja tubuh, tak peduli apa pun isi di dalam tubuh.
Padahal tubuh itu unik. Ia diciptakan untuk membuat manusia kelihatan dengan jelas di mata sesamanya. Di sisi lain, tubuh justru menutupi kemanusiaan seseorang, sehingga banyak yang tak paham atau salah paham tentang orang lain, meski tubuhnya sudah terlihat dengan jelas.
Pada foto seseorang di media sosial yang tampak adalah tubuh dan wajah. Jika ingin melihat lebih dalam, apa yang ada di dalam tubuh dan di balik wajah orang itu, kita harus memperhatikan lagi secara lebih seksama. Misalnya, memperhatikan isi-isi status yang ditulis pengguna media sosial itu, foto apa atau berita apa yang kerap mereka share, siapa saja teman-teman yang mereka ajak saling komentar, dan apa saja isi-isi komentar itu.
Jika belum yakin, maka biasanya orang mengajak kopi darat. Bertemu di dunia nyata. Tapi anehnya di dunia nyata pun orang tetap melihat semata-mata tubuh dan wajah, bukan ingin melihat apa-apa yang tidak bisa mereka lihat di media sosial. Misalnya tutur kata di bibir yang nyata, suara yang biasa sembunyi di hati, dan apa saja isi di otaknya.
Aku tak habis pikir. Dan selalu menghadapi kenyataan pahit dengan tubuh yang mungil ini.
Ya, banyak lelaki menyukai perempuan cantik, dengan tinggi sewajarnya, badan semok, dan perempuan berkulit putih. Dan itu semua tidak ada dalam diriku, tidak ada. Aku sering melakukan kopi darat dengan teman lelakiku yang kukenali dari dunia maya. Dan banyak dari mereka yang meninggalkanku setelah pertemuan itu. Miris.
Aku selalu berusaha untuk tampil cantik sebelum bertemu dengan teman baruku. Memakai pakaian yang sewajarnya (sopan dan tidak terbuka), make-up tipis, dan selalu berbicara dengan ramah layaknya ketika kita chatting. Memang ketika bertemu dan bercakap-cakap, mereka menunjukan ketertarikannya kepadaku. Selalu menatap ketika aku berbicara, menceritakan dunianya kepadaku, dan saling membalas candaan yang kami lontarkan.
Namun, pada saat kami berpisah dan kembali ke rumah masing-masing, tak ada kabar sedikitpun, mereka hilang. Aku tak tahu telah melakukan kesalahan apa, aku tak tahu salahku di mana, mereka selalu meninggalkanku setelah kopi darat.
Aku selalu berpikir bahwa mereka sebenarnya tidak pernah tertarik padaku. Ya, memiliki tubuh indah dan paras cantik tampaknya menjadi suatu keharusan bagi setiap perempuan. Padahal sebenarnya kita harus selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan dan selalu menjaga apa yang Tuhan telah titipkan. (T)