11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Buleleng Festival dan Slank yang Ditunggu-tunggu

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inFeature

Foto: Eka

234
SHARES

BULELENG Festival (Bulfest) dibuka 2 Agustus ini dan akan berlangsung 6 Agustus 2016. Ini Bulfest keempatkali sejak digelar pertamakali, Agustus 2013. Di Bali, Bulfest memiliki gema dan gaung yang cukup kuat dibanding festival lain, justru karena ada kata “Buleleng” yang menawarkan sesuatu yang berbeda, menawarkan “Bali yang lain, Bali yang sepertinya bukan Bali, namun tetap Bali”.

Seperti juga Bulfest sebelumnya, masyarakat Buleleng selalu menunggu-nunggu. Bahkan jauh sebelum panitia mencetak jadwal secara resmi, sejumlah akun facebook sudah diramaikan sejumlah status dan komentar. Yang menarik, sejumlah status dan komentar dari warga tampak terkesan lebih menunggu bintang tamu ketimbang pentas seniman lokal.

“Wow, bintang tamu Bulfest keren-keren” tulis seseorang di facebook.

“Ayo, ke Bulfest, ada Slank lho,” tulis yang lain.

Panitia memang mendatangkan grup band Slank. Grup dengan penggemar yang melimpah-ruah itu akan tampil saat pembukaan Bulfest, 2 Agustus malam. Aksi Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar), dan Abdee (gitar) tentu layak ditunggu. Grup itu memang layak ditonton.

Bukan hal yang salah juga, kehadiran Slank digunakan sebagai daya tarik mempromosikan Bulfest, bukan hanya promosi untuk warga Buleleng, melainkan juga untuk warga luar Buleleng, bahkan mungkin luar Bali. Bukan dosa juga jika Slank dan bintang tamu yang lain dijadikan magnet Bulfest. Bulfest akan lebih ramai, lebih bergengsi, lebih wow…

Tentu akan aneh kedengaran di telinga anak muda jika statusnya ditulis, “Ayo ke Bulfest, ada wayang wong, lho?” Atau “Kereeeen, ada legong tombol di Bulfest”.

Tapi ada galau juga di hati. Pertanyaan pun muncul, kenapa negara mengeluarkan banyak duit untuk membuat festival kebudayaan? Tentu bukan sekadar membuat kerumunan. Tentu juga bukan sekadar untuk bersenang-senang dan menghibur masyarakat. Festival adalah bagian dari politik kebudayaan. Di dalamnya ada strategi besar untuk mencapai sejumlah tujuan penting di bidang kebudayaan, misalnya untuk peningkatan harkat dan martabat kebudayaan di sebuah tempat. Selanjutnya adalah tujuan lain seperti meningkatkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Bulfest pun tentu dibuat sebagai bagian dari politik kebudayaan. Di dalamnya ada semacam jengah untuk menunjukkan pada dunia bahwa di Bali ada sebuah tempat yang memiliki beragam peradaban manusia unggul serta seni dan budaya adiluhung. Tempat itu bernama Buleleng, bagian dari Bali, namun juga berbeda dengan Bali. Untuk mencapai tujuan politik itu, strategi pun digodok.

Panggung megah, lampu sorot dengan cahaya yang mewah, dan sound system yang menggelegar, adalah bagian dari strategi. Baliho dipasang di mana-mana, iklan ditebarkan, adalah juga strategi. Strategi untuk “memaksa” orang menonton seni pertunjukkan yang sebelumnya mungkin hanya dipentaskan di ruang-ruang sempit dengan lampu remang-remang di pedesaan. Setelah “dipaksa”, orang akan tahu, dan mungkin kemudian mencintai dan ketagihan.

Mendatangkan Slank bisa dianggap sebagai strategi. Secara sederhana, Slank dan bintang tamu lain, bisa menjadi magnet agar orang-orang, terutama anak muda yang sebelumnya tak begitu hirau dengan seni-budaya lokal, datang ke Bulfest. Selain menonton Slank, secara otomatis mereka juga akan melihat joged, legong dan seni-budaya khas Buleleng lainnya. Bahkan orang di luar Buleleng pun bisa datang.

Namun, ada kecurigaan, jangan-jangan setelah Slank manggung, Bulfest dianggap sudah usai. Apalagi Slank tampil di hari pertama. Agar itu tak terjadi, memang harus ada strategi lain. Misalnya mempertunjukkan garapan-garapan seni yang bisa “bersaing” dengan Slank. Agar setiap malam terdapat garapan unggulan yang ditunggu-tunggu pengunjung.

Menampilkan joged bumbung secara massal adalah juga strategi. Sejak pertama kali digelar, seni massal pada pembukaan Bulfest seperti menjadi ciri khas. Itu memang strategi yang benar. Selain itu, pada pembukaan Bulfest keempat ini juga ditampilkan tari hasil rekonstruksi, Legong Tombol, yang juga ditarikan secara massal, 50 penari. Mengangkat Legong Tombol yang sempat terkubur ke panggung utama (yang tentu saja akan “memaksa” orang-orang termasuk pejabat dan tamu undangan untuk melihatnya) tentu juga cara yang tepat. Tapi ide dan strategi itu baru hanya sebatas jumlah penari.

Yang belum banyak dilakukan adalah strategi di bidang ide garapan, baik garapan tari, musik, maupun karawitan. Padahal dengan kekayaan yang dimiliki Buleleng, harusnya banyak garapan seni baru muncul. Garapan baru, secara mudah, misalnya bisa dilakukan dengan cara kolaborasi. Grup musik bisa bergabung dengan sekaa genjek menampilkan satu garapan musikal yang asyik dan menggemaskan. Atau sesama seniman musik menampilkan konser gabungan dengan mencampur berbagai jenis musik di dalamnya. Atau seniman sendratari, seniman drama gong, seniman wayang wong, bersatu membuat garapan baru: entah bernama drama kolosal, entah wayang wong inovatif, entah sendratari kolaboratif.

Ide itu bukan barang baru. Banyak seniman Buleleng sudah melakukannya. Di Pesta Kesenian Bali ke-38 di Taman Budaya Denpasar, kolaborasi grup musik Ake Buleleng, Smarandana dan grup lawak Rare Kual, berhasil membuat suasana PKB menjadi lebih segar. Seniman dari Tejakula menampilkan seni balaganjur dengan mencampur seni wayang wong di dalamnya. Lalu, dramawan Putu Satria Kusuma menampilkan drama gong asli Buleleng. Drama gong itu sesungguhnya adalah proses campuran dari drama tradisional, drama modern, dan stambul. Ceritanya pun diambil dari karya sastra modern, “Sukreni Gadis Bali”.

Garapan-garapan semacam itulah yang semestinya lebih banyak ditampilkan dalam Bulfest sebagai pentas unggulan untuk bersaing dengan bintang tamu semacam Slank. Semoga pada Bulfest tahun ini garapan seperti itu lebih memang muncul, tentu saja agar Slank punya saingan.

Oh ya, saya ingat, setelah Bulfest pertama, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana sempat menyampaikan keinginannya untuk menampilkan garapan drama kolosal pada Bulfest berikutnya. Drama itu digarap seniman-seniman unggulan dari berbagai bidang. Keinginan itu sempat disampaikan di depan seniman dan sejumlah pejabat di bidang kesenian. Itu ide yang sangat bagus, namun hingga kini belum terwujudkan. (T)

 

Tags: balibulelengbuleleng festivalSenislank
Previous Post

Senang Matematika, Karena Bapa Tidak Pukul

Next Post

Kumpulan Cerpen Triyanto Triwikromo: Konstruksi Struktural Sayap Anjing

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Kumpulan Cerpen Triyanto Triwikromo: Konstruksi Struktural Sayap Anjing

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co