20 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Ilustrasi: Dek Omo

Ilustrasi: Dek Omo

Buta Paling Buruk adalah Buta Politik

Kadek Cita Ardana Yudi by Kadek Cita Ardana Yudi
February 2, 2018
in Opini
106
SHARES

Buta paling buruk adalah buta politik. Dia yang buta politik adalah dia yang tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga harga komoditas, obat, tepung, makanan, tergantung pada keputusan politik. Orang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya akan lahir pelacuran, anak terlantar, politisi busuk serta rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.

Begitu kata Bertolt Brecht, seorang penyair dan dramawan Jerman.

Sejumlah anak muda, perempuan, bahkan juga orang tua, yang justru sebagian adalah intelektual dan terpelajar justru tak segan mengatakan, “Aahhh, jangan bicara politik. Kamu masih kecil. Politik itu kotor. Jangan ikut di dalamya. Politik itu menghalalkan segala cara. Lebih baik kamu hindari!” Itu satu frase yang sangat jamak terdengar dalam berbagai percakapan, bahkan malah kadang muncul dalam dialog-dialog kelompok terpelajar bahkan di sekolah. Bahkan pula di kampus ada ungkapan yang lumrah: “Mahasiswa jangan berpolitik praktis!” Dan itu bisa saja datang dari dosen pengajar ilmu politik.

Ironis, iya memang ironis. Karena sejatinya politik memiliki tujuan untuk mewujudkan kebaikan bersama begitu dalam pengertian klasik Aristoteles. Lalu mengapa sesuatu yang memiliki tujuan sangat baik mesti kita hindari? Di satu sisi banyak yang menuntut kemajuan pembangunan dan tercapainya kesejahteran rakyat, sementara di saat yang sama jalan mencapai tujuan bersama itu dihindari, diharamkan, dijauhi sejauh-jauhnya?

Tentu ada sesuatu yang salah kenapa hal itu bisa terjadi. Mungkin ada yang salah dalam proses transfer pendidikan politik, dalam lembaga formal maupun informal. Mungkin ada yang salah dalam realitas politik yang dipertunjukkan dalam pemilu, pilkada atau pilpres. Mungkin ada banyak kesalahan dalam banyak hal.

Tengok misalnya realitas politik dan partai politik di negeri kita sekarang ini, di mana partai politik menjadi semacam kartel, dipimpin dan dikendalikan sebagai layaknya perusahaan oleh para CEO dan pemiliknya. Sejatinya rakyat bisa menghukum bahkan menghancurkan kartel-kartel tersebut melalui proses elektoral atau kepemiluan yang memang ruangnya disediakan oleh negara, yakni dengan cara tidak memilih kartel-kartel semacam itu. Juga, bisa dilakukan melalui kekuatan civil society. Kekuatan kekuatan rakyat ini memang harus terkonsolidasi dengan padat, melalui pemahaman politik rakyat.

Jadi, tunggu apa lagi. Mulailah dari sekarang. Perubahan tidak akan terjadi apabila kita tidak pernah memulainya. (T)

Tags: Partai PolitikPolitik
Kadek Cita Ardana Yudi

Kadek Cita Ardana Yudi

Mantan Ketua KPU Buleleng, kini bertualang sembari terus menulis dan mengurus anak yang sedang meniru kenakalan ayahnya

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Sakit Maag Lama dan Sulit Tidur, Bisa Jadi Psikosomatis

Kali ini saya ingin menulis tentang satu gangguan yang sering sekali muncul di tengah situasi yang serba tidak pasti seperti ...

May 15, 2020
Band Antrabez saat jumpa pers di Denpasar
Kilas

Bersiap Mendengar Indonesia dari Antrabez, “Anak Terali Besi” Lapas Kerobokan

  DI dalam penjara, orang bisa kehilangan akal. Tetapi tidak dengan Antrabez, band beranggotakan Napi Lapas Kerobokan. Mereka bernyanyi, mereka ...

February 2, 2018
Penampilan Sanggar Cudamani di Wantilan Art Center, Denpasar, Sabtu, 25 November 2017
Kilas

“Bumi” dari Sanggar Cudamani, Matang dan Tenang

  SANGGAR Cudamani, Gianyar, menunjukkan kematangannya sebagai komunitas seniman yang berproses secara mandiri dan dalam waktu yang panjang di dunia ...

February 2, 2018
Foto: koleksi Noorca
Esai

Panggung Jawab Teater – Catatan untuk Diskusi Federasi Teater Indonesia 2016

*Tulisan ini adalah Catatan untuk Diskusi Federasi Teater Indonesia, TIM, Senin 26 Desember 2016 HARUSKAH teater bertanggungjawab? Mengapa? Kepada siapa? ...

February 2, 2018
Kegiatan mahasiswa KKN Undiksha 2016 di Desa Batunya, Baturiti, Tabanan.#Foto: dok Surya Pratama
Esai

Prof. Sudiana: KKN Dulu dan Kini Beda, Yang Sama ya Kisah Cinlok

KULIAH Kerja Nyata (KKN) mahasiswa dulu dan sekarang itu sangat jauh berbeda. Sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an KKN benar-benar program ...

June 9, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Gowes di jalur Desa Siakin, Kintamani dan -Desa Les, Tejakula
Khas

Dulu & Kini | Desa Les dan Siakin – Jalan Hutan Terasa Dekat, Jalan Aspal Terasa Jauh

by Nyoman Nadiana
January 19, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Bangli Abad XII | Dan Potensi Masa Kini

by IGA Darma Putra
January 20, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1352) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (3) Khas (309) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (328)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In