Pawai ogoh-ogoh saat Hari Pengerupukan, 6 Februari 2019, atau sehari menjelang Hari Nyepi, di Desa Pemuteran, Gerokgak, Buleleng, berbeda dengan desa-desa lain di Bali.
Di desa-desa lain suasananya bisa saja gegap-gempita dan penuh kemegahan, tapi di Desa Pemuteran tampak kebersamaan yang sungguh menggugah, khusyuk dan mengharukan. Karena di Desa Pemuteran, muda-mudi Hindu yang tergabung dalam Sekaa Teruna, seperti STT Stithi Aji, di Desa Adat Pemuteran bergabung bersama muda-mudi Muslim dari Pemuda Ansor, termasuk anggota Banser dan Fatser, ikut bersama mengamankan pawai ogoh-ogoh, sekaligus lebur bersama dalam barisan pawai ogoh-ogoh keliling desa.
Pawai Ogoh-ogoh di Desa Pemuteran itu sendiri berjalan sangat meriah. Ogoh-ogoh yang ditampilkan jumlahnya belasan Ogoh-Ogoh yang dibuat sejak beberapa bulan lalu. Sebagai daerah pariwisata, pawai itu juga ditonton para wisatawan yang menginap di kawasan desa itu.
Selain menyaksikan kemeriahan pawai, suasana yang ditampilkan juga unik dan jarang ada di desa-desa lain di Bali. Anak-anak, pemuda, dan orang tua, turun bersama, terlibat bersama, dalam prosesi pawai. Selain bersama-sama mengarak Ogoh-Ogoh, sebagian ikut melakukan pengamanan, membuka jalan, mengatur lalu-lintas, dan tentu saja mengatur penonton.
Mereka seakan tak mengenal kata lelah, dari sore hingga malam mereka terlibat dalam semangat kebersamaan. Yang sangat menarik, tampak sekali tak ada sekat antara pemuda Muslim dan teruna Hindu serta warga-warga tetua mereka, dalam acara itu. Satu hal yang pasti, mereka sama-sama bersemangat hingga suskses semua acara.
Ketua Pemuda Ansor Desa Pemuteran, Syarifuddin, mengatakan dalam acara pawai Ogoh-ogoh itu memang semua Perangkat Desa Pemuteran, STT Stithi Aji Darma, Kelian Desa Pakraman, Karang Taruna Putra Sesana Pemuteran, Pengurus FKUB Pemuteran, Ansor-Banser, dan Fatser.
Menurutnya, partisipasi warga Non Hindu sebagai peserta pawai, ini baru tahun ini dilakukan. Tapi kalau membantu pengamanan di jalan saat ada upacara keagamaan, sejak dulu memang sudah biasa dilakukan bersama-sama , baiuk warga Hindu maupun warga non Hindu, di Desa Pemuteran.
“Dan yang paling penting, Hubungan baik semacam ini, hubungan baik yang sudah terjalin sejak dulu di Pemutetan, harus tetap dijaga. Dan zaman sekarang, hal-hal semacam ini sangat perlu ditampilkan, karena mengingat akhir-akhir ini ada oknum yang mencoba memecah-belah warga mengatasnamakan agama,” kata Syarifuddin. [T/*]