BICARA soal pemberantasan korupsi yang pertama teringat adalah sebuah hal yang berat dan menyeramkan. Padahal sebetulnya tidak, persoalan pemberantasan korupsi tidak hanya bisa dilakukan oleh penegak hukum, apalagi pahlawan super. Setiap lapisan masyarakat pun sebetulnya mampu untuk berkontribusi lebih untuk terjun dalam setiap aksinya. Terjun dalam hal semacam korupsi ini adalah sebuah perjalanan yang menantang dan penuh perjuangan.
Tentu, seorang pejuang mesti berbekal kemauan, tekad dan strategi sesuai potensi dan minatnya masing-masing. Jika kita memiliki harapan untuk negara ini tentu kita tidak bisa bersikap apatis, tidak hirau apa yang terjadi, apalagi terkesan mengiyakan apa yang sudah pelaku korupsi ambil dari kita sebagai warga dari sebuah negara yang kaya raya.
Indonesia adalah negara kaya dengan penduduk dan budaya yang beragam. Untuk bahasa saja di Indonesia terdapat 746 bahasa daerah. Untuk keanekaragaman hayati yang dilansir dari Tempo pada tahun 2014, di Indonesia terdapat sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar dunia. Diantaranya 1539 jenis burung dan 515 jenis mamalia. Dengan kata lain, Indonesia menjadi habitat bagi satwa endemik yang sangat banyak.
Dalam sektor perikanan dan hayati, Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di dunia. Ini meliputi 4,4 juta ton di wilayah tangkap perairan Indonesia dan 1,8 juta ton berada di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Tidak hanya itu, Indonesia juga kaya dengan potensi minyak buminya. Indonesia berada di posisi ke-25 dalam daftar negara dengan potensi minyak bumi terbesar di dunia. Laman lpli.org pernah melansir soal tambang, dan Indonesia juga memiliki potensi pada tambang emas. Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari total cadangan emas dunia.
Lalu dengan kekayaan di atas, kenapa Indonesia masih miskin? Tingkat pendidikan Indonesia dan angka putus sekolah masih memprihatinkan. Daya saing lemah dalam dunia perdagangan. Angka pengangguran dan kriminalitas masih tinggi. Bukankah ini adalah sebuah paradox besar? Indonesia memiliki kekayaan alam dan potensi-potensi yang begitu luar biasa, namun perekenomian tetap saja terpuruk.
Kita memang harus mengutuk korupsi. Korupsi adalah penyebab utamanya. Ibarat efek domino, korupsi adalah ujung terpuruknya beragam persoalan di Indonesia. Tak ada orang lain yang dirugikan selain kita. Iya, aku, kamu dan kita, warga Indonesia.
Tentu akan berbeda jika kerugian negara ditanggung oleh pelaku korupsi/koruptor itu sendiri. Karena nyatanya yang terjadi adalah kerugian akibat tindak pidana korupsi ini tidak dibebankan seluruhnya kepada pelaku yang terbukti bersalah, namun juga pada negara. Tak jarang hakim menjatuhkan hukuman lebih rendah dari tuntutan jaksa, baik hukuman maupun denda untuk mengganti kerugian negara akibat perbuatan yang dilakukannya.
Lalu apa yang bisa kita lakukan jika kita sudah tahu kalau pemberantasan korupsi adalah sebuah pilihan yang penting? Tentu, diam dan mengikuti arus bukanlah sebuah pilihan jika kita memang menghendaki Indonesia ini menjadi negara makmur dan sejahtera, yang tidak hanya utopia.
Ikut ambil andil dalam pemberantasan korupsi merupakan sebuah perjalanan yang menantang. Melakukannya dengan minat atau passion akan membawa kita ke dalam sebuah perjuangan yang begitu menyenangkan, karena kita melakukannya dengan passion atau gairah. Penanaman nilai-nilai anti korupsi bisa dicapai melalui melalui sikap yang berintegritas dan juga literasi.
Secara umum, integritas dapat diartikan bersatunya ucapan dengan perbuatan. Masyarakat Bali mengenal Satya Wacana dan Satya Laksana, atau setia pada kata-kata maupun ucapan dan setia pada perbuatan. Jika ucapan mengatakan anti korupsi, maka begitu pun perbuatan.
Sebagaimana pengertian literasi yang dikemukakan National Institute for Literacy (NIFL), Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Kegiatan literasi tidak hanya membaca dan menulis, tetapi berkreasi dengan lagu, musik dan juga mencurahkan gagasan dalam proses diskusi.
Ada banyak jenis literasi, mulai dari literasi media, literasi dasar, literasi lingkungan dan lain sebagainya. Penanaman anti korupsi bisa dilakukan dari hal-hal kecil dalam keseharian, seperti berlatih untuk berintegritas melalui literasi lingkungan. Salah satunya peduli terhadap lingkungan atau hal-hal kecil di sekeliling kita. Berlaku hidup bersih dan tidak membuang sampah sembarangan adalah contohnya.
Bagaimana kita bisa bicara soal korupsi yang masif jika keinginan untuk melakukan pelanggaran yang sifatnya kecil saja kita tak mampu atasi. Integritas mesti dilatih sejak dini dengan cara-cara yang tidak membosankan, bukan dengan menggurui tapi dengan pemberian contoh.
Pemberian contoh adalah cara yang terbaik. Indonesia merupakan bangsa yang paternalistic atau masyarakat yang membutuhkan teladan dari sosok pemimpin atau tokoh di pelbagai tingkatan, mulai dari tingkat keluarga hingga tingkatan negara. Dari teladan itulah anak-anak maupun masyarakat belajar entah sikap ataupun cara pemikirannya. Pemberian contoh berintegritas bisa dilakukan dengan menjadi model itu sendiri.
Tidak hanya itu, membaca dan belajar dari buku juga perlu. Banyak contoh buku cerita yang memberikan anak-anak gambaran nilai-nilai antikorupsi seperti sikap jujur, berani, bertanggung dan banyak lagi dari setiap tokoh ceritanya. Hal semacam ini akan anak-anak anggap sebagai contoh yang baik. Dari tokoh cerita anak-anak akan belajar banyak hal, kelakuan yang patut mereka tiru dan amalkan. Semakin sering ditanamkan sikap integritas tersebut, semakin baik nanti hasil yang akan didapatkan ketika mereka telah dewasa. Disinilah peran literasi sangat perlu.
Jika sudah ditanamkan, tumbuh dan berkembang, maka sikap dan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kesederhanaan, berani, dan bertanggung jawab akan mengakar dan mekar dalam setiap taman kehidupan. (T)
Catatan: Esai ini peserta Lomba Festival Anti Korupsi Bali 2017