SEPERTI sudah keniscayaan, hujan selalu turun di bulan Desember pada suasana Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Barangkali itu adalah berkat Tuhan untuk semua umatnya di muka bumi, dan hujan itu turun menemani Mesak Ena Jalla (56) dan beberapa temannya saat membuat pohon natal dari botol-botol bekas di Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Jl. Gatot Kaca No. 9, Singaraja, Senin, 16 Desember 2024 pagi.
Lelaki itu masih menyusun botol-botol bekas menggunakan ripet dengan apik, disusun hingga menjulang ke atas seperti pohon cemara. Ya, lelaki itu sedang membangun pohon Natal untuk perayaan tanggal 22 Desember nanti, dan bintang Betlehem sudah terpacak di atas pohon itu siap bersinar dengan tubuh nyaris sempurna.
Proses menyusun botol bekas minuman mineral untuk dijadikan pohon Natal | Foto: tatkala.co/Son
Bintang itu sebagai simbol penting bagi umat Kristiani, salah satunya memiliki makna ketaatan dan kerendahan hati. Menurut Pendeta Viyata Margareta Yuliana Bolla, kehadiran pohon Natal di setiap rumah atau Gereja memiliki fungsi sosiologis yang berarti. Yaitu, mempersatukan keluarga atau mempertemukan setiap jemaat di Gereja dengan hangat.
Kemudian, pohon Natal bisa pula memiliki makna tentang proses kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang sakral. Saat Hari Raya Natal itu tiba, pohon Natal biasanya diambil dari pohon cemara yang kemudian dihias dengan bola-bola kecil berwarna, lampu-lampu kerlap-kerlip, dan tentu dengan beberapa kado terbaik di bawahnya.
Dengan suasana salju turun putih-putih ketika hari raya itu sudah tiba, suasana membuka kado Natal seakan menjadi leih terasa dan meriah. Jika di Eropa atau daerah yang ada saljunya, pada musim turun salju membuat suasana Natal jadi istimewa. Di Indonesia terutama di Bali juga begitu. Meski tak ada salju, tapi hujan juga tak kalah menambah hangat dan manisnya pada suasana merayakan Natal atau akhir tahun nanti.
“Tahun kemarin pakai bambu, tahun sekarang pakai botol-botol daur ulang. Jadi kita memanfaatkan barang-barang sekitar kita yang bisa digunakan untuk membuat pohon Natal ini,” kata Mesak.
Pohon Natal dari susunan botol bekas | Foto: tatkala.co/Son
Pak Mesak adalah orang yang memiliki konsep pohon Natal itu. Pohon itu dibuat dari dari botol-botol bekas air mineral. Sekitar 1000 botol bekas untuk membuat pohon Natal itu, dan para jemaat sudah mengumpulkannya setiap hari Minggu sedari dua bulan lalu. Kini pengkerjaannya sudah mencapai 80% dengan tinggi pohon itu sekitar 3,2 meter. Lelaki itu sudah mengerjakan di bulan ini dibantu beberapa temannya.
Di dalam Gereja, pohon cemara buatan sudah berdiri di sudut gereja terhias bagus. Bu Pendeta kemudian masuk ke dalam Gereja, dan memastikan yang lain sudah siap. Di depan salib ia berdiri menatap, ia memastikan lampu sudah menyala hias di balik salib itu. Kemudian ia pergi ke luar mengecek pohon Natal sedang digarap Pak Mesak dan kawan-kawannya.
Suasana di Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Jl. Gatot Kaca No. 9, Singaraja | Foto: tatkala.co/Son
Di beranda Gereja, Mesak dibantu oleh beberapa temannya terus bergelut dengan botol-botol itu. Di sela hujan turun, Mesak terus merakit botol-botol bekas mengejar hari raya akan tiba sebentar lagi. Sesekali, ia juga memastikan lampu warna-warni dirakitnya sudah terpacak di dalam pohon itu dan menyala di balik botol-botol sudah mengembang seperti pohon cemara yang mengerucut.
Pohon kali ini lebih sederhana, kata Pak Mesak. Tuhan suka yang sederhana. Lantas ia mencoba menyalakan lampu yang sudah dipasangnya. Lampu-lampu itu menyala, dan bisa membayangkan bagaimana megahnya pohon Natal itu jika sudah selesai secara utuh, pasti sangat indah dengan cahaya kerlap-kerlip di malam raya.
Selamat Hari Raya, Pak Mesak, Bu Pendeta, dan teman-teman umat Kristiani. Selamat Hari Natal dan Tuhan memberkati. Semoga. Amin. [T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole