TIDAK pernah terbayangkan bagi Ni Ketut Ayu Sukma Listyaningsih, siswaSMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska, Two South Kuta) mengikuti wisuda Green Ambasador di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat dijabat oleh Siti Nurbaya, pada akhir masa Presiden Joko Widodo.
Suksma yang aktif sebagai siswa pencinta alam (Sispala) menorehkan prestasi membanggakan bagi Toska. Betapa tidak, ia mengikuti seleksi berjenjang melalui simpul belajar dari berbagai siswa SMA seluruh Bali untuk bersaing merebut tiket nasional. Di Bali, Sukma mengikuti seleksi melalui Simpul Belajar di bawah Balai Pengendalian Daerah Aliran Air dan Sungai (BPDAS) Uma Anyar yang konsen dan peduli di bidang perubahan iklim akibat kelalaian manusia merawat bumi.
Simpul belajar BPDAS Uma Anyar adalah kumpulan pelajar dari berbagai SMA/SMK yang berbeda sekolah dalam satu wadah (balai) yang diinisiasi oleh pemerintah untuk belajar bersama melalui edukasi, diskusi, serta berbagi pengalaman mengenai isu lingkungan.
Sebagai simpul belajar di luar sekolah, Sukma telah menjadi agen perubahan dengan semangat merdeka belajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka : belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dengan metode (cara) apa saja yang kontekstual dengan fakta di sekitar. Inilah pendekatan Desa (tempat), Kala (waktu), Patra (cara) dalam Kurikulum Merdeka ala kearifan lokal Bali yang visioner dan mendunia
Melalui Simpul Belajar di bawah Balai Pengendalian Daerah Aliran Air dan Sungai (BPDAS) Uma Anyar ini, Sukma mengangkat topik “Menuju Bali Bersih dan Lestari : Langkah Nyata Menuju Bali Bebas Sampah”.
Topik itu menarik karena mengangkat isu lingkungan yang sedang dihadapi Bali di tengah banjirnya wisatawan ke Bali. Di satu sisi, Bali menjadi objek wiasata yang dikagumi dunia, di sisi lain menghadapi masalah lingkungan akibat produksi sampah yang berlimpah. Padahal sampah berlimpah itu bisa menjadi berkah kalau dikelola dengan baik.
Sampah yang dalam Bahasa Bali disebut luu bisa menjadi luih bila dikelola dengan baik dan benar. Sampah juga disebut mis dalam Bahasa Bali, bila dikelola dengan baik dan benar bisa menjadi mas yang berharga dan berguna. Jadi, sampah bisa bernilai tambah bila dikelola dengan baik dan benar.
Ni Ketut Ayu Sukma Listyaningsih | Foto: Dok. pribadi
Melalui presentasinya, Sukma memaparkan kondisi TPA Suwung Denpasar dan solusi mengatasinya di hadapan Ketua Institut Hijau Indonesia, Cahlin Muhammad. Sebagaimana diketahui publik, TPA Suwung selalu mengundang tanya dan merepotkan para pejabat di Bali manakala ada hajatan berskala dunia digelar di Nusa Dua. Maka, solusi jangka pendek pun dibuat agar TPA Suwung terkesan baik-baik saja. Selesai hajatan besar itu, TPA Suwung kembali beraksi seakan protes untuk gumi Bali yang sering berpesta dengan gala dinner wah di pelataran Garuda Wisnu Kencana.
Kenyataan itu menginspirasi Sukma untuk mengedukasi masyarakat melalui kegiatan sehari-hari dengan memilah sampah : organik, anorganik, dan residu rumah tangga. Selanjutnya mengolah sampah menjadi ekobrik, ekoenzim, dan pestisida.
Selain itu, Sukma juga mengajak setiap rumah tangga di Bali membuat teba modern di rumah masing-masing dan sampah diolah berbasis sumber. Hindari penggunaan plastik sekali pakai. Ke pasar membawa tas belanja dari rumah masing-masing. Hal ini sempat terlaksana dengan tertib sebelum Pandemi Covid-19, tetapi pudar saat Covid-19. Begitulah budaya masyarakat belum menyadari arti penting pengelolaan sampah secara bai,benar, dan berkelanjutan. Padahal, seharusnya tanggung jawab sampah adalah tanggung jawab masing-masing individu dalam keluarga.
Itulah yang coba ditawarkan oleh Sukma dalam presentasinya yang mendapat apresiasi dari para dewan juri dan mengantarkannya menjadi wakil Bali sebagai GA : Green Ambassador (Duta Lingkungan Hijau) melalui seleksi Green Youth Movement (GYM) di tingkat lokal Bali. Melalui kelas on line, selama 6 hari mengikuti seleksi GYM bagi Sukma adalah pengalaman baru berinteraksi dengan para pegiat lingkungan. Mereka yang diajak berinteraksi di kelas on line itu, tidak satu pun dikenal.
“Sungguh ini pengalaman baru berinteraksi dengan pegiat lingkungan. Memberikan nilai tambah bagi saya dalam berinteraksi dengan para siswa dari sekolah lain. Tentunya juga terhubung dengan Mata Pelajaran Biologi di kelas,” kata Sukma sembari tersenyum bangga menjadi Green Ambassador yang diwisuda oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya di Jakarta.
Selama 4 hari 3 malam di Jakarta, Sukma mengaku senang mendapat kesempatan berharga dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
”Mendapat teman baru dari berbagai daerah dengan minat yang sama untuk bergerak mengedukasi masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah. Sampah membawa musibah bagi lingkungan yang pada akhirnya juga berdampak bagi keselamatan manusia sebagai penghuni bumi. Melalui forum ini, kami berdiskusi dan berbagi praktik baik dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia untuk mengatasi sampah,” kata Sukma siswa kelas XI.7 SMA Negeri 2 Kuta Selatan itu.
Bersama duta lingkungan hijau dari daerah lain | Foto: Dok. pribadi
Ada makna penting yang dapat dipetik dari prestasi yang ditorehkan Sukma bagi Toska sebagai almamaternya.
Pertama, secara pribadi Sukma telah membanggakan diri sendiri, keluarga, dan sekolah sebagai agen perubahan. Selanjutnya berkewajiban mengimbaskan kepada seluruh siswa di sekolah dan lingkungan sekitar agar makin tumbuh kesadaran pentingnya memilah sampah.
Kedua, Sukma telah mempromosikan SMA Negeri 2 Kuta Selatan di level nasional, sebagaimana Isaura yang juga mempromosikan sekolah di level global melalui skema beasiswa Bina Antarbudaya pertukaran pelajar ke Jepang selama satu semester (Agustus- Desember 2024).
Ketiga, menambah pertemanan untuk membangun jaringan peduli lingkungan tingkat nasional sebagai pejuang dan penggerak dengan melakukan edukasi secara persuasif terus-menerus dan berkelanjutan.
Keempat, merekatkan semangat nasionalisme melalui aksi nyata peduli lingkungan secara inklusif tanpa diskriminasi. Dengan kalimat lain, sampah membawa berkah untuk menyatukan semangat bergerak bersama-sama demi lestarinya lingkungan, resik, harmoni dan menyehatkan. Lingkungan bersih masyarakatnya sehat. Indonesia sehat, kuat, dan hebat.
Terima kasih buat Sukma yang telah mengharumkan nama sekolah melalui jalur peduli sampah. Ia berhasil mengikuti kegiatan ini berkat Ekstrakurikuler Sispala SMA Negeri 2 Kuta Selatan. Semoga lahir lagi bintang prestasi dari Toska baik melalui jalur olahraga, seni budaya, kepemimpinan, maupun olimpiade sain sesuai dengan ekstrakurikuer yang dibuka lebih dari 40. Dengan begitu, prestasi makin beragam yang mencerminkan berdiferensiasinya kemampuan siswa. Salam Lestari! [T]