DI BAWAH LANGIT BULAN JULI
Di bawah langit bulan juli
Dingin udara terhenti
Di sudut rumah diri
Menyusup di celah pintu
tungku perapian
Kita bergantian
Jadi minyak
Tak sedikit
Tak banyak
“Begitu pekat cemar angin
Menusuk dari celah hitam jelaga
Mata terpejam
Akan datang”
katamu lantang
Kita duduk melingkar
Jadi dinding penghalang
Tak tipis
Tak tebal
“Bukankah di sini
Muara limbah
Bedebah tiada sudah
Tumpah di hati para petapa”
katamu tak sekali
Dan kita pun bergandengan
Jadi mesin daur ulang
Tak lebih
Tak kurang
2024
BIAR AKU SENDIRI
Jejak yang serupa
Mengotori tubuhku
O, hujan yang paling bijaksana
Mengapa tak kau hapuskan
Duka nestapa ini
Igau suara
Risau kata-kata
Dari bawah kolong meja
Dari atas batu paras
Dari sela-sela akar
Semakin tak mampu menawar hari
Seluruh luka bermuara di tubuhku
Bagai disayat sembilu
Di bawah terik matahari
Aku tak ingat lagi
Kapan terakhir kita menari
Kapan terakhir kita bernyanyi
Diiringi siul burung-burung merbah
Nak, segera langkahkan kakimu
Biar aku berdiri sendiri
Seperti kokoh batu paras itu
Menahan akar-akar perusak jalan purba kita
Yang bahkan tak sirna oleh suci tirta
2024
PADANG RAHWANA
Lakuku
Padang-padang rahwana
Menguras sari pati tubuhmu
Pohon tua
Yang tercipta dari harum cengkih
dan wangi kopi
Maka kidungku
Persembahan terakhir
Yang kulantunkan
dari suara-suara sumbang
Jika akhirnya Kau terima
di musim kartika
Yang penuh suka
pun duka
Kumohon sebagai obat-obat penawar
Bagi gulma yang menubuh
di kebun sukma
Tajun, 2024