2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia — Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia

Wayan Gde YudanebyWayan Gde Yudane
July 22, 2024
inEsai
Menuju Bali Sebagai Pusat Seni Kontemporer Dunia — Strategi Pemanggungan Seni Pertunjukan (Gamelan Kontemporer) Kelas Dunia

MUNGKIN maksudnya MENJADIKAN Bali sebagai pusat seni kontemporer dunia? Kalaupun begitu, untuk menjadi “pusat” kita paling tidak harus menjadi “bagian”-nya terlebih dahulu. Apakah kesenian Bali sudah menjadi bagian dari seni kontemporer dunia? Mungkin itu akan terungkap di dalam forum ini.

Tapi, berhubung sudah terlanjur diagendakan pada program, saya akan memakai judul atau tema saresehan ini, sebagai landasan pandangan saya.

Untuk “menuju” ke suatu tempat, kita harus tahu dan memahami jalan, atau jalur yang akan mengantarkan kita untuk sampai di tempat tujuan. Dalam hubungannya dengan kesenian, ijinkanlah saya memakai analogi ini, yaitu jalan, jalur atau arus.

Seperti halnya sungai,ada sungai yang jalurnya menuju lembah, sawah, ladang, sampai airnya lenyap ditelan bumi. Ada juga sungai yang airnya mengalir langsung ke laut, bergabung dengan air sungai-sungai lain untuk menyatu di laut samudra luas.

Kalau boleh saya berandai-andai lagi, saya andaikan seni tradisional itu seperti air sungai yang mengalir ke sawah dan ladang, melewati, jalur dan batasan-batasan yang rapi tertata, sesuai aturan adat dan tradisi, sesuai keperluan memenuhi kesejahteraan kita. Hasilnya pun mudah dan cepat didapat dan diidentifikasi, seperti kesuburan tanah, hasil panen, dan lain-lainnya.

Sedangkan, sungai yang airnya mengalir ke laut, tidak segera menampak faedahnya. Bahkan sering orang berpikir bahwa air tersebut hanya terbuang sia-sia belaka. Lenyap menjadi air laut yang asin, bergabung dengan laut ini dan samudra itu, melintasi benua ini dan itu. Menjadi air global, mendunia.

Bagi saya, memerlukan sedikit waktu dalam perenungan untuk memahami, bahwa, tentu saja, laut dan samudra itu sangat berguna, sebab (menurut para ilmuwan, marine biologist) sebagian besar hidup di bumi ini terbentuk di lautan. Begitu banyaknya keragaman dan bentuk kehidupan yang terjadi di samudra global, sampai saat inipun masih sering ditemukan bentuk kehidupan “baru”, yang artinya belum kita kenali sebelumnya. Dan tentu saja lebih banyak lagi, kemungkinan-kemungkinan “hidup” yang menjalar di kedalaman yang terlalu dalam bagi nalar kita.

Begitu jugalah kiranya kesenian kontemporer yang mendunia itu, menurut hemat saya.

Tapi, meskipun bebas berbaur, berinteraksi dengan aliran-aliran yang beragam, seni kontemporer bukanlah tanpa aturan, atau tanpa ukuran. Yang pasti, rasa air global ini adalah asin, misalnya. Ke” asinan” ini dirasakan sama, baik di Samudra Fasifik, Samudra India, Atlantik, dan di lautan manapun. Meskipun mungkin kadar ke “asinan”-nya yang berbeda. Rasanya sudah mendunia.

Pada seni musik, notasi dan struktur musik, yang dipahami oleh seniman musik di manapun di dunia ini. Pada seni sastra, bahasa yang dimengerti oleh pembaca dunia, meskipun dengan bantuan terjemahan di sana-sini. Sehingga karya itu bisa disebut global, mendunia.

Sedemikian jauh, mudah-mudahan ulasan saya masih sesuai dengan janji saya, menjabarkan pandangan sesuai dengan judul dan tema di atas.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, adalah : Dimanakah kita berada? Di jalur manakah kita melangkah, beraktivitas dan berkarya? Apakah kesenian tradisi, dimana kita tumbuh dan menjadi, dengan tatanan, aturan dan parameter adat dan nilai tradisi, bisa dijadikan kesenian dunia?

Apakah kedatangan orang-orang dari manca negara, menonton, menikmati, mempelajari bahkan mencintai kesenian kita, adalah bukti bahwa kesenian ini sudah mendunia?

Atau, apakah dengan merubah bentuk dan bagian-bagian atau komponen kesenian tradisi, sudah menjadikannya produk seni kontemporer?

Saya mulai belajar kesenian, seni musik khususnya, dari musik tradisional, gamelan Bali. Setelah menguasai pelajaran atau bahasa gagahnya “reportoir” musik tradisi, saya kemudian ikut “menelusuri” arus musik gamelan kontemporer. Membuat komposisi baru untuk gamelan yang pada mulanya, saya anggap akan membawa saya “mendunia”.

Tapi, meskipun telah memenangkan beberapa kali lomba kreasi baru di Bali, saya sama sekali tidak mendunia. Jangankan mendunia, me “nasional” pun saya tidak, dengan pencapaian saya tersebut.

Maka saya sadar, bahwa untuk ikut berkiprah dan terjun ke laut, saya harus belajar merasakan rasa asin, belajar berenang, memahami bahasa asing (asing yang artinya tidak saya rasakan atau pahami sebelumnya), bahasa dan ukuran yang berlaku di seluruh dunia.

Seperti contoh yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yaitu: saya mulai belajar membaca dan menulis notasi musik, membuat komposisi musik yang bisa dipahami dan diterapkan oleh musisi baik di Indonesia, di Australia, Amerika, Eropa, di manapun.

Begitulah usaha pribadi saya untuk bisa berkiprah di musik dunia. Bukan berarti saya meninggalkan tradisi atau pencapaian saya dalam berkesenian sebelumnya, tapi rupanya, paling tidak, pada pengalaman saya, warisan atau kalau boleh dikatakan “ilmu” yang saya dapat dari seni tradisi menjadi bahan yang sangat berguna sebagai landasan karya saya di dalam musik kontemporer dunia.

Dari pengalaman ini juga saya mendapat kesimpulan, bahwa pemahan, kesadaran dan pendidikan yang lebih utama dalam seni kontemporer, sebelum kita berkarya atau membuat sesuatu yang hanya semata-mata berbeda, yang kita sebut kontemporer. Dan supaya dia mendunia, kita yang harus membawanya ke dunia.

Ada beberapa seniman sastra Indonesia, saya dengar dari festival sastra baru-baru ini, yang sudah sungguh-sungguh mendunia, meskipun tidak dikenal di Indonesia. Salah satunya, penyair muda kelahiran Bali Cyntia Dewi Oka, yang karya-karyanya mendapat penghargaan dan pengakuan sastra di Amerika, Kanada dan negara-negara lain.

Tapi kalau hanya terkenal di luar negeri, dan tidak dikenal di negeri sendiri, mungkin belum bisa disebut sungguh-sungguh mendunia? Untuk itu, ada penulis (seniman sastra) Laksmi Pamuntjak, yang karyanya dalam sastra Indonesia setara dengan kiprahnya di sastra Dunia.

Kesimpulan saya, untuk menjadi pusat seni kontemporer dunia, bahkan hanya untuk memulai kegiatan seni kontemporer di Bali, jalur itu harus jelas dipahami, sehingga usaha dan investasi yang memungkinkan dia untuk menuju kesana, efektif dan tidak sia-sia. [T]

Menyurat yang Silam, Menggurat yang Datang — Sambutan Artistik Pekan Komponis Perempuan Wrdhi Cwaram
Wayan Gde Yudane, Burung Phoenix dan Gong Kebyar – Catatan Jelang “Mebarung” di Singaraja
Ekosistem Seni untuk Keragaman Identitas Pelaku Seni – Sambutan pada Festival Komponis Perempuan Wrdhi Cwaram
Tags: baligamelan baliseni kontemporerseni pertunjukan
Previous Post

Ayu Laksmi dan Nyanyian-nyanyian Pemuja Semesta

Next Post

“Anak Kecil” Bicara Eksistensi: Proses Kreatif Yuni Lestari

Wayan Gde Yudane

Wayan Gde Yudane

Komponis. Mendapat Anugerah Kebudayaan Indonesia 2020 untuk katagori Pencipta Pelopor Pembaru

Next Post
“Anak Kecil” Bicara Eksistensi: Proses Kreatif Yuni Lestari

“Anak Kecil” Bicara Eksistensi: Proses Kreatif Yuni Lestari

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co