I. PENDAHULUAN
Karya sastra tidak diciptakan oleh pengarang tanpa suatu tujuan dan bukan sekedar untuk menunjukkan hasil karyanya, melainkan untuk menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karya sastra ada banyak jenisnya, mulai dari puisi, prosa, cerpen, hingga novel. Sebagai objek penelitian, penulis mengangkat sebuah karya sastra novel. Novel adalah cerita prosa tentang kehidupan manusia yang mengandung gejolak batin luar biasa yang menyebabkan perubahan nasib para tokohnya (Karmini, 2011: 102). Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah suatu karangan prosa panjang yang memuat rangkaian cerita tentang kehidupan seseorang dan orang-orang di sekitarnya yang menonjolkan watak dan sifat pelakunya.
Dalam membedah atau menganalisis suatu karya sastra, salah satu teori sastra yang digunakan dalam artikel ini adalah Teori Struktural. Spesifikasi teori yang akan digunakan adalah Strukturalisme Dinamik. Kutha Ratna (2006) menyatakan lahirnya strukturalisme dinamis dilatarbelakangi oleh kelemahan strukturalisme karena dianggap sebagai pengembangan lebih lanjut dari formalisme, perbaikan tersebut hanya memberikan intensitas pada unsur intrinsik sehingga dapat melupakan aspek ekstrinsik.
Pemeran utama dalam dinamika penelitian ini adalah pembaca. Pembacalah yang mampu memasuki karya tersebut dan memberikan tanda-tanda makna pada karya sastra tersebut. Berdasarkan teori strukturalisme dinamik tersebut, data dikumpulkan dari dua sumber yaitu: sumber data primer yakni buku novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto dan data sekunder yakni fakta-fakta pendukung yang berkaitan dengan fenomena sosial dalam bentuk realitas dalam karya.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai teori yang terdapat dalam novel Sentana Cucu Marep. Seperti halnya teori strukturalisme dinamik yang terdapat dalam novel Sentana Cucu Marep, terdiri dari tokoh utama Dayu Dewi dan Kadek Subhakti yang memiliki problematik dari segi kehidupan sosialnya, serta unsur-unsur yang terdapat dalam novel tersebut berupa unsur intrinsik dan penggunaan kosa kata bahasa asing utamanya dalam bahasa Inggris.
Kemudian teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah secara kualitatif dan diterangkan secara deskriptif. Teknik penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Hal tersebut dinyatakan Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007:3)
II. PEMBAHASAN
3.1 Sinopsis novel Sentana Cucu Marep
Awalnya diceritakan penolakan Dayu Dewi atas lamaran dari Ida Bagus Taskara Wiguna. Karena lamarannya tersebut ditolak mentah-mentah oleh Dayu Dewi, kemudian Ida Bagus Taskara Wiguna menghalalkan segala cara untuk mengusik kehidupan Dayu Dewi hingga ingin membunuhnya dengan ilmu hitam. Dengan slogan andalannya yakni cinta ditolak dukun bertindak, Ida Bagus Taskara Wiguna rela jauh-jauh pergi dari Tabanan datang ke Bangli demi mencari Balian sakti yang dirasa akan memenuhi keinginannya untuk mencelakai Dayu Dewi.
Namun, siapa sangka yang ia temui malah penjaga kurungan ayam I Kaki Balian yang menyamar menjadi I Kaki Balian. Sehingga ilmu hitamnya tidak mempan atau tidak mampu mencelakai Dayu Dewi. Sudah beberapa kali ibunya memperingati Ida Bagus Taskara Wiguna, bahwa hal semacam itu merupakan hal yang tidak baik dan dapat mengancam keselamatan anaknya itu, sebaliknya ayahnya yakni Ida Bagus Made Swambara malah mendukung anaknya melakukan hal tersebut tanpa menghiraukan nasihat istrinya.
Dayu Dewi yang tidak mampu dikenai ilmu hitam oleh I Kaki Balian palsu tersebut, kenyataannya Dayu Dewi malah pergi menghampiri Kadek Subhakti yang merupakan kekasihnya itu. Hal tersebut dikarenakan Dayu Dewi sudah lama tidak dapat menghubungi Kadek Subhakti. Merasa tidak tenang karena kekasihnya itu tidak ada kabar sama sekali setelah sekian lama, Dayu Dewi memilih kabur dari gria pergi ke pondok Kadek Subhakti. Keluarganya yang khawatir ketika Dayu Dewi hilang kemudian panik dan mencoba menghubungi pihak keluarga lainnya.
Tiba-tiba Ida Bagus Taskara Wiguna menawarkan bantuan untuk mencari Dayu Dewi. Karena ia tahu kekasih Dayu Dewi adalah Kadek Subhakti, ia kemudian berpikir untuk mencari Dayu Dewi ke pondok Kadek Subhakti. Setelah ia menemukan pondok Kadek Subhakti, ia berteriak-teriak di halaman depan pondok Kadek Subhakti dengan penuh rasa amarah hingga membuat ibu dari Kadek Subhakti terkejut. Mendengar hal itu, kemudian Dayu Dewi keluar dari pondok Kadek Subhakti.
Melihat Ida Bagus Taskara Wiguna yang marah-marah dan membuat keributan dihadapannya serta mengancam memberitahukan kepada orang tua Dayu Dewi sendiri, Dayu Dewi tidak takut malahan ia menyuruh Ida Bagus Taskara Wiguna untuk melaporkannya langsung. Karena mendengar ucapan Dayu Dewi tersebut membuat Ida Bagus Taskara Wiguna merasa sakit hati dan kemudian meninggalkan pondok Kadek Subhakti dengan penuh rasa kecewa.
Tidak sampai di situ saja, Ida Bagus Taskara Wiguna nekat melaporkan kejadian tersebut ke polisi atas laporan penculikan, namun sayangnya tidak berhasil karena yang dimintai keterangan tidak ada yang memihak pada dirinya, sekali lagi ia pulang dengan rasa kecewa. Singkat cerita tersampaikanlah informasi tersebut kepada orang tua Dayu Dewi bahwa ia berada di pondok Kadek Subhakti. Kemudian orang tua Dayu Dewi yakni Dayu Biang bersama suaminya, Ida Bagus Putu Raka, datang menghampiri pondok Kadek Subhakti, di sanalah mereka berbincang-bincang kepada orang tua Kadek Subhakti mengenai perihal hubungan kedua anak mereka.
Ketika mengetahui kebenaran bahwa Dayu Dewi sedang mengandung anak dari Kadek Subhakti, orang tua Dayu Dewi tidak merasa keberatan karena anaknya sangat diterima baik oleh keluarga Kadek Subhakti. Sayangnya Dayu Dewi tidak mempunyai saudara laki-laki. Keluarganya ingin mempunyai sentana dan itu diharapkan dari Dayu Dewi, namun Dayu Dewi malah berhubungan dengan Kadek Subhakti yang mempunyai kasta yang yang lebih rendah dari dirinya.
Mengenai hal tersebut orang tua Dayu Dewi mencari cara agar anak yang dikandungnya lahir dengan kasta yang sama dengan menikahkannya dengan Ida Bagus Taskara Wiguna terlebih dahulu untuk sementara waktu hingga anaknya lahir, namun Dayu Dewi menolak tegas keputusan tersebut, ia lebih memilih menikah dengan keris ketimbang dengan lelaki yang dibencinya itu. Karena menikah dengan keris tidak akan membuat anaknya yang lahir keluar dengan kasta brahmana.
Kemudian orang tua Dayu Dewi membicarakan hal tersebut kepada panglingsir yang bernama Ida Bagus Nyoman Dananjaya, agar mencarikan jalan keluar lainnya. Hanya ada satu cara lagi yakni dengan menikahkan Dayu Dewi dengan pamannya yang bernama Ida Bagus Nyoman Sutasoma, akan tetapi ia sudah beristri, namanya Ida Ayu Ratih yang sangat cemburuan terhadap suaminya. Setelah sekian lama membujuk Dayu Ratih, akhirnya ia menyetujui pernikahan suaminya, karena hanya akan dijadikan simbolik sebagai purusha yang akan mendampingi Dayu Dewi.
Setelah ritual pernikahannya berlangsung lancar, beberapa bulan kemudian anaknya lahir berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Ida Bagus Putu Satria Kusuma. Anaknya nanti akan diperas untuk dijadikan sentana cucu marep oleh keluarga Dayu Dewi sendiri. Namun ia tidak keberatan akan hal itu, asalkan ia bisa menikah dengan orang yang sangat dicintainya yakni Kadek Subhakti. Kemudian pernikahan Dayu Dewi dengan Kadek Subhakti berlangsung dengan penuh kebahagiaan.
Singkat cerita suatu ketika ada kejadian yang menimpa Kadek Subhakti yang dibegal sepulang kerja karena diketahui membawa banyak uang. Di sana ia dibacok oleh begal tersebut kemudian tergeletak di jalanan. Melihat kejadian itu Ida Bagus Taskara Wiguna bersama temannya, Komang Kastawa, menolong Kadek Subhakti karena awalnya ia tidak tahu bahwa yang tergeletak di jalan tersebut adalah orang yang tidak disukainya. Karena sudah terlanjur, terpaksa ia menolongnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Karena panik, ia kemudian mencoba menghubungi Dayu Dewi menggunakan hpnya, namun tak kunjung mendapat balasan dari Dayu Dewi karena Dayu Dewi tahu bahwa yang menelponnya adalah Ida Bagus Taskara Wiguna. Berulang kali ia mencoba untuk menghubungi Dayu Dewi, namun tidak pernah berhasil. Dayu Dewi yang menelpon suaminya karena tak kunjung datang, berulang kali. Akibat terus saja menolak telpon dari Ida Bagus Taskara Wiguna, membuat Dayu Dewi tidak bisa mengetahui kondisi terkini dari suaminya itu.
3.2 Unsur Intrinsik dalam novel Sentana Cucu Marep
3.2.1 Tema: Pernikahan sedarah, kawin lari/beda kasta, dan perkawinan sentana
3.2.2 Tokoh dan Penokohan:
- Ida Bagus Taskara Wiguna (IB Taskara): Pendendam
“Bas sombong nyai dadi nak luh. Nah sepalaan, cinta ditolak dukun bertindak. Jani wake suba neked di jumahne I Kaki Balian, antosang wake nyalanang jengah!” ucap Bagus Taskara Wiguna di kenehne. (Hlm. 1)
- I Kaki Balian: Penurut dan tepat janji
“Kaki suba ngirim teluh desti taranjana ka siwaduaran anak luh ane nyakitin keneh Guse. Buktiang buin mani, kenken panadine anak luh ento. Sakit hati kewales sakit hati ento madan satya nyalanang Tat Twam Asi,” ucap I Kaki. (Hlm.4)
- Ida Ayu Dewi Anjani (Dayu Dewi): Setia
“Paman mindon tiange. Tiang nagih apang sameton I aji nampingin sawire sumeken sampun madue rabi. Yen ajak Bagus Taskara Wiguna titiang tetep nulak. Punapi bli Dek?” (Hlm. 102)
- Buruh tukang kurung siap I Kaki Balian (Balian palsu): Penipu
“Gugune raga teken anak muani belog ento. Kadene raga I Kaki Balian. Sing tawange raga maburuh dini. Iraga tukang kurung siapne I kaki. (Hlm. 4)
- Dayu Biang: Perhatian dan penyayang
“Kenken jani, Bli. Dayu tusing ada dini. Maimbuh umahne Kadek suwung. Kija jani laku ngarwanang Dayu Dewi?” pitake Dayu Biang maring Ida Bagus Aji. (Hlm. 39)
- Ida Bagus Putu Raka (Ida Bagus Aji): Baik dan bijaksana
“Lan mabalik malu ka gria. Tusing lung majalan tan patatujon seken. Lan di gria mapitungan!” cawis Ida Bagus Aji, sedih kayunne. (Hlm. 39)
- Kadek Subhakti: Setia
“Dayu, tiang satata nyantos!” saut Kadek Subhakti” (Hlm. 118)
- Memene Kadek Subhakti: Halus, lemah lembut, rendah hati.
“Ah, Dayu sampunang ngajumang. Aksamaang masakan di pondok.” (Hlm. 22)
- Ida Bagus Nyoman Dananjaya: berpendirian kuat
“Kene gen carane. Jeg paksa Dayu Dewi nganten pade gelahang. Tiang sujatinejaya medalem Bli Gus yen nganti camput di gria,” atur Ida Bagus Dananjaya, maring rakane. (Hlm 83)
- Ida Bagus Made Swambara (Ajine IB Taskara): Licik
“Bah nglewa. Enggalang stater montore. Da runguange tutur ibun kamune!” dengkik ajinne. (Hlm. 107)
- Bapane Kadek Subhakti: Ikhlas dan Baik
“Bapa sing keciwa baan tiang ngaturang lampu hijau, cihna setuju maring ajine Dayu Dewi?” ia nyekenang matakon.
“Bapanne makenyem, cihna tusing ada rasa keciwa. Bapanne ngimbuhin, mlajah las utawi ikhlas ento keweh. (Hlm. 114)
- Memene IB Taskara: Tabah
“Ratu Bhatara picayang titian pamargi mangda rabin tiange gelis eling ring raga” (Hlm. 122)
- Ida Ayu Ratih: Cemburuan (Hlm. 91)
- Ida Bagus Nyoman Sutasoma: Setia (Hlm. 93)
- Gede Tomat (timpalne Kadek Subhakti): Baik (Hlm. 16 dan 128)
- Luh Ar (timpalne Kadek Subhakti): Baik (Hlm. 129)
- Dadong Rerod (Hlm 41)
- Pekak Rarud (Hlm. 63)
- Nyoman Sudharma (Hlm. 115)
3.2.3 Alur/Plot: Maju (karena diceritakan dari awal sampai akhir)
3.2.4 Konflik: Berawal dari hubungan Dayu Dewi dengan Kadek Subhakti yang mengakibatkan Dayu Dewi hamil di luar nikah. Kemudian Ida Bagus Taskara Wiguna mau bertanggung jawab meski itu bukan perbuatannya, namun lamarannya tersebut ditolak oleh Dayu Dewi. Permasalahan mulai muncul ketika Dayu Dewi ingin memaksa menikah dengan Kadek Subhakti yang kastanya lebih rendah dari dirinya, kemudian tidak mendapat persetujuan dari panglingsir di keluarganya. Banyak hal yang dilakukan keluarganya agar anak yang dikandungnya nanti setelah lahir, agar mempunyai kasta yang tetap sama mengikuti ibunya, tanpa mengikuti kasta dari ayah kandungnya.
3.2.5 Latar:
Latar Tempat:
- Desa Jaran Guyang (Hlm. 1)
- Tabanan-Bangli (Hlm. 1)
- Pondok (rumah) I Kaki Balian (Hlm. 1)
- Gria Taman Pule (Hlm. 5)
- Gria Taman Sekar (Hlm. 5)
- Pondok (rumah) Kadek Subhakti (Hlm. 8)
- Taman Segara Madu (Hlm. 89)
- Karangasem (Hlm. 103)
- Klungkung (Hlm. 107)
Latar Waktu:
- Jam 11 malam (Hlm. 1)
- Peteng (malam) (Hlm. 2)
- Semengan (pagi) (Hlm. 5, 8, 13)
- Sandikala (sore menjelang malam) (Hlm. 49)
- Sanja/lingsir suryane (sore) (Hlm. 109)
- Sasih Karo (palet 15 dan 16)
- Tengai (siang) (Hlm. 116)
- 10 Januari 2014 (Hlm. 117)
- Buda Umanis wuku prangbakat sasih kapitu (Hlm. 125)
- Peteng (malam) (Hlm. 129)
Latar Suasana:
- Marah (Hlm. 1)
- Sakit hati (Hlm. 1)
- Mencekam (Hlm. 20)
- Sedih (Hlm. 33, 34, 35, 41, 121-122)
- Kecewa (Hlm. 36)
3.2.6 Amanat: Sebagai wanita terutama yang mempunyai kasta tertinggi sudah sepatutnya lebih menjaga diri, agar terhindar dari nasib buruk atau godaan. Karena jika kita sudah terjerumus dengan hal yang negatif, kita tidak bisa mengembalikan lagi apa yang telah kita perbuat jika sudah diselimuti dengan hawa nafsu. Jangan sampai kita menyulitkan orang-orang di sekitar kita agar mau memenuhi keinginan dari hasil yang telah diperbuat.
3.3 Eksistensi Tradisi Sentana dalam novel Sentana Cucu Marep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksistensi berarti keberadaan. Kata ini mengacu pada kata dasar eksis. Eksis selain memiliki arti ada dan berkembang. Selain itu, eksis juga bisa berarti dikenal, tenar dan populer. Jadi Eksistensi yaitu di mana setiap hal atau kegiatan tentang makhluk hidup dan aktivitasnya yang dapat dilihat secara jelas bagaimana keberadaan itu dapat hidup di sekitarnya dan dapat berjalan dengan lancar, baik itu mengalami kemajuan atau bahkan dapat mengalami kemunduran.
Seperti halnya dalam novel Sentana Cucu Marep tercermin adanya tradisi sentana yang mana tradisi ini masih dilestarikan sampai saat ini tentunya di desa Tabanan. Hal tersebut diperlihatkan ketika tokoh Dayu Dewi yang sedang mengandung anak dari tokoh Kadek Subhakti, namun hubungan mereka terhalang karena berbeda kasta serta tokoh Dayu Dewi tidak mempunyai saudara laki-laki yang menyebabkan dirinya terpaksa harus dicarikan sentana terutama di keluarganya. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut:
“Dayu, dong melahang mirengang tutur kakiange jani. Sing ada keneh kakiange nombahang Dayu nganten juang anak jaba. Kakiang mapaica, nanging Dayu apang tatas nawang, kakiang nambakin baan sanget ngrajegang sentana di geria, apabuin Dayu sing ngelah nyama muani.” (Hlm. 86)
Kutipan tersebut disampaikan oleh sang kakek, setelah sang cucu lebih memilih untuk menikah dengan keris ketimbang dengan IB Taskara.
Meskipun demikian, dengan menghalalkan segala cara, pada akhirnya keluarga dari tokoh Dayu Dewi memutuskan untuk meras cucu yakni anak dari tokoh Dayu Dewi itu sendiri untuk diperas dan dijadikan sentana cucu marep. Hal tersebut ada pada kutipan berikut:
“Apang tetep rajeg sentana di gria, disubane cucu embas pacang kaperas dadiang sentana. Yen cara gelahe ngadanin sentana cucu marep. (Hlm. 79)
“Nah kene nak carane, lan pada-pada ngalah, silih Ida Bagus Taskara Wiguna anggon ngentinin tunangane ane jani rikala masakapan.” (Hlm. 85)
Tokoh Dayu Dewi yang tidak terima jika disandingkan dengan tokoh Ida Bagus Taskara Wiguna, menyebabkan keluarganya mengalami kesulitan untuk mencari pengganti dari tokoh IB Taskara tersebut. Tokoh Dayu Dewi tersebut mengatakan jika dirinya takut jika suatu saat nanti, tokoh IB Taskara akan menghalangi hubungannya dengan Tokoh Kadek Subhakti. Pernyataan tersebut ada pada kutipan berikut:
“Yen masanding rikala natab banten sareng Bagus Taskara Wiguna tiang jejeh, wenten penampen tios benjang pungkur. Banggiang tiang kajangkepin antuk keris,” atur Dayu Dewi. (Hlm. 86)
“Yen masanding ajak keris, ento patuh teken pratiwimba I Kadek Subhakti. Anak alit ane lakar embas tetep treh wangsane sudra, tusing kasengguh brahmana yapitui kaupapira di geria. Ento dingehang! Ngudiang kakiang pedes ngidih teken Dayu apang nyak natab banten pawiwahan masanding ajak Bagus Taskara Wiguna, apang seken purusha ane kasandingang treh wangsane brahmana. Disubane rarene embas, sinah treh wangsane brahmana,” Ida Kakiang sumeken mituturin putunne. (Hlm. 86)
Setelah melewati percakapan yang cukup panjang, antara tokoh Dayu Dewi dengan Sang kakek, kemudian diberikan solusi lain. Di mana tokoh Dayu Dewi disandingkan dengan tokoh Ida Bagus Nyoman Sutasoma yang tidak lain merupakan mindonnya. Berikut kutipan yang menyatakan hal tersebut:
“Nah kene baan madaya. Asane keweh ngalih anak polos cara Bagus Taskara Wiguna nyak masanding ajak Dayu Dewi. Apang rarene nyidang kaperas di geria, nyak Dayu masakapan ajak sameton lenan?” (Hlm. 88)
“Men Gus Nyoman kenken, nyak nulungin keponakan?” pitaken panglingsire ring mindon Ida Bagus Putu Raka. (Hlm. 89)
Kamemegan Ida Bagus Nyoman Sutasoma polih pitaken sakadi asapunika. (Hlm. 89)
Melihat dari kutipan di atas tokoh Ida Bagus Nyoman Sutasoma awalnya terkejut dan kurang setuju karena dirinya sudah memiliki seorang istri yang sangat cemburuan dan dia harus meyakinkan istrinya terlebih dahulu agar bisa menerima keputusannya untuk disandingkan dengan Dayu Dewi sebagai simbol purusha.
Sehingga pada akhirnya Dayu Ratih selaku istri dari Ida Bagus Nyoman Sutasoma menyetujui keputusan tersebut setelah dijelaskan panjang kali lebar oleh suaminya itu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Nggih Bli, sangkaning manah las, titiang setuju. Dados karyanang surat pernyataan mangda resmi sakadi kapatutang Undang-undang Perkawinane mangkin. Apang polih titiang mapitulung ring ponakan. Napi malih titiang sayang sareng Dayu Dewi,” cawis Dayu Ratih. (Hlm. 97)
Kemudian pernikahan antara Dayu Dewi dengan Ida Bagus Nyoman Sutasoma dapat terlaksana. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Tan karasa dina terus mamargi, kacaritayang mangkin Dayu Dewi ngmargiang upacara pawiwahan Dayu Dewi kasandingang Ida Bagus Nyoman Sutasoma.” (Hlm. 117)
“Upacara pawiwahane mamargi antar.” (Hlm. 118)
Singkat cerita lahirlah anak dari tokoh Dayu Dewi. Beruntung anak yang dilahirkannya berjenis kelamin laki-laki. Setelah upacara tigang sasih dan pemerasan sudah berjalan lancar tanpa halangan sedikitpun, anak Dayu Dewi diberi nama Ida Bagus Putu Satria Kusuma. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Kacaritayang mangkin, okane Dayu Dewi sampun embas. Sampun mayusa tigang sasih. Malih benjang jagi kaperas olih kakiang lan ninine kadadosang sentana rajeg di geria. Napi malih okane Dayu Dewi malolok utawi lanang.” (Hlm. 120)
“Sami taler bagia, sawireh di geria Taman Pule sampun wenten sentana rajeg saking pamerasan okan Ida Ayu Dewi Anjani sareng Ida Bagus Nyoman Sutasoma.” (Hlm. 120-121)
“Okane Dayu Dewi kapica pesengan Ida Bagus Putu Satria Kusuma.” (Hlm. 125)
3.4 Penggunaan bahasa asing dalam novel Sentana Cucu Marep
Penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggris tentu saja tidak asing lagi jika ditemui di beberapa karya sastra prosa Bali modern saat ini. Selain itu penggunaan bahasa asing yang tercermin dalam novel Sentana Cucu Marep mampu menambah daya tarik tersendiri bagi pembacanya. Berikut ini beberapa kutipan yang diselipkan kosa kata bahasa asing (bahasa Inggris), antara lain:
- No problem berarti tidak masalah. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Ten kenken ngulgul peteng-peteng. No problem, kaki mabukak 24 jam. Asal cocok sarin canange, kaki nyadia mapitulung.” (Hlm. 2)
- Mindset dan positif thinking. Mindset berarti kerangka berpikir dan positif thinking berarti berpikir positif. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Tusing dadi keto, mindset iragane apang positif thinking sinah hasilne lung.” (Hlm. 8)
- Sunset berarti matahari terbenam. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Sunset sing ja ada di pasih dogen, matan aine engseb kauh mase luwih ngenah di duur carike.” (Hlm. 48)
- Negative thinking berarti berpikir negatif. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Sawalikne, yen ngawitin mapineh jelek, negative thinking sinah mapikolih ane jelek.” (Hlm. 60)
- Play boy merupakan julukan laki-laki yang suka main perempun. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Bli dugas teruna mula play boy. Keto mase demen memitra, nanging ento pidan.” (Hlm. 92)
- Sweater berarti baju dari bahan tebal, biasanya dipakai saat musim dingin. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Kadek Subhakti lan bapane enu tileh nganggon sweater anggon nanggehang dingine.” (Hlm. 112)
- Win-win solution berarti saling menguntungkan. Kosa kata tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Ane kasambat win-win solution tusing ade len, micayang Dayu Dewi nyerod wangsa nanging ada syaratne. Syarat ento sing ada len, ngedum sentana.” (Hlm. 113)
- Mailbox berarti kotak surat. Kosa kata tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Bagus Taskara Wiguna buin nyobakin nelpon. Nanging kajawab mailbox.” (Hlm. 133)
III. SIMPULAN
Eksistensi tradisi sentana yang tercermin dalam novel Sentana Cucu Marep menunjukkan bahwa keberadaan tradisi sentana itu sendiri dalam setiap alur ceritanya, benar-benar diperlihatkan usaha dalam mempertahankan tradisi tersebut pada setiap kutipan-kutipan yang dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya.
Dalam mempertahankan tradisi terutama bagi masyarakat di Bali sudah umum dikenal sangat kuat dalam mempertahankan kelestarian tradisi di daerah mereka masing-masing. Sehingga tradisi yang ada akan tetap eksis hingga masa mendatang, seperti halnya dengan tradisi sentana yang terdapat dalam novel Sentana Cucu Marep. Di mana dalam melestarikan tradisi sentana, yang dilakukan adalah dengan cara meras cucu, karena pihak keluarga perempuan dalam novel Sentana Cucu Marep, diceritakan tidak mempunyai keturunan laki-laki untuk dijadikan sentana di keluarganya.
Selain eksistensi tradisi sentana yang tercermin dalam novel Sentana Cucu Marep,adapun penggunaan kosa kata bahasa asing terutama bahasa Inggris dalam novel Sentana Cucu Marep. Penggunaan kosa kata bahasa Inggris tersebut,menunjukkan bahwa karya sastra prosa Bali modern tentunya sudah mengikuti perkembangan zaman, di mana supaya pembaca tidak merasa jenuh karena mengalami kesulitan memahami kosa kata bahasa Bali yang terlalu baku. Seperti kutipan-kutipan pada pembahasan sebelumnya terdapat kosa kata bahasa Inggris yang umum digunakan pada generasi muda sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Karmini, Ni Nyoman. 2011. Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama. Denpasar: Pustaka Larasan.
- Sugianto, I Made. 2014. Sentana Cucu Marep. Tabanan: Pustaka Ekspresi.
- Jaya, K. R. A. 2016. Jurnal: Wacana Perkawinan Dalam Novel Sentana Cucu Marep Karya I Made Sugianto. Bali: Universitas Udayana
- Hudori. 2016. Skripsi: Eksistensi Manusia. Lampung: Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
- Isnanto, Bayu Ardi. 2023. Eksistensi Adalah: Contoh Penggunaan Kata. Bali: detikcom