Penulis: I Putu Adhisthanaya
Di Desa Alasangser, Buleleng terdapat sebuah wihara yang cukup unik dan menarik untuk diceritakan. Namanya Wihara Giri Manggala.
Wihara itu, selain sebagai tempat peribadatan umat Buddha, juga bisa dikatakan sebagai simbol harmoni antara kedua kepercayaan yang telah lama hidup berdampingan di masyarakat Bali. Yakni Hindu dan Buddha.
Ketua Dhayaka Wihara Giri Manggala, Ketut Riyasa, mengatakan betapa pentingnya alkulturasi budaya antara ajaran Hindu dan Buddha di tempat ibadah ini.
Riyasa menyatakan bahwa Wihara Giri Manggala merupakan perwujudan harmoni antara kedua kepercayaan yang telah lama hidup berdampingan di masyarakat Bali.
Menurut Riyasa, salah satu aspek yang menarik dari wihara ini adalah integrasi yang mulus antara konsep-konsep filosofis dan ritual dari kedua agama tersebut.
“Kami berupaya menjaga keseimbangan antara ajaran Hindu dan Buddha dalam pelaksanaan upacara keagamaan serta aktivitas spiritual lainnya di wihara ini,” ujarnya.
Riyasa menjelaskan bahwa di Wihara Giri Manggala, tradisi-tradisi keagamaan Hindu seperti persembahyangan, pemujaan kepada dewa-dewi, dan pelaksanaan upacara adat tetap dijalankan dengan penuh penghormatan.
Sementara itu, nilai-nilai kebijaksanaan dan meditasi dari ajaran Buddha juga menjadi bagian integral dari aktivitas spiritual yang dilakukan di tempat ibadah ini.
“Melalui penyatuan ini, kami berusaha untuk mewujudkan perdamaian batin dan toleransi antarumat beragama, serta memperkuat makna kebersamaan dalam keberagaman yang ada di Bali.” tutur Riyasa
Wihara Giri Manggala tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol penting akan keberagaman budaya dan spiritualitas yang memperkaya Bali.
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal dari kedua kepercayaan tersebut, wihara ini berdiri sebagai contoh nyata bahwa perbedaan budaya dan agama dapat bersatu dalam harmoni yang indah.
Wihara Giri Manggala, sebuah manifestasi arsitektur yang memukau dan merangkum keindahan budaya Budha dan Hindu, menjadi destinasi spiritual yang merentangkan keharmonisan dan keberagaman kepercayaan.
Bangunan ini tidak hanya mempersembahkan kemegahan arsitektur, tetapi juga melampaui batas-batas keagamaan, menjadi titik pertemuan bagi penganut agama Budha dan Hindu.
Bentuk bangunan wihara yang teralikulturasi ini mencerminkan keanggunan estetika arsitektur Budha-Hindu. Terselip dalam setiap sudut, hiasan-hiasan relief yang menampilkan adegan-adegan dari kedua kepercayaan, memberikan ruang bagi pengunjung untuk merasakan keindahan dan kedalaman filosofi dari masing-masing tradisi.
Dari struktur bata yang kuat hingga ornamen yang halus, setiap elemen arsitektur memancarkan harmoni dari dua kepercayaan yang terkadang terpisah.
Yang memikat dari Wihara Giri Manggala adalah inklusivitasnya. Meskipun awalnya dikenal sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Budha, wihara ini menjadi tempat yang disambut baik oleh masyarakat Hindu. Kedatangan mereka tidak sekadar tentang doa, tetapi juga seakan menandakan hubungan saling menghormati dan menghargai keyakinan satu sama lain.
Di sini, aroma dupa dan suara gemerincing genta menyatu dalam doa-doa yang bermacam-macam, menciptakan atmosfer kerukunan dan persatuan.
Dengan demikian, Wihara Giri Manggala tidak hanya sebuah bangunan bersejarah, tetapi juga merupakan wujud harmoni antara dua kepercayaan. Tempat ini bukan hanya milik penganut agama Budha atau Hindu, melainkan menjadi saksi dari keindahan ketika perbedaan bertemu dalam satu kesatuan yang harmonis dan penuh dengan kebaikan. [T]
Catatan:
- I Putu Adhisthanaya, mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja
- Artikel ini adalah bagian dari tugas kuliah mahasiswa Prodi Komunikasi Hindu, STAHN Mpu Kuturan Singaraja