DI LAPANGAN Kampus Tengah Universitas Pendidikan Ganesha, tampak berdiri tenda-tenda berwarna putih yang saling berhadapan satu dengan yang lainnya. Dengan karpet berwarna merah sebagai jalan penghubung disetiap tendanya, kini, lapangan itu tampak seperti ajang pameran kebudayaan Indonesia. Sebab, di dalamnya, ada ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, yang mengenakan pakaian adat sesuai dengan kampus mereka berasal.
Ya, lapangan sepak bola yang sering disebut dengan “Santiago Berdebu”—plesetan dari Stadion Santiago Bernabéu, markas Real Madrid—itu, yang letaknya tepat di tengah-tengah area Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, menjadi tempat pelaksanaan KMI Expo 2023, yang diselenggarakan dari tanggal 15-17 November 2023.
KMI Expo merupakan akronim dari Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia. Di mana kegiatan itu merupakan tempat bertemunya wirausaha mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk saling berkompetisi, mengenalkan produknya dan juga membangun jejaring.
Melalui KMI Expo, para wirausahawan muda dapat berbagi pengalaman, pengetahuan serta belajar bagaimana cara memasarkan produknya dengan baik dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kewirausahaan, dan mendorong terciptanya jaringan kolaborasi antara pelaku wirausaha dengan pihak-pihak terkait seperti investor, mentor, dan pakar industri.
Selain itu, menurut Andreas Agung, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, dengan mengikuti ajang perlombaan dalam KMI Expo ini, kelompoknya mampu menaikkan pamor kampus tempatnya belajar.
“Karena mahasiswa yang mengikuti lombanya dari berbagai kampus di Indonesia. Jadi, secara tidak langsung, kami menaikan pamor Unpad dan mempromosikan Unpad itu sendiri,” ujarnya, kepada tatkala.co saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Rabu (15/11/23) siang.
Stand delegasi mahasiswa Universitas Padjadjaran / Foto: Yudi Setiawan
Andreas—sebagaimana ia akrab dipanggil—menjelaskan, bahwasanya untuk bisa mengikuti kegiatan KMI Expo 2023, ia bersama timnya harus melewati berbagai tahapan agar timnya lolos seleksi.
“Awlanya kami submit proposal terlebih dahulu. Setelah submit, kami masuk ke tahap pembinaan, kemudian setelah itu diumumkan siapa saja yang lolos,” jelasnya. Sesaat setelah memberi jeda, ia menambahkan, “Setelah lolos seleksi, kami masuk ketahap pendanaan. Untuk Unpad sendiri yang lolos 7 tim dan kemudian setelah melewati tahap pembinaan dengan inkubator bisnis, dikerucutkan kembali menjadi dua tim,” ungkapnya.
Bersama dengan timnya, Andreas mewakili Unpad dengan membawa produk andalan, yakni pelet ikan, biomik pengharum ruangan, dan olahan keripik yang menurutnya mampu bersaing dengan peserta lomba dari kampus-kampus lainnya.
Berbeda dengan Andreas, Krisna Buanaditama, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, mengikuti ajang perlombaan KMI Expo sebagai pematangannya di bidang kewirausahaan. Sebab menurutnya, sebelum mengikuti KMI Expo tersebut, ia mengaku sudah berwirausaha secara mandiri. “Sebelumnya saya memang sudah berwirausaha sejak 2020 dengan berjualan ikan cupang,” katanya.
Krisna, karena kesukaannya di dunia perikanan, ia memutuskan mencoba ternak ikan cupang sejak tahun 2020. Sejak saat itu pula, ia mengembangkan bisnisnya dengan bekerja sama dengan teman-temannya yang memiliki hobi yang sama.
Stand delegasi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta / Foto: Yudi Setiawan
“Sebagai perwakilan UNY di kategori budidaya, kami membawa produk andalan kami seperti budidaya pengolahan ketapang laut yang berbentuk cairan ketapang laut, bubuk daun ketapang laut, dan daun olahan daun ketapang,” jelasnya
Pemuda dengan setelan Surjan—pakaian adat Jawa—itu, menjelaskan bahwa suplai dari produk mereka adalah hasil dari bermitra dengan penduduk pesisir tempat mereka tinggal. Sehingga, apa yang mereka lakukan adalah sebuah bentuk kerja sama dan berbagi pengetahuan kepada masyarakat pesisir tentang pemanfaatan daun ketapang.
“Dengan daun ketapang ini, kita bisa memberdayakan masyarakat, dengan cara bekerja sama dan bermitra dengan warga pesisir sebagai produsen bahan baku, sehingga kami tidak hanya sebatas memproduksi saja, tetapi semacam ada simbiosis mutualisme di antara kedua belah pihak,” akunya.
Dengan adanya KMI Expo ini, menurut Krisna, adalah sebuah jalan keluar bagi para wirausahawan muda untuk mengembangkan dan merealisasikan ide-ide kreatif mereka di bidang industri.
“Sejak tergabung dengan KMI Expo ini, kami menjadi semakin mengerti dan memperdalam pengetahuan kami di bidang industri, dan kami juga diberi pemahaman tentang teknik pemasaran yang baik supaya produk kami tidak berhenti di tengah jalan,” katanya.
Selain Andreas Agung dari Universitas Padjadjaran dan Krisna Buanaditama sebagai perwakilan Universitas Negeri Yogyakarta, ada juga mahasiswa nyentrik dengan busana Kabasaran—pakaian adat Minahasa— yang juga turut meramaikan KMI Expo 2023 ini.
Putu, namanya. Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi, Manado, itu, tampak asik melayani pengunjung yang meminta foto dengnnya. Berangkat dari keresahannya dengan tempat tinggalnya yang kekurangan air, ia bersama timnya membuat sebuah sistem pengembangan budidaya ikan nila sebagai produk andalan mereka.
Putu, delegasi mahasiswa Universitas Sam Ratulangi, Manado / Foto: Yudi Setiawan
“Kami membawa dua produk untuk KMI Expo tahun ini. Pertama, pembuatan henna—pasta berwarna pekat yang digunakan untuk menghias tangan—dan, yang kedua, menjual produk ikan nila menggunakan sistem Bioflok,” ujarnya.
Untuk sekadar informasi, Bioflok merupakan salah satu teknologi budidaya ikan melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikrooganisme—yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan ikan.
Teknik ini adalah terobosan terbaru di bidang budidaya ikan. Sebab, teknik ini dapat menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi, dan menekankan penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta menghemat air, sehingga Bioflok menjadi solusi efektif dan ekonomis dalam usaha perikanan di Indonesia.
“Biasanya, untuk kolam ikan pada umumnya, memerlukan pasokan air yang banyak untuk mendapatkan oksigen, dan penampungan ikannya harus besar, tapi di Bioflok itu air tidak perlu besar dengan memanfaatkan sisa kotoran ikan yang akan dijadikan sebagai oksigen,” jelasnya.
Bukan Hanya Sekadar Lomba
Setelah pada tahun sebelumnya KMI Expo diselenggarakan di Surabaya, acara tahunan yang sudah berjalan selama sebelas tahun ini kini diselenggarakan di Bali, tepatnya di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha.
Dengan program Kampus Merdeka, Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), berusaha meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha dengan mengembangkan produk-produk inovasinya. Tak sampai di situ, Kemendikbudristek juga mendorong mahasiswa untuk memamerkan produk-produknya di ajang KMI Expo.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, selain sebagai ajang perlombaan dengan berbagai inovasi yang mereka tawarkan, KMI Expo juga merupakan ajang mengenalkan budaya khas daerah di Indonesia. Dengan menampilkan pakaian adat khas daerah, para mahasiswa seakan mengubah lapangan sepak bola itu menjadi panggung catwalk.
Cupang, pelet ikan, dan cairan ketapang, produk delegasi Universitas Negeri Yogyakarta / Foto: Yudi Setiawan
Kegiatan ini menjadi representasi kekayaan budaya Indonesia melalui pakaian adat dari berbagai perwakilan Universitas yang hadir pada acara KMI Expo tahun ini. Dengan menggabungkan semangat kewirausahaan dengan keanekaragaman budaya Indonesia, mereka menampilkan bagaimana tradisi dan inovasi dapat bersinergi. Melalui kirab budaya ini, mereka memiliki kesempatan berinteraksi dengan pengunjung, mempromosikan budaya, dan menunjukkan semangat wirausaha khas daerah.
Seperti yang dikatakan oleh Krisna dan Putu, melalui program KMI Expo ini, mereka berharap, selain mendapat ilmu tentang berwirausaha, mereka juga memiliki harapan yang cukup besar untuk melibatkan masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah produk-produk yang mereka buat.
Sehingga, apa yang mereka kerjakan akan berdampak langsung kepada masyrakat yang notabene memang membutuhkan perhatian lebih, terutama di bidang inovasi terbarukan.
Dengan demikian, dengan adanya KMI Expo ini, hubungan yang terbangun bukan saja antara mahasiswa sebagai pihak pengembang inovasi dengan para investor; tetapi, secara tidak langsung juga ada peran masyarakat yang mereka jalin sebagai pihak produsen dan sebagai mitra dalam pengembangan produk mereka.[T]
Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Jaswanto