“Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Begitu kata sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
MENULIS APA pun itu, memiliki makna yang luar biasa. Bukan hanya sekadar media ekspresi, namun juga upaya mendokumentasikan segala sesuatu. Sayangnya, tidak setiap orang memiliki kemauan untuk menulis. Kelemahan yang biasa dimiliki orang adalah keengganan untuk mendokumentasikan apa yang dialami, dilihat, dan dilakukan.
Pengalaman seseorang dalam perjalanan, misalnya, sering dinikmati diri sendiri. Tidak dicatat dan didokumentasi, sehingga suatu saat akan hilang dari peta kognitif seseorang. Catatan kegiatan sesungguhnya dapat dibagikan kepada orang lain, baik secara visual gambar maupun tulisan. Kelak tulisan itu dapat dibaca anak-cucu dan generasi berikut.
Menulis suatu peristiwa bukan semata pekerjaan wartawan. Setiap orang dapat menuliskannya. Salah satu bentuk tulisan yang dapat menarasikan peristiwa adalah feature atau karangan khas. Berbeda dengan berita, feature tidak tunduk pada kaidah piramida terbalik. Meski demikian, feature tetap memerlukan unsur 5W1H agar tidak invalid sebagai produk jurnalistik.
Feature biasanya ditulis dalam bentuk narasi, bercerita tentang banyak hal. Gaya bahasanya yang “nyastra”, membuat feature enak untuk dibaca. Aktualitas tidak menjadi pertimbangan penting dalam feature, meskipun faktualitas tetap diperlukan. Berita yang biasa dapat menjadi luar biasa ketika ditulis secara ekspresif dan naratif dalam bentuk karangan khas.
Jenis Feature
Banyak ragam penulisan feature (Haris Sumadiria, 2016). Setiap jenis feature mengandung kekuatan dan gaya penulisan tersendiri. Pertama, karangan khas yang bersifat human interest. Jenis feature ini menyentuh perasaan pembaca, karena mengandung keharuan, kegembiraan, dan simpati.
Banyak hal dapat ditulis dalam bentuk human interest, seperti orang, tempat, benda, tumbuhan, dan hewan. Sepanjang ditulis secara ekspresif dan dapat mengundang rasa haru pembaca, maka dapat diangkat sebagai feature yang mengandung human interest. Misal, ulang tahun atau kematian seseorang, kasih sayang hewan kepada anaknya, prestasi penyandang disabilitas, atau tempat yang dianggap keramat.
Kedua, feature sejarah. Karangan khas jenis ini merekonstruksi peristiwa bukan hanya dari sisi fakta, tetapi juga aspek manusiawi yang mengundang simpati dan empati. Banyak objek feature sejarah yang dapat ditulis, seperti tempat dan peninggalan bersejarah; baik dalam skala internasional, nasional, maupun lokal.
Kisah heroik seorang veteran saat perang kemerdekaan atau aktivis mahasiswa yang selamat dari tindakan represif aparat saat aksi reformasi 1998 dapat menjadi karangan khas yang menarik jika dinarasikan dengan baik. Fakta dan peristiwa sejarah juga dapat ditulis melalui cerita tentang patung, monumen, tugu, dan biorama.
Ketiga, feature biografi. Merupakan perjalanan hidup seseorang , tokoh, figur publik, maupun pemimpin. Banyak tokoh yang menginginkan perjalanan hidupnya ditulis dan dipublikasikan. Gaya cerita yang menarik dapat membuat kisah hidup maupun karir seseorang menjadi enak untuk dibaca.
Keempat, karangan khas tentang perjalanan. Feature ini mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat tentang kegiatan atau tempat yang memiliki daya tarik. Banyak objek dan daya tarik wisata yang dapat ditulis sebagai karangan khas perjalanan. Selain memberi motivasi, feature perjalanan juga dapat menginspirasi orang untuk mencintai alam, flora, dan fauna.
Kelima, feature tentang petunjuk praktis. Karangan khas jenis ini banyak disukai oleh orang yang memiliki ketertarikan atau hobi pada bidang tertentu. Misalnya, petunjuk praktis memasak, merawat tumbuhan, hewan piaraan, dan cara mendesain rumah.
Keenam, feature ilmiah yang mengungkap sesuatu berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. Pembaca karangan khas ini biasanya dari kalangan kaum muda dan terpelajar. Perjalanan ke ruang angkasa, penelitian tentang hewan langka, dan perkembangan teknologi informasi bisa ditulis menjadi karangan khas. Untuk menghasilkan feature jenis ini, penulis biasanya menyukai dunia ilmu pengetahuan atau bagian dari tim peneliti.
Begitu banyak ragam feature, sehingga banyak pilihan bagi orang untuk menulis serta mendokumentasikan apa yang dilihat, didengar maupun dilakukan. Bentuk tulisan yang ekspresif dan naratif membuat orang bebas untuk menulis sesuai dengan gaya penulisannya.
Menutup Feature
Mengakhiri tulisan feature tak seketat seperti menutup tulisan berita. Penulis dapat menutup satu kisah dengan pernyataan yang mengagetkan pembaca. Harapannya agar pembaca tergugah secara emosional setelah membaca karangan khas itu.
Menutup feature dapat dilakukan dengan membuat alur cerita seperti cerita pendek yang berujung pada klimaks. Inilah yang membedakan karangan khas dengan berita. Jika pada berita pembaca mendapatkan informasi lengkap di akhir tulisan, maka dalam feature pembaca mendapatkan rasa bangga, bahagia, bahkan sedih dan kecewa.
Penulis feature juga dapat menutup tulisan dengan saran, imbauan, seruan, maupun ajakan kepada pembaca. Meski data tetap diperlukan, namun unsur subjektifitas dalam feature dimungkinkan untuk meninggalkan kesan kepada pembaca. Misal, imbauan untuk orang tua agar lebih aktif melakukan literasi digital kepada anak-anak, agar terhindar dari dampak negatif media sosial.
Menulis feature; termasuk menulis apa pun, sesungguhnya tidak sulit. Hanya saja, beberapa orang memiliki banyak gagasan, tetapi tidak segera memulai menulis. Atau orang sangat ingin menulis, tetapi tidak memiliki gagasan. Padahal gagasan menulis feature bisa dari mana saja dan tentang apa saja.[T]
- BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU