DENPASAR | TATKALA.CO — Pada malam serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV, Sanggar Pentas Marak Lestari, Banjar Dinas Kelodan, Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng menampilkan kesenian khas Bali Utara yang mampu menggetarkan Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali (Art Center), Senin (26/6/2023).
Dengan melibatkan seniman cilik hingga remaja, setidaknya ada sembilan Tari dan Tabuh Kebyar Buleleng yang dipentaskan. Salah satunya adalah Tabuh Kreasi Dor. Tabuh yang terinspirasi dari suara “dor” ini, dimainkan dengan aksen patah-patah seperti di medan perang.
Tak hanya mementaskan Tabuh Kreasi Dor, Sanggar Pentas Marak Lestari juga menampilkan Tabuh Lelongoran yang merupakan salah satu sarana—yang harus ada—dalam rangkaian ritual Upacara Dewa Yadnya.
Penonton makin membeludak saat Sanggar Pentas Marak Lestari mempersembahkan Tari Kembang Deeng, sebuah tari putri yang dimainkan secara kelompok atau masal, sebagai tari penyambutan.
Tarian ini diciptakan pada tahun 1998, terinspirasi dari pedeengan pada setiap upacara pengabenan di Kabupaten Buleleng.
Penampilan Sanggar Pentas Marak Lestari, Banjar Dinas Kelodan, Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng | Foto: Ist
Selanjutnya Tari Palawakya Dauh Njung, sebuah tarian untuk menyaingi Tari Palawakya Dangin Njung atau Jagaraga pada waktu zaman itu. Tarian ini berbeda pada bagian kawitan yang memakai kekebyaran. Pada bagian pengawak memakai kendang gupekan tunggal atau pengiwe dan pada akhir ada gegilakan. Tarian ini diciptakan pada masa penjajahan, sebelum Tahun 1950an.
Lalu Tari Truna Jaya. Tari ini diciptakan sekitar tahun 1940-an oleh I Gede Manik. Sedangkan Tari Surawisesa yang diciptakan oleh Bagus Suteja Yasa dengan penata tabuh I Gusti Bagus Suarsana pada tahun 1985 ini menyusul setelahnya. Tari Surawisesa menggambarkan olah kanuragan para remaja.
Ada juga Tari Magrumbungan, tarian khas Buleleng yang diciptakan oleh Ketut Artika. Tarian ini mengisahkan para petani Bali saat membajak sawah di musim tanam padi. Setelah panen padi, biasanya para petani menyampaikan rasa syukurnya atas rezeki yang didapat dengan mengadakan kegiatan magembeng atau magerumbungan.
Kemudian, Tari Bebek Putih Jambul juga dipentaskan. Tari ini merupakan kreasi baru berbasis kearifan lokal Bali untuk anak-anak usia dini. Tari kreasi baru yang dimainkan oleh 11 orang penari putri ini menggambarkan tentang keceriaan sekelompok bebek putih jambul yang sendang mencari makan di sawah.
Dan terakhir, Tari Peteng Bulan tak mau ketinggalan. Berbeda dengan Tari Bebek Putih, meskipun sama-sama kreasi baru berbasis kearifan lokal Bali, Tari Peteng Bulang dirancang untuk anak laki-laki usia dini. Tari ini menggambarkan tentang kegembiraan anak-anak sedang bermain kodok-kodokan bersama dengan teman- temannya.
Dua tari kreasi untuk anak-anak
Pemilik Sanggar Pentas Marak Lestari, Bagus Suteja Yasa mengungkapkan, ini merupakan penampilan keempat kalinya bagi sanggar tersebut di PKB.
Sedangkan untuk proses persiapan tampil di PKB kali ini, dia mengaku hanya dua minggu persiapan. Hal ini dikarenakan anak-anak yang tampil sudah memiliki dasar dengan proses latihan beberapa kali setiap minggunya.
“Persiapannya kurang lebih dua minggu. Alasannya karena kami sangat aktif di Buleleng, baik itu ngayah di pura-pura, maupun pagelaran ketika ada yang ngundang. Di situlah kami melatih. Karena rutinitasnya sudah terbiasa seminggu 4 kali, jadi tinggal menghaluskan saja. Hanya repertoarnya saja ditambah,” ujar Bagus Suteja.
Menariknya, ada dua tarian kreasi yang diciptakan untuk anak-anak, seperti Tari Bebek Putih Jambul dan Tari Peteng Bulan. Menurut pria yang akrab disapa Gus Yasa ini, ada sedikit salah kaprah saat anak kecil menarikan tarian dewasa. Baginya, anak-anak semestinya menarikan tarian sesuai karakter anak-anak.
Penampilan Sanggar Pentas Marak Lestari, Banjar Dinas Kelodan, Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng | Foto: Ist
“Anak yang umur TK membawakan tarian yang sifatnya memang dibawakan dengan karakter anak-anak. Seperti Bebek Putih Jambul ini kan ada lagunya. Jadi ketika ditarikan, karakter anak-anaknya muncul. Selama ini banyak yang salah kaprah, anak kecil menarikan yang karakternya dewasa,” kata Gus Yasa.
Lebih lanjut, Alumni ASTI Denpasar yang terkenal memerankan sendratari Jayaprana ini menambahkan, Sanggar Pentas Semarak Lestari berdiri tahun 2010 dan hingga kini sudah memiliki anak didik hingga 500 orang.
Sanggar ini terdaftar di tingkat kabupaten maupun provinsi, termasuk terdaftar juga di Austria (Eropa). Beberapa event pementasan ke luar negeri pernah diikuti, antara lain ke Spanyol, Italia, Jerman, Filipina, dan Thailand.[T][Jas/*]
BACA artikel-artikel lain tentangPESTA KESENIAN BALI