PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA atau disingkat PSI di awal kemunculannya menjadi sebuah partai yang lekat dengan identitas partainya anak muda. Tidak sedikit anak muda Indonesia yang kepincut untuk bergabung dengan partai yang saat ini dipimpin oleh Giring Ganesha atau yang lebih populer dikenal sebagai Giring “Nidji”.
Partai ini identik dengan warna merah terang, memang agak mirip dengan warna seniornya, yakni PDIP. Hm, mungkin PSI ingin mengikuti jejak sukses PDIP yang kini mau mencetak hattrick.
Sejak kemunculannya sebagai partai politik pada tahun 2014, cukup banyak narasi-narasi mendobrak yang dimunculkan oleh partai politik ini. Mulai dari narasi perlawanan terhadap Perda Syariah, Perda Injil, hingga massifnya serangan yang ditujukan kepada lawan politiknya, yaitu Anies Baswedan, bahkan sampai hari ini.
Di awal kemunculannya, partai yang digawangi oleh Grace Natalie dan Raja Juli Antoni ini mengumumkan dukungannya terhadap pemerintahan Joko Widodo. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa di awal-awal kemunculannya sudah mendukung kekuasaan? Apalagi kebanyakan anak muda, khususnya kalangan mahasiswa mengambil posisi untuk jadi mitra kritis kekuasaan.
Entahlah, mungkin itu adalah salah satu strategi politik yang digunakan PSI guna menggaet suara rakyat pada perhelatan Pemilu 2019.
Meski menjadi partai politik dengan segmen anak muda, nyatanya pada Pemilu 2019 PSI belum berhasil melenggang ke Senayan. PSI hanya memperoleh suara 2.650.361 (1,89 persen), masih kalah dengan partai politik baru lainnya, seperti Partai Berkarya dan Perindo yang masing-masing memperoleh 2.929.495 suara (2,09 persen) dan 3.738.320 suara (2,67 persen).
Meski belum sukses melenggang ke Senayan, PSI mampu meloloskan wakil-wakilnya di beberapa daerah, seperti Banten, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, NTT, dan Sulawesi Utara.
Tidak hanya itu, PSI juga berhasil menempatkan kader terbaiknya di jajaran kabinet Indonesia Maju, yaitu Surya Tjandra sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang RI (2019-2022) dan kemudian digantikan oleh Raja Juli Antoni dalam posisi yang sama (2022-sekarang).
Kader PSI juga saat ini menempati posisi strategis di tataran pemerintahan, seperti Dini Shanti Purwono yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, dan Faldo Maldini yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Bidang Komunikasi dan Media. Keren kan?
Jelang Pemilu 2024, PSI kembali sukses melenggang sebagai salah satu partai politik peserta Pemilu yang telah ditetapkan oleh KPU RI pada Rabu, 14 Desember 2022 dan siap berkompetisi dengan partai politik lainnya. Tentu dalam keikutsertaannya yang kedua dalam Pemilu, PSI menargetkan mampu lolos dan duduk di Senayan. Bahkan PSI menargetkan untuk memperoleh 15 juta suara dalam Pemilu 2024 mendatang.
Kira-kira menurut kalian bisa nggak sih PSI mencapai targetnya itu? Eits, tunggu dulu. Untuk mencapai target tersebut tentu harus dibarengi dengan sebuah strategi jitu, agar target dapat tercapai, dan PSI dapat merealisasikan berbagai programnya kepada masyarakat.
Berharap Dari Efek Ekor Jas
Sistem proporsional terbuka yang kini dianut oleh Indonesia dalam pemilihan anggota DPR di tingkat pusat sampai ke daerah sesungguhnya memberi dampak positif bagi banyak partai politik. PSI adalah salah satunya.
Raihan suara PSI yang cukup gemilang tersebut tak lepas dari popularitas beberapa tokohnya, seperti Grace Natalie, Tsamara Amany, hingga Giring Ganesha. Pada Pemilu 2019 lalu, masing-masing tokoh tersebut berhasil memperoleh suara yang gemilang di daerah pemilihan (dapil).
Grace Natalie berhasil mengantongi 179.949 suara, Tsamara Amany memperoleh 140.557 suara, dan Giring Ganesha memperoleh 47.069 suara. Melalui tokoh-tokoh tersebut, PSI mampu mendulang suara yang sangat besar dan hal tersebut mesti dimaksimalkan oleh PSI apabila memiliki keinginan kuat untuk lolos ke Senayan.
Lantas, apalagi strategi yang dimiliki oleh PSI? salah satu hal yang menurut saya menarik adalah narasi “Jokowisme” yang digaungkan oleh partai yang konon digandrungi oleh anak muda ini.
Dalam keterangannya setelah menyerahkan nama-nama bakal calon legislatif (bacaleg) ke KPU RI, Giring Ganesha selaku Ketua Umum PSI menyebutkan bahwa narasi “Jokowisme” yang dilontarkan partainya bukan tanpa alasan. Bagi partai yang dipimpinnya, Jokowi tidak hanya seorang negarawan, Jokowi kini sudah menjadi sebuah ide dan gagasan besar tentang Indonesia yang dicita-citakan rakyat Indonesia.
Tidak hanya sampai di sana, PSI menyebutkan bahwa Jokowi telah memperlihatkan bahwa Indonesia adalah negara yang hebat, maju, dan membanggakan. Setidaknya itulah yang diyakini PSI hari ini dan mungkin saja dijadikan modal untuk berkompetisi dalam Pemilu 2024 mendatang.
Apa yang dilakukan PSI dengan menjadikan sosok Joko Widodo sebagai paham “Jokowisme” tak bisa dilepaskan dari strategi politik PSI untuk mendongkrak suara mereka dalam pesta demokrasi mendatang.
Menurut hasil survei yang dikeluarkan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden RI Ir. H. Joko Widodo mencapai 82 persen. Berangkat dari angka yang sangat tinggi tersebut, bisa diduga PSI menilai bahwa Jokowi masih memiliki pengaruh yang besar di tengah masyarakat. Hal ini coba dimanfaatkan oleh PSI dengan melempar narasi “Jokowisme” ke publik dengan harapan mendapat simpati dari pendukung Jokowi dan kemudian melabuhkan pilihannya kepada PSI.
Tentu dalam gelanggang politik hal tersebut adalah cara yang “sah”, apalagi Machiavelli menyebutkan untuk mendapatkan kekuasaan, seseorang boleh menghalalkan segala cara, asal berhasil memperoleh kekuasaan.
Bagaimana menurut kalian, apakah PSI akan berhasil duduk di lingkar kekuasaan? [T]