Sanggar Seni Citta Usadhi, Banjar Gunung Sari, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, sebagai duta Kabupaten Badung, dalam Utsawa (parade) Arja Klasik pada Pesta Kesenian Bali XLI , Kamis 16 Juni 2022 ini, tampak tampil memukau penonton. Ini terlihat dari antusiasme masyarakat yang hadir di Gedung Ksirarnawa, tempat arja itu bermain.
Penonton datang, entah hanya sekedar berkunjung ke Art Center lalu sekadar meluangkan waktu melihat utsawa (parade) arja, atau memang merupakan penonton/penikmat fanatik kesenian arja, sebuah kesenian yang tergolong klasik dan kadang dianggap kuno ini.
Tampak juga Ibu Gubernur Bali, Putri Koster, hadir menyaksikan penampilan arja klasik ini dan Ibu Gubernur setia menonton hingga akhir pementasan. Sungguh sebuah penghormatan.
Kita ketahui bersama bahwa arja merupakan drama tari opera tradisional Bali yang membawakan cerita-cerita sebagai wahana untuk menyampaikan nilai-nilai tradisional Bali. Arja selalu mengarah pada hal-hal didaktis atau yang mengacu pada hukum karma dan perbuatan. Dramatari Arja sering menampilkan kisah roman yang selalu dengan jelas membedakan dharma dengan adharma (Soedarsono, 2011:201).
Sebagai sebuah Dramatari opera, arja lebih menonjolkan nyanyian atau tembang yang merupakan unsur penting yang dilantunkan oleh para pemeran sambil menari (ngigelang gending/ngendingang igel). Tembang yang digunakan adalah tembang macepat yang terdiri dari pupuh pangkur, pupuh dandang, pupuh durma, pupuh sinom, pupuh ginanti, pupuh semarandana, pupuh ginada.
Foto: Sanggar Seni Citta Usadhi sebagai duta Kabupaten Badung dalam Utsawa (parade) Arja Klasik.
Dalam pementasan di Gedung Ksirarnawa itu, arja klasik Duta Kabupaten Badung membawakan cerita Dukuh Siladri yang mengisahkan romansa I Mudita dan Ni Kusumasari dengan lika liku konflik kecemburuan Wayan Buyar yang melakukan segala upaya untuk membuat perhitungan dengan I Mudita dan Ni Kusumasari. Dayu Datu sang penguasa ilmu hitam dan Ni Klinyar sebagai tokoh antagonis berusaha untuk memisahkan I Mudita dan Ni Kusumasari atas permintaan Wayan Buyar.
Walaupun tergolong dalam kesenian klasik dengan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi seperti penguasaan vokal baik tembang maupun dialog, penguasaan tari, penguasaan karakter, penguasaan panggung dan lainnya, para penari yang rata rata merupakan anak remaja ini mampu memainkannya dengan baik dan hal tersebut menjadi daya tarik dari pagelaran arja duta Kabupaten Badung yang berdurasi kurang lebih 4 jam pementasan.
Pemilihan topik bahasan dalam setiap adegan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, hal tersebut mencerminkan fleksibelitas kesenian Bali yang mampu mengikuti jaman melalui klasifikasi fungsi yang sudah diformulasikan salah satunya berfungsi sebagai hiburan atau balih-balihan sehingga apa yang disampaikan para pemain mudah dimengerti oleh masyarakat penonton masa kini.
Salah satu yang menarik adalah penggunaan lagu Pop Bali yang sedang viral saat ini sebagai bumbu pemanis dalam adegan roman (percintaan) antara Klinyar merayu Mudita dan Buyar merayu Kusumasari.
Foto: Aksi Sanggar Seni Citta Usadhi sebagai duta Kabupaten Badung
Selain itu, setiap adegan selalu diselipkan pesan tentang pemuliaan air sebagai tema besar dalam Pesta Kesenian Bali tahun ini. Maka lengkap isian dari sajian arja ini mulai dari tontonan hinggan tuntunan.
Semua yang terjadi di atas panggung pada saat itu tidak terlepas dari arahan para pembina seperti Dr. Desak Made Suarti Laksmi dan Dr. I Nyoman Catra sehingga arja klasik duta Kabupaten Badung mampu tampil secara maksimal.
Ada beberapa hal yang menarik perhatian penulis untuk pengulas pagelaran saat itu, antara lain:
Pemilihan waktu
Penulis mempercayai tentang pentingnya memperhitungkan “waktu mulai” dalam sebuah pagelaran seni pertunjukan dalam hal ini dramatari arja. Beberapa penari senior pernah mengatakan “yen peteng maan ngigel jeg len seh bayu ne bandingin teken ngigel lemah” yang artinya kalau menari pada malam hari maka akan merasakan hal yang berbeda.
Mungkin yang dimaksud peteng/malam adalah diatas pukul 18.00 wita atau lewat sandikala entah ada mitos apa dibalik itu namun disini penulis tidak mengatakan dan mengarahkan pembahasan dalam konteks benar/salah atau bagus kurang bagusnya jika bermain pada malam hari atau sebelum malam hari.
Hanya saja jika pagelaran arja duta Kabupaten Badung yang tampil pada hari Kamis, 16 Juni 2022 pukul 5 sore menjadi pukul 7 malam mungkin aura dan suasana pertunjukan akan sedikit berbeda.
Selain itu pertimbangan penulis terhadap waktu pukul 5 sore juga terkait keberadaan penonton yang banyak memperkirakan pagelaran arja dimulai pukul 7 malam seperti pagelaran arja pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemilihan tempat
Arja klasik Duta Kabupaten Badung tampil di Gedung Tertutup Ksirarnawa dengan kondisi gedung yang luar biasa dengan dilengkapi pendingin ruangan serta kursi yang empuk berwarna merah. Namun pemilihan tempat ini sebagai panggung pagelaran arja penulis rasa kurang tepat.
Jarak antara pemain dan penonton lumayan cukup jauh sehingga sang aktor yang sangat membutuhkan respon dari penonton agar sajiannya komunikatif sedikit mengalami kendala, ekspresi pemain sebagai wahana penyampaian materi juga susah ditangkap oleh penonton apalagi yang berada di bagian belakang yang penulis rasa tidak begitu jelas dalam melihat ekspresi pemain.
Gedung Ksirarnawa saat itu sedikit susah dijangkau karena akses masuk pada bagian tengah gedung ditutup sehingga pengunjung yang ingin menonton harus melewati akses diluar gedung untuk naik melalui kori disebelah selatan dengan patung naga pada bagian sampingnya.
Hal ini sedikit menyusahkan penonton yang akan menuju Gedung Ksirarnawa terdengar dari beberapa pengunjung yang berada diatas Gedung Ksirarnawa berbincang dengan temannya membahas akses masuk yang ditutup dari dalam gedung/tempat pameran di ksirarnawa. Hal tersebut juga berimbas pada pagelaran arja ini terlihat dari kursi penonton masih ada yang kosong.
Suasana yang begitu dingin mempengaruhi sajian dan penikmatan pagelaran ini. Penulis melihat beberapa penari melakukan pemanasan yang ekstra sebelum tampil salah satunya untuk menghilangkan rasa dingin dari pendingin ruangan tersebut.
Suasana yang begitu dingin dimanfaatkan oleh penasar buduh dalam monolognya yang mengatakan, “Sing cocok dadi nak sugih, lima menit ngoyong di AC jeg pang dasa ngenceh”. Artinya ,tidak cocok menjadi orang kaya karena baru lima menit berada di ruangan ber-AC namun sudah sepuluh kali kencing, sontak monolog tersebut memecah dinginnya ruangan dengan respon penonton yang tertawa mendengar keluh kesah penasar buduh yang bergerak seperi sakit pilek. Penulis juga melihat beberapa penonton yang bolak balik toliet akibat tidak tahan dengan rasa dingin tersebut.
Foto: Monolog penasar buduh merespon dinginnya ruang pementasan.
Selain itu, Penulis melihat salah satu penari sedikit agak terganggu dengan alat bantu pengeras suara yang pada saat itu menggunakan clip on, karena jumlah penari melebihi alat yang ada maka salah satu penari menggunakan mic yang dipegang sehingga penari tersebut agak sedikit susah untuk menari ataupun berdialog.
Salah satu adegan saat mantri manis, penasar dan wijil diikat oleh mantri buduh besertanya antek anteknya, penasar buduh kembali berulah dengan mengambil stand mic dari MC untuk dibawa ke atas panggung dan diberikan ke salah satu penari yang yang masih memegang mic , adegan tersebut membuat penonton dan juga penari lainnya terkejut dan tertawa karena adegan tersebut tidak ada direncanakan sebelumnya.
Penulis teringat pada tahun-tahun sebelumnya arja duta Kabupaten Badung yang selalu tampil di kalangan ayodya menggunakan mic yang digantung dengan komposisi yang sudah diatur sebelumnya sehingga para pemain tidak terganggu dengan clip on yang digunakan atau mic yang dipegang.
Menurut penulis jika arja ini dipentaskan di Kalangan Ayodya pasti akan mampu menarik penonton lebih banyak.
Tapi, tunggu dulu. Saat pementasan itu kebetulan Taman Budaya dilanda hujan. Lalu, terdengar perbincangan antara penari. “Aget pentas di Kesir, sing ujanan!” Artinya, untung pentas di Gedung Ksirarnawa, tidak hujanan. Saat itu hujan mengguyur Denpasar dan sekitarnya tepat pukul 5 sore dan tepat saat arja dimulai. [T]
KLIK UNTUK BACA ARTIKEL PESTA KESENIAN BALI 2022 YANG LAIN