1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kenapa Hindu Jawa Kuno & Bali Tidak Mentuhankan Sri Krishna?

Sugi LanusbySugi Lanus
March 22, 2022
inEsai
HINDU & KEJAWEN BERHALA?

— Catatan Harian Sugi Lanus, 22 Maret 2022.

Hindu India mengalami perubahan secara radikal dalam mentuhankan Sri Krisna karena salah satu sebab terpentingnya adalah kemunculan kitab BRAHMA-SAṀHITĀ, yang baru ditulis sekitar tahun 1300 Masehi. Inilah yang menjadi salah satu rujukan atau babon terpenting dari “pentuhanan Sri Krishna” yang berkembang di India secara luas. Kitab tersebut tidak menyebar di Jawa dan Bali.

Kitab BRAHMA-SAṀHITĀ adalah sebuah teks Pancharatra berbahasa Sanskekerta yang terdiri dari syair-syair doa yang diucapkan oleh Dewa Brahma yang memuliakan atau mentuhankan Krishna atau Govinda pada awal penciptaan. Dalam kitab inilah disebutkan bagaimana Dewa Brahma menyembah Sri Krishna. Demikian juga di sini disusun cerita bahwa Gayatri dan ayat Weda bersumber dari Sri Krishna. Kitab-kitab Weda tidak menyebutkan demikian. Kitab ini berkembang dan dikembangkan menjadi dihormati dan menjadi pedoman dalam Gaudiya Vaishnavisme, yang didirikan abad ke-16 oleh Chaitanya Mahaprabhu (1486-1534), yang menemukan kembali sebagian dari karya tersebut, 62 ayat dari bab lima, yang sebelumnya telah hilang selama beberapa abad, di Kuil Adikesava Perumal, Kanyakumari di India Selatan. BRAHMA-SAṀHITĀ mempengaruhi munculnya tradisi pikir dan berbagai teks yang “MENTUHANKAN-KRISHNA”.

Seorang pakar peneliti khusus kitab ini, Mitsunori Matsubara, dalam bukunya ‘Pañcarātra Saṁhitās and Early Vaisṇava Theology’  menyebutkan bahwa kitab BRAHMA-SAṀHITĀ  ditulis sekitar tahun 1300 M. Dalam teks inilah tersebut berisi deskripsi yang sangat esoteris tentang Krishna bertempat tinggal di Goloka.

PENTUHANAN KRISHNA dari fragmen atau kutipan BRAHMA-SAṀHITĀ, pada bab kelima, syair pertamanya dengan jelas MENTUHANKAN Sri Krishna, sebagai berikut:

īśvaraḥ paramaḥ kṛṣṇaḥ sac-cid-ānanda-vigrahaḥ
anādir ādir govindaḥ sarva kāraṇa kāraṇam

Terjemahannya:

“Krishna, yang dikenal sebagai Govinda , adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dia memiliki tubuh spiritual bahagia yang abadi. Dia adalah asal dari segalanya. Dia tidak memiliki asal lain dan Dia adalah penyebab utama dari semua penyebab.” 

Teks tersebut pertama kali diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Inggris oleh Bhaktisiddhanta Saraswati pada tahun 1932 dan sering dinyanyikan atau dibacakan baik sebagai teks renungan maupun filosofis, dengan terjemahan Inggeris sebagai berikut:

“Krishna, who is known as Govinda, is the Supreme Personality of Godhead. He has an eternal blissful spiritual body. He is the origin of all. He has no other origin and He is the prime cause of all causes.”

HINDU & KEJAWEN BERHALA?

PENTUHANAN SRI KRISHNA makin berkembang semenjak dalam terjemahan pengikutnya secara sistematis memakai sebutan istilah bahasa Inggeris “GODHEAD” (Tuhan Tertinggi) untuk Sri Krishna, sementara dewa lainnya adalah “DEMIGODS” atau ‘setengah-dewa’ atau di bawah ‘Godhead’ (Tuhan Tertinggi). Terjemahan dengan istilah Inggeris ‘Godhead’, dipakai dalam terjemahan buku-buku sekte keagamaan Hare Krishna dan mendudukkan bahwa Sri Krisna yang Tuhan Tinggi, dan secara konsisten dan sistematis menempatkan dewa-dewa lain diterjemahkan sebagai ‘demigods’ atau ‘setengah-dewa’ sebagai bawahan ‘Godhead’ (Krishna). AC Bhaktivedanta Swami Prabhupada, pendiri International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) menerjemahkan kata Sansekerta “dewa” sebagai ‘demigods’ (“setengah dewa”) dalam terjemahan-terjemahannya, dan mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa yaitu Sri Krishna sebagai “GODHEAD” (Tuhan Tertinggi) dan semua dewa-dewi yang lain hanyalah hamba Krishna. Namun, terjadi pengecualian ketika menterjemahkan kata “deva”, setidaknya ada tiga kejadian dalam bab kesebelas Bhagavad-Gita di mana muncul kata “deva”, yang digunakan untuk merujuk kepada Dewa Krishna, diterjemahkan sebagai “Tuhan”. Gelar “deva” diterjemahkan sebagai Tuhan Yang Maha Esa atau “GODHEAD” kalau diikuti nama Krishna, sementara kalau gelar “deva” diikuti oleh nama lain, maka diterjemahkan sebagai “DEMIGODS” atau hanyalah hamba Dewa Krishna.

Kitab BRAHMA-SAṀHITĀ dan isinya tidak pernah ditemukan jejaknya secara jelas dalam peninggalan lontar-lontar keagamaan di Bali.

Ketika BRAHMA-SAṀHITĀ yang menjadi “PENDOMAN PENTUHANAN KRISHNA” disusun di India sekitar tahun 1300-an Masehi, Hindu di Jawa dan Bali telah berkembang pesat di Kerajaan Singasari dan kemudian dilanjutkan Kerajaan Majapahit. Di era ini di Jawa dan Bali telah mengembangkan kitab-kitab Hindu-Buddha dalam versi Jawa Kuno yang diserap dari kitab-kitab yang lebih kuno lain, yang merujuk pada teks-teks Weda. Sementara itu, era kerajaan Majapahit hubungan Hinduisme di Jawa dan Bali bisa dikatakan terputus dengan tanah Bharata Warsa (premodern India), sehingga secara hubungan tekstual atau intertektualitas di antara keduanya semakin jauh. Barangkali karena keterputusan hubungan Jawa-Bali dengan India di sekitar abad 14-15 menjadi penyebab kitab BRAHMA-SAṀHITĀ atau teks-teks sejenis yang “MENTUHANKAN-KRISHNA” yang berkembang di India di abad ke 14 tidak pernah populer di Nusantara.

KENAPA PEDANDA ŚIWA DI BALI (JUGA) MEMUJA NĀRĀYAṆA?

Lontar-lontar Stava-Puja dan Widhi-sastra banyak mengandung jejak Weda kuno. Lontar-lontar Itihasa  mengandung banyak jejak Purana. Lontar-lontar Tatwa banyak mengandung jejak berbagai teks Upanisad. Tetapi tidak ditemukan secara gamblang teks-teks yang punya paham seperti kitab BRAHMA-SAṀHITĀ dalam lontar-lontar Bali. BRAHMA-SAṀHITĀ terhitung kitab baru jika dibandingkankan isi lontar-lontar Jawa Kuno era yang berisi teks dari era Medang dan Kediri. Kitab Brahma-saṁhitā di India tersebut terhitung sebaya dengan lontar-lontar yang ditulis di akhir kejayaan Singasari dan awal Majapahit, seperti Kakawin Nāgarakṛtâgama (atau Deśawarnana), Kakawin Sutasoma, Kakawin Śiwarātrikalpa, yang isinya bernuansa Śaiwa-Baudhha dan tidak ditemukan adanya jejak teks-teks yang “mentuhankan Bhatara Kresna” di era ini.  

Apakah tidak ada pemuliaan Sri Krishna dalam tradisi lontar ‘puja-stawa’ di Bali?

Ada. Tetapi, secara umum sosok Sri Krishna berkedudukan sebagai Awatara dari Wisnu, seperti dalam Kakawin Bhisma Parwa versi Jawa Kuno, yang berisi percakapan Krishna dan Arjuna tentang keabadian. Dalam kakawin ini Krishna disebut sebagai Bhatara Krishna. Sementara itu dalam puja-stava, seperti contoh dalam lontar mantra RAMA-KAVACA yang diwarisi di Bali sebagai puja perlindungan diri (KAVACA), Sri Krishna disebut sebagai salah satu dewa di antara dewa-dewa yang lainnya, tanpa pernah disebut sebagai Tuhan Tertinggi dan tidak ditemukan ada jejak meletakkan dewa-dewa yang lainnya sebagai bawahan Sri Krishna.

Lebih jauh ke belakang, jika kita lihat dalam jejak teks-teks dalam berbagai lontar dari abad ke 9 dan 10 masehi, seperti KAKAWIN RAMAYAN dan AGASTYA PARWA, tidak ditemukan PENTUHANAN KRISNA. Bisa dikatakan tidak pernah ditemukan temuan ke arah sana di era kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa dan Bali. Dalam era Kerajaan Gelgel, yang punya tradisi kesenian wayang yang sangat kuat, memang ada sosok wayang Krishna, yang perannya sebagaimana sosok Sang Krishna dalam Kakawin Bhisma Parwa, sebagai awatara yang membantu dalam perang Mahabhatara, tapi tidak ada “pentuhanan Krishna”. Sekalipun Kakawin Bhisma Parwa menyebutkan Krishna sebagai Bhatara Kresna, tidak sekalipun ada disebutkan  bahwa Bhatara Krishna sebagai jalan satu-satunya untuk memahami hakikat tertinggi ketuhanan Hindu. Dalam era Kerajaan Gelgel, jejak Hindu Majapahit sangat kuat, hakikat KEDEWATAAN yang terdapat ajaram dalam DEWATA-NAWASANGA yang dipakai secara luas dalam Yadnya di Kerajaan Gelgel. DEWATA-NAWASANGA sebagai HAKIKAT HYANG MAHA TUNGGAL yang mengejawantah dalam berbagai ritual untuk KEDEWATAAN NAWASANGA. HAKIKAT MAHATUNGGAL dari DEWATA NAWASANGA inilah yang menjiwai berbagai lontar-lontar kepanditaan Hindu Bali, yang bersumber dari Weda-Puja-Stawa dengan pengantar bahasa Jawa Kuno. HAKIKAT MAHATUNGGAL dari DEWATA NAWASANGA  disebut dengan gelar WIDHI, BHATARA WIDHI, WIDHIWASA, HYANG WIDHI, IDA HYANG WIDHI. Dan inilah, ketika terbentuk PHDB (Parisada Hindu Dharma Bali) penyebutan Tuhan Tertinggi untuk Hindu di Bali secara aklamasi disebut sebagai IDA SANG HYANG WIDHI WASA — gelar untuk Brahman atau Tuhan Tertinggi bagi Hindu di Nusantara yang memuliakan tradisi Catur Weda.

Catatan dari Pura Meduwekarang 2003: GEMPA BALI 1917, BOM BALI 2002

PENTUHANAN KRISHNA di Bali baru muncul semenjak terbitnya terjemahan buku-buku berbahasa Inggeris yang menterjemahkan Dewa Krishna atau Sri Krishna sebagai “GODHEAD” — dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tuhan Tinggi atau Tuhan Yang Maha Esa; sementara “deva” lainnya adalah disebut dalam bahasa Inggeris sebagai “DEMIGODS” — yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ‘setengah-dewa’ atau dewa bawahan dari dari ‘Godhead’ (Krishna). Ini tidak terjadi dalam buku-buku terjemahan Bhagavad Gita yang dikerjakan oleh tokoh-tokoh Hindu, seperti Prof Ida Bagus Mantra, Nyoman S. Pendit, Made Menaka (yang menterjemahkan Bhagavad Gita ke dalam bahasa Bali). Mereka secara konsisten memberikan penjelasan bahwa sosok Sri Krishna dalam Bhagavad Gita adalah salah satu dari awatara Wisnu. Para tokoh Hindu di Bali tidak pernah menyebut Krishna sebagai ‘Godhead’, karena istilah ini tidak dijumpai dalam naskah Bhagavad Gita aslinya dalam bahasa Sansekerta. Istilah dan pemisahan antara “Godhead” dan “demigods” juga tidak dikenal dalam cara pikir para penulis kitab-kitab lontar Hindu Jawa Kuno dan Bali. [T]

Tags: hinduHindu BaliHindu Nusantarajawa kuno
Previous Post

Mau Cari Berbagai Jenis Rempah? Datanglah ke Arab, Eh, ke Toko Arab di Singaraja

Next Post

Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

Seni Rupa Bali dan Persoalan Arsip

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co