Kelompok Tani Getah Uyung, Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, merayakan satu tahun kelahiran dengan menggelar bazzar UMKM di Lovina, Kamis, 16 Desember 2021. Acara itu tentu saja dihadiri pelaku UMKM, juga sejumlah pejabat terkait di Pemkab Buleleng.
Acaranya bazzar UMKM itu menarik, tapi yang lebih menarik justru keberadaan Kelompok Tani Getah Uyung sebagai penyelenggara. Getah Uyung adalah sebuah kelompok tani yang unik dan langka di Bali, mungkin satu-satunya di Bali.
Jika kelompok petani lain menanam pohon cengkeh, kopi, kakao, atau porang yang sedang ngetren, Kelompok Getah uyung justru dengan setia menanam pohon aren, merawatnya, sekaligus memanen getahnya untuk dibuat jadi gula aren, alias gula merah, alias gula bali, alias gula jawa.
Kenapa memilih nama getah uyung? Di Desa Pedawa, nira atau tuak biasa disebut sebagai getah uyung.
Kelompok Getah Uyung yang beranggotakan sekitar 50 petani itu berdiri setahun lalu dari sebuah kegelisahan sekelompok petani di Desa Pedawa. “Gelisah karena pohon aren mulai ditinggalkan, dan banyak lahan yang berisi pohon aren beralihfungsi menjadi lahan untuk tanaman lain semisal cengkeh,” kata Gucci Adnyana.
Gucci Adnyana, bernama lengkap Putu Suta Adnyana, adalah pendiri sekaligus ketua Kelompok Tani Getah Uyung. Ia mengaku hanya sebagai pengusaha keripik, tapi amat gelisah dengan mulai langkanya pohon aren, sekaligus mulai berkurangnya warga yang memproduksi gula aren.
Seiring berjalannya waktu, kata Gucci, terutama pada saat pandemi, ketika kondisi perekonomian masyarakat cukup memprihatinkan, terlihat fenomena yang menarik. Dalam kondisi sosial-ekonomi yang memprihatinkan, kehidupan petani gula aren yang begitu sederhana masih mmpu untuk brtahan hidup. “Bahkan bisa dibilang petani gula aren tetap bahagia dalam ksederhanaan,” kata Gucci.
Di Desa Pedawa, kata Gucci, gula aren adalah warisan leluhur dan dianggap sebagai produk budaya Desa Pedawa. Biasanya, masyarakat yang melakukan persembahyangan (pepiyuning) selalu ada gula aren dalam seriap sesajen yang mereka haturkan.
“Gula sangat dimuliakan, mungkin karena gula itu dianggap sebagai sumber kehidupan, yang mana dahulu hampir semua pnduduk Desa Pedawe bertani pohon aren atau bertani gula,” kata Gucci.
Dengan alansan dan dasar-dasar seamacam itulah sejumlah warga ingin mengulang kembali kehidupan bertani gula yang didasari rasa kebersamaan dan kesederhanaan dengan membentuk kelompok petani gula arena tau petani pohon aren.
“Kami melakukan audensi setahun lalu ke Bupati Buleleng (Putu Agus Suradnyana) yang mana saat itu Bapak Bupati sangat mndorong kekhasan setiap daerah. Dan gula aren adalah produk khas Desa Pedawa, maka kami angkat gula ini sebagai salah satu di antara banyaknya kekhasan itu di Buleleng,” kata Gucci.
Dan Kelompok Getak Uyung pun bergerak, mulai dari sector hulu hingga hilir. Mulai dari melakukan proses pembibitan pohon aren, menanamnya, memelihara kembali pohon aren yang sudah ada, dan melakukan proses penyadapan dengan baik serta membuat gula aren dengan kualitas yang baik.
Sampai setahun berjalan, dampak gerakan petani aren ini mulai terasa, misalnya mulai tumbuh kecintaan para petani dan warga umum untuk kembali mencintai pohon aren, dan kembali mencintai pekerjaan membuat gula aren. “Sampai saat ini gula aren Pedawa dikenal kembali dan sudah mulai digemari lagi, dicari lagi,” kata Gucci.
Gucci mengakui, tahap paling sulit dilakukan adalah tahap penanaman kembali pohon aren. Proses menanamnya menggunakan strategi-strategi tertentu agar bisa tumbuh dengan baik. “Kebanyakan pohon ditanam dengan cara tradisional , termasuk menentukan hari-hari baik (dewasa ayu) saat menanam, bahkan saat menanam juga ada manteranya,” kata Gucci.
Sampai saat ini, Kelompok Getah Uyung sudah menanam sekitar 350 pohon aren di wilayah Desa Pedawa. Karena masa tumbuhnya cukup lama sampai pohon itu bisa berbuah, petani juga menanam sayur-sayuran dan umbian-umbian di sela-sela pohon aren. “Agar tak jenuh menunggu, dan petani tetap bisa menghasilkan sayuran,” katanya.
Pada saat perayaan HUT ke-1 Kelompok Getah Uyung di Lovina, pemerintah menyampaikan apresiasinya terhadap kelompok itu yang merayakannya dengan menggelar bazzar UMKM.
“Apresiasi diberikan kepada Kelompok Tani Aren Getah Uyung, terutama atas inisiatifnya melaksanakan bazar UMKM serangkaian HUT jadinya yang pertama,” ucap Kadis Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara yang pada kesempatan ini mewakili Bupati Buleleng.
Kadis Dody mengatakan, lewat kegiatan ini bisa kita lihat UMKM di Buleleng bersama-sama bersinergi mengikuti bazar disini. Baik itu dari sektor fashion, kriya dan kuliner.
“Ini merupakan langkah maju yang dilakukan oleh komunitas Tani Aren Getah Uyung sebagai model, mudah-mudahan kedepan kita bisa terus mensinergikan antar para pelaku UMKM ini,” kata Dody yang pernah menjabat sebagai Camat Buleleng ini.
Lebih jauh pihaknya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Buleleng akan siap mendorong pelaku UMKM ini. Direncanakan, pada bulan Januari 2022 pemerintah bisa segera launching rooftop kreatif yang ada dilantai 3 Pasar Banyuasri yang diseting sebagai tempat bertemunya orang-orang kreatif serta tempat bertemunya UMKM terutama kaum milineal kekinian.
“Nantinya secara berkala, kita akan lakukan di rooftop lantai 3 itu untuk melaksanakan pameran, exsebisi yang tentunya untuk kemajuan perekonomian masyarakat Buleleng, terutama di 3 subsektor yaitu fashion, kriya dan kuliner,” ujarnya. [T][Ole]