Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, tak hanya punya hutan Alas Kedaton sebagai ikon desa. Desa di perbatasan antara Kecamatan Marga dengan Kecamatan Kediri ini juga punya Ulun Danu Kukuh.
Ulun Danu Kukuh ini merupakan danau kecil alias embung desa seluas 25 are yang berada di hulu desa. Sementara di teben atau di hilir desa, semua tahu, ada hutan yang bernama Alas Kedaton yang sudah berkembang menjadi salah satu obyek wisata andalan di Kabupaten Tabanan. Inilah keseimbangan.
Air di hulu untuk kehidupan warga dan menopang ketersediaan air di persawahan yakni Subak Saih seluas 66,5 are. Air di areal Ulun Danu Kukuh juga dimanfaatkan untuk air minum di Rindam IX/Udayana. Apa hubungannya dengan hutan Alas Kedaton? Akar-akar pohon berfungsi mengamankan air agar Desa Kukuh senantiasa subur. Mungkin demikian maksud tetua desa membangun embung di hulu dan menanam ratusan pohon di teben desa.
Berpuluh-puluh tahun Ulun Danu Kukuh menjadi andalan krama Subak untuk pengairan. Ke depan, Ulun Danu Kukuh sangat potensial untuk tempat rekreasi keluarga. Saat ini banyak pemancing yang menghibur diri di Ulun Danu Kukuh. Dengan sentuhan dana desa dan dukungan masyarakat, niscaya Ulun Danu Kukuh akan banyak dikunjungi sebagai tempat rekreasi.
Kami tak muluk-muluk pasang target wisatawan asing karena dunia masih ‘tertutup’. Kenapa bukan warga sendiri atau desa tetangga berlibur di sini. Sesekali ayo kita jadi turis di negeri sendiri. Kalau bukan kita mengangkat derajat desa, siapa lagi?
Apa kelebihan Ulun Danu Kukuh? Pemandangannya bagus, di sisi barat ada terasering persawahan. Di utara ada permandian umum berupa pancuran, juga ada lahan untuk kemah. Sementara di sisi timur embung desa sudah dicaplok vila.
Di selatan, ada dua air terjun, pancuran dedari, Pura Beji dengan air berkhasiat obat, dan Pura Ulun Danu Kukuh dengan segudang misteri. Jika salah satu dari sesaji berupa beras, beras hitam (injin), dan ketan raib di palinggih, pertanda buruk bagi pertanian. Terbukti dengan adanya serangan hama tikus, kekeringan, maupun serangan hama lainnya. Beras, injin, dan ketan selalu dicek oleh pamangku setiap bulan Purnama.
Di jaba tengah ada jineng atau lumbung padi. Hampir tiap hari ada seikat padi yang ditaruh oleh petani di bawah jineng. Entah petani siapa yang menghaturkan padi itu. Maka pamangku atau kelian pamaksan punya tugas menaikkan padi itu ke dalam lumbung. Setahun sekali padi dijadikan beras untuk modal pujawali setiap Purnama Kapat. Petani menghaturkan padi sebagai tanda syukur, berhasil panen di sawah. [T]
_____
BACA JUGA: