SEEKOR LUKA BERSARANG
Hidup tak selalu tentang matahari terbit
atau kicauan murai batu
tapi, juga tentang anak sungai
yang tak sanggup menolak jatuh
di tebing-tebing curam
Seekor luka
bersarang di kepala siapa saja
memeram telur di rambut
menetaslah bayi luka, menangis
Tangis pertama, memantul dinding
dinding parlemen kosong
deretan bangku kaku
Tangis kedua, terlunta di jalan
jalan pintas tak berplang tak berpalang
menuju pasar gelap menawar perkara
Tangis ketiga, terhimpit di gang
gang sempit menuju tempat ibadah
Tangis lain, mencari sinyal Wi-Fi
jalan pintas bertemu Tuhan
dengan doa ‘copy paste’
Tangis lain, mencari-cari alamat
berhenti di pintu-pintu rumah
boneka panda tergeletak di ruang keluarga
televisi menyala tanpa ditonton
meja makan tanpa percakapan
Di luar jendela, sepasang elang oleng
sayap kuyup menahan badai
sebelum menyentuh langit
Seekor luka kembali bersarang
kini di kepalaku !
2017
RUH PERAHU
1.
Entah, berapa butir pasir melukai lambungku
Di pantai ini, kematian tak pernah tercium
meski cangkang-cangkang kerang hijau
menebar anyir
Ditambat di sebatang nyiur tua
aku retak, lapuk
sekian kali matahari terbenam, sekian kali
sepi melingkar
Mungkin kelak kau mengerti, kenanglah
tubuh kayuku sebagai pohon
dengan batang berdaun kabut
lembar demi lembar jatuh
jauh atau dekat di pangkal akar
memupuk tanah sunyi
2.
Anak-anak perahu selalu lahir
seperti tukik menyembul dari pasir, berlari
menuju ombak
Anak-anak perahu terus bertumbuh
paru-paru kecilnya penuh udara garam
telinga pekak suara elang
tabah membaca angin
yang memutar di pesisir
Anak-anak perahu terus bertumbuh
Juga gelombang !
2018
SEKALI LAGI PERIHAL HUJAN
“Bawalah gelisahmu pulang
seperti pemburu menenteng kepala babi hutan
kubur di bawah tidurmu !”
1.
Di pesisir
lelaki kurus melukis lambung perahu
menunggu gelombang reda
o, Baruna
dewa penunggang gelombang
lihatlah perahu kami
dalam teka-teki lautmu
2.
Bersila
di bawah cahaya blencong
dalang setengah baya menghambur mantra
ke udara
Di tanah kurusetra
genderang dipukul berkali-kali
anak panah melesat dari atas kereta kuda
mencecap amis darah
dada jelata, kesatria, pengkhianat
juru tenung dan para pembaca doa
3.
Benarkah kita mengerti bahasa hujan
bila tubuh semakin kuyup ?
Hujan yang jatuh di halaman, selalu
menyembunyikan air mata dengan sempurna
2018
SEKARANG AKU PEDAGANG
Sebelumnya pekerja pabrik
Status karyawan biasa
Biasa bolos biasa nyolong
Eh, kena PHK
Kemudian menjadi kuli bangun(an)
Kadang bangun pagi
Seringnya bangun siang
Eh, disemprot mertua
Sekarang aku pedagang
Beras, telur ayam, bumbu penyedap, minyak goreng
Shampo, sabun, odol, sikat gigi, pewangi ketiak
Pembalut aneka merk
Mie instan, air mineral, teh, kopi, gula
Dan lain-lain
Modalku kecil warungku kecil
Bertetangga mini market
Tetangga tak tegur sapa
Tapi aku tak menjual rokok
Takut pasal pembunuhan berencana
Sebab (me)rokok membunuhmu
Kata bungkus rokok
Sebotol air mineral dingin
Kujual 2.000,-
Untung 1.000,-
Sebungkus kopi luwak-luwakan
Kujual 1.500,-
Untung 500,-
Receh dikumpulkan
Untuk beli kuota internet
Sisa ditabung, kalau ada
Sekarang aku pedagang
Fasih menghitung untung rugi
Bila tabungan mencukupi
Aku ingin jadi politisi
Sebab aku fasih menghitung untung rugi
Jan 2019