Sejauh mana sebenarnya kerja seorang aktor pada sebuah pementasan atau individunya sendiri. Karena bagi saya terkadang ada selingan pola berpikir bahwa kerja keaktoran itu ternyata tidak berujung tombak pada pementasan semata. Tapi ketika saya berpikir lebih luas lagi ternyata ada hal lain yang tersentuh saat berproses menuju latihan atau sederhananya latihan menuju pentas.
Pada latihan bersama “Guyub Kalangan”, 9 Juni-14 Juli 2019 di sejumlah ruang public di Denpasar, banyak sekali temuan saya dan teman-teman yang mengikuti guyub, dari hasil latihan yang bisa dikatakan intens kami lakukan selama sebulan. Dengan runtutan acara yang kami susun perminggunya.
Setiap hari Senin dan Rabu kami menonton film atau menonton dokumentasi pementasan teater. Hari Selasa, Kamis dan Jum’at kami menggelar latihan olah tubuh dengan metode yang kami sepakati, latihan kami gelar di Lapangan Puputan Badung.
Kemudian setiap hari Sabtu kami menggelar acara bedah buku teater, dan hari Minggu kami menggelar latihan di pagi hari biasanya kami melakukanya di pantai terdekat sekitaran Denpasar. Tidak lupa juga setiap acara yang kami lakukan selalu disertai dengan diskusi dan sharing hasil interpretasi kami tiap latihan.
Seperti yang saya dikatakan diawal bahwa sebuah proses pembentukan aktor itu sebenarnya tidak berujung tombak pada laku saat pentas saja, karena dari hasil kami latihan dan berdiskusi ada banyak hal yang kami dapatkan dari saling sharing.
Misal contoh kecilnya, saya mendapatkan apa yang mungkin tidak ditemukan oleh teman-teman yang lain dan begitu sebaliknya. Dari hasil temuan kami yang selalu berbeda kadang menimbulkan suatu keinginan untuk mencoba mencari apa yang di dapatkan oleh teman yang lain pada hari selanjutnya.
Sebenarnya juga bisa dikatakan bahwa kami bukan murni hanya belajar menjadi aktor saja, kami lebih disadarkan untuk latihan mengobrol. Walaupun ya ngobrolnya tentang teater dan apa yang kami lakukan, karena dari obrolan itu saya pribadi menyadari pula untuk mempunyai kesadaran untuk selalu mencari dan mencipta apa saja sebenarnya yang bisa di hasilkan dari satu metode tersebut.
Kemudian kesadaran tersebut tidak hanya berhenti saat kami melakukan latihan saja, tapi saat diluar lingkaran latihan itu terkadang ada juga sebuah pikiran yang melintas begitu saja untuk mengingatkan saya. Bahwa kalau tidak ada obrolan-obrolan tersebut saat proses tentunya sutradara itu sendiripun tidak akan bisa menentukan apa tahap selanjutnya yang akan di lakukan.
Mungkin itu juga yang mempengaruhi pikiran saya untuk mencoba intens mengikuti guyub kali ini, walaupun di awal sutradara kami I Wayan Sumahardika sudah membekali kami janji bahwa tujuan guyub kali ini bukan bertujuan pada pentas yang benar-benar serius di atas panggung. Hasil latihan kami hanya akan dijadikan persentasi saja nantinya, tidak bertujuan pentas untuk membawakan naskah atau wacana apapun.
Tapi entah kenapa saya sendiri merasakan hal yang lebih dari latihan biasa yang saya lakukan jika bertujuan untuk pentas, mungkin masalahnya karena latihan teater untuk sebuah pementasan maka kerjanya akan bisa saja sewaktu-waktu mendadak atau kadang tidak sesuai dengan rencana. Biasanya juga saya kalau latihan untuk pentas sering kali merasa di interpretasi oleh waktu yang kian mendekati hari pementasan. Kadang tidak ada hal lain yang saya cari selain bentuk saja.
Tapi pada guyub kali ini saya baru menyadari itu, dari apa yang kami lakukan sebulan penuh memang benar titik terangnya berada pada pencarian dan penciptaan tiap aktor. Dan entah kenapa belakangan ini saya sangat merasa senang menjadi aktor yang sangat kedap suara yang jauh dari interpretasi penonton, saya merasakan bahwa sebenarnya di ruang-ruang seperti ini kami saling mengejar ketertinggalan dan memperbaiki komunikasi kami sesama kelompok, selain itu di ruang seperti ini juga saya merasakan benar-benar tumbuh menjadi aktor. Tidak ada beban pikiran untuk mencari suatu bentuk apapun dan hanya berpegang teguh pada pencarian saja.
Dan masalah memperbaiki komunikasi antar anggota itu maksudnya adalah belajar terbuka sesama anggota agar nantinya kami saling mengerti dan memahami satu sama lain, karena dari latihan guyub ini juga ada kesadaran kami untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teman-teman kami yang lain. Untuk masalah mengejar ketertinggalan itu sebenarnya titik terangnya berada pada menyamakan frekuensi atau pemikiran dari apa yang kami lakukan beersama selama sebulan.
Dan itu akhirnya yang bisa menjadikan kami mempunyai kesamaan, sama-sama mengikuti guyub. Akhirnya karena kami intens dan selalu melakukanya bersama jadi tidak ada istilah ketertinggalan atau senioritas pada proses ini. Karena pada guyub kali ini kami hanya berlima, bersama ; De Gus seorang mahasiswa pertanian UNUD dan anggota Teater Orok, Dedek Surya salah satu mahasiswa arsitektur anggota Teater Warmadewa.
Iin Valentine entah apa statusnya sepertinya mahasiswa yang akan tamat salah satu anggota di Teater Kalangan, dan Jacko ini pacarnya Iin Valentine yang juga mahasiswa serabutan anggota di Teater Kalangan. Tentunnya juga saya sendiri yang bukan seorang mahasiswa tapi kebetulan salah satu anggota di Teater Kalangan.
Tapi tujuan saya memperkenalkan mereka adalah dari latar belakang kami yang berbeda dan jenjang waktu kami menekuni tetaer itu berbeda-beda juga. Pasti selalu ada pikiran bahwa salah satu dari kami lebih tau-menau soal teater dan keaktoran. Tapi pada guyub kali ini malah status jenjang waktu itu menjadi sedikit nilai tambahan dari masing-masing diri saja, bukan menjadi sebuah pembeda lalu kemudian di pentingkan. Tidak itu sebenarnya yang dibutuhkan pada sebuah kelompok.
Tapi akhirnya kelebihan itu menjadi suatu proses berbagi yang secara kebetulan bila pembicaraanya memang berkaitan pada konteks, kemudian biasanya terjadi saling cerita lintas antar pengalaman saja.
Akhirnya setelah guyub selasai dan hasil latihan kami selama sebulan dipersentasikan pada acara Bali Yang Binal ke-8, karena kebetulan saja tanggal selesai guyub kami memang berbarengan dengan acara tersebut. Kebetulan juga kami atas nama Teater Kalangan diundang berkolaborasi atau merespown music dari Band Cassadaga, kami tidak membawa wacana apapun dan murni hanya merespown music dengan tari yang bisa di katakan jatuhnya seperti Perform Art.
Tidak ada perasaan yang tegang terlalu berlebihan pada pementasan kali ini, mungkin karena saya pribadi misalnya sudah merasa matang soal apa yang saya lakukan jika sewaktu-waktu di pertanyakan setelah persentasi. Syukurnya tidak ada yang mempertanyakan apa yang saya lakukan, jikapun tipertanyakan mungkin saya akan menjawab bahwa ini hasil latihan saya selama sebulan.
Mungkin akan saya ceritakan sedikit soal apa saja yang terjadi selama sebulan terhdap saya. Seperti misal tulisan ini, saya mendedikasikan tulisan ini untuk gambaran proses saya selama sebulan. Karena mungkin bagi saya jika tidak diceritakan sedikit saja, saya jangan-jangan malah akan tidak mengingatnya sama sekali dikemudian waktu.
Sebenarnya banyak sekali yang terjadi pada proses itu, tetapi yang saya ceritakan kali ini hanya hal yang saya anggap penting untuk diperhatikan lebih lanjut, karena jujur saya sangat merasa berbeda ketika menulis ini. Sebelum menulis, saya sudah banyak sekali pikiran dan ide tentang apa saja yang akan saya ceritakan pada tulisan saya, tapi saat menulisnya malah saya kebingungan ingin menulis apalagi dan ada perasaan berhati-hati jika sewaktu-waktu malah tulisan atau cerita saya ngelantur kesana kemari.
Akhirnya saya memilih untuk tidak memaksakan untuk terlalu berlebihan, karena saya mengingat kembali kejadian saat latihan guyub kemarin. Saya biarkan saja pengalaman yang sudah pernah terjadi akan muncul kembali dikemudian hari tergantung pada keintensitasan saya melakukan dan menekuni keaktoran. Dan juga tidak lupa penyoalan penghayatan, jika intens saja mengikuti latihan tetapi tidak disertai dengan penghayatan itu mungkin akan menjadi sia-sia juga nantinya.
Karena intensitas dan penghayatan itu saya rasa juga menjadi modal utama untuk menjadi bekal utama saat proses penciptaan keaktoran. Semakin intens dan seringnya melakukan hal dan berulang, tentu saja akan banyak hal yang hadir pada moment tersebut. Mari membiasakan diri melakukan hal dengan sepenuh hati. Jangan lupa juga hati-hati agar pengalaman-pengalaman itu tidak jatuh disembarang tempat. [T]