Siapapun yang mendesign Kota Lama Semarang, atau para pekerja bangunan yang berkeringat di abad 18, pasti tak pernah menyangka kalau Don Quixote lewat di sini.
Saya, anak dan istri singgah di Semarang menyapa Don Quixote: ‘Don Quixote dan Hal-Hal Yang Belum Sudah’ adalah pameran seni-rupa-sajak-pemikiran-petualangan-imajinasi dll dari penyair Goenawan Mohamad (GM), 15 Juni – 17 Juli 2019, di Kota Lama, Semarang.
Sket dan lukisan GM keluar dari lorong-lorong diksi dan konstruksi bahasa, dengan bernyali mengajukan opsi puitika-visual untuk menghadirkan Don Quixote.
Saya tidak terkejut ketika GM “menekuni” Don Quixote. Sang tokoh “raja hayal” seakan berwejang: Jika realitas tak bersahabat atau tak bisa diajak berdamai, mari kita berkreasi dan menjalani dunia imajinasi yang kita kreasi dengan kebebasan imajinasi masing-masing. Toh, imajinasi lebih luas dari dunia sehari-hari. Wejangannya kurang lebih seperti itu.
Kenapa Don Quixote begitu menarik, bukan hanya bagi GM, juga buat pembaca lain? Jangan pernah meremehkan kelakar. Saya bercerita pada anak saya kalau Don Quixote pasti sangat menarik bagi orang Bali yang pernah pernah membaca Dalang Tangsub.
Ia pemberontak-penulis Bali, sekitar 1825, yang menulis ‘Geguritan Basur’, ‘Ketut Bungkling’, ‘Ketut Bagus’, ‘Kidung Cowak’. Tokoh-tokohnya “nakal-hayali”, memaksa kita merenung. Kalau belum membaca karya Dalang Tangsub, silah bandingkan cerita Don Quixote dengan dongeng ‘I Belog’ atau ‘Balang Tamak’, ini sekedar pembanding mentah saja.
Di Nusantara saya pikir ada kisah-kisah “setara” Don Quixote. Mungkin harus digali dan “diterkenalkan”. Katakanlah ‘Gatoloco’ atau ‘Siti Jenar’, mungkin tidak sama, tapi ada “kelakar-satir” kurang lebih setebal apa yang disajikan Don Quixote.
Pameran ini membuat saya ingat Gurudev, Rabhindranath Tagore. Di usia matang Gurudev membuat sket dan melukis, berekspresi dalam coretan-garis, rupa-warna, setelah puluhan tahun mengukir ekspresi dalam kata dan kalimat. GM tak kalah memukau dan bernas. Kepenyairan GM yang pilih tanding diparipurnakan oleh karya puitika rupanya.
Pada anak ABG saya berbisik: ‘India punya Gurudev, Indonesia punya GM’. [T]