17 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Kolaborasi dengan seniman Malaysia

Kolaborasi dengan seniman Malaysia

Silaturahmi Topeng, Teater, Ibu, dan Lain-lain #Catatan Pentas di Melaka Malaysia

Kadek Sonia Piscayanti by Kadek Sonia Piscayanti
July 3, 2019
in Khas
33
SHARES

Tahun lalu, Oktober 2018, seorang Profesor dari Universiti Putra Malaysia menjadi salah satu pembicara kunci di seminar internasional di kampus saya. Namanya Profesor Jayakaran Munkundan. Saya mengenal beliau karena sering mengikuti konferensi internasional yang menghadirkan beliau sebagai pembicara kunci, dan juga karena setahun sebelumnya, 2017, saya menjadi pembicara juga di konferensi yang digelar beliau di Melaka.

Namun bedanya, kali ini ketika beliau ke Singaraja, kebetulan di kampus saya sedang hadir Dr. Carmencita Palermo (saya terbiasa memanggilnya Carmencita saja), seorang seniman topeng asal Italia, yang sedang mencari data dalam risetnya mengenai projek saya saat itu 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah, dimana Carmencita juga selain sebagai peneliti juga terlibat dalam proses latihan beberapa kali.

Nah, pertemuan Prof. Jayakaran dan Carmencita berbuah sebuah diskusi tentang projek saya yang akan direspon dalam bentuk pertunjukan. Sebagai seorang penyelenggara konferensi yang terkenal bertangan dingin, Prof. Jayakaran langsung punya ide mementaskan projek saya sebagai bagian dari konferensi tahun ini, International Conference on Creative Teaching, Assessment and Research, di Melaka Malaysia yang baru saja berakhir kemarin, 28 Juni 2019.


Usai pementasan

Singkat cerita, sesungguhnya tak ada yang terlalu singkat dalam sebuah proses. Perkenalan saya dengan Carmencita Palermo, adalah sebuah proses panjang. Diawali dengan sebuah tulisan saya yang pernah terbit di situs ini, tentang perempuan Bali, yang berujung viral dan berujung gaduh, yang diakhiri dengan dicabutnya tulisan itu. Sejak itu Carmencita mencari saya, karya saya, dan mewawancarai saya. Pertemuan saya pertama dengannya terjadi di Taman Pujaan Bangsa Margarana, Tabanan, saya ingat saat itu saya pulang kampung, dan Carmencita bersikukuh bertemu dengan saya. Mengingat dia terbang jauh-jauh hanya untuk ketemu saya, lalu sayapun bersedia diwawancarai.

Akhirnya setelah itu, kami sering berdiskusi baik lewat pesan-pesan di email, whatsapp, maupun di darat karena Carmencita sangat tertarik dengan apapun isu mengenai perempuan Bali. Lalu di projek saya 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah saya memberitahu Carmencita bahwa ini adalah projek mendengar perempuan dan membuat perempuan bersuara melalui pendekatan teater dokumenter. Saya menjadi terharu sebab Carmencita ikut terlibat di dua produksi dari 11 produksi teater saya.


Pentas

Dia hadir memberi kesegaran baru, memberi usul, pertimbangan bahkan masukan. Saya menerimanya dengan terbuka. Sebab semua kemungkinan sepanjang bermakna, sangat penting untuk pertumbuhan teater yang saya kerjakan. Semuanya organik saja, alami dan spontan dari hati. Kembali ke soal undangan pementasan di Melaka, Malaysia, kami akhirnya diundang sebagai featured speakers bersama nama-nama besar dan para pakar dunia pendidikan Bahasa Inggris yang buku-bukunya menjadi santapan kuliah sehari-hari saya, seperti Prof. Alan Maley, Prof. Diane Larsen Freeman, Carolyn Graham dan Dr. Willy Renandya. Bagi yang penasaran siapa mereka silakan google nama mereka.

Singkat cerita, datanglah masa-masa persiapan kami berangkat. Meskipun penunjukan bahwa kami akan pentas sudah setahun lalu, namun proses menuju pentas benar-benar hanya 3 hari sebelum berangkat. Mengapa. Tentu karena kami berada di dua benua berbeda. Carmencita di Italia dan saya di Bali.  

Lalu, satu lagi tim kami adalah Ibu Dr. Made Ratminingsih, M.A., seorang senior, guru saya sekaligus kini menjadi kolega di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Karakter akademisi yang kental dan penuh struktur membuat Ibu Ratmi sedikit panik, ketika seminggu sebelum berangkat belum tampak ada persiapan. Saya sih santai karena tahu Carmencita dan kami sudah pernah berproses bersama di projek saya. Namun dengan Bu Ratmi belum pernah.



Sehingga terjadilah ketegangan sebelum keberangkatan. Kami seniman terbiasa spontan dan sangat mengandalkan intuisi dan mood, sedangkan Bu Ratmi lebih mengedepankan struktur. Kami berkomunikasi intens, dua hari latihan. Menjelang keberangkatan, mulai ada titik terang dalam konsep pertunjukan kami. Konsep sederhanya begini, Carmencita menari, saya menyanyi, Bu Ratmi menabuh. Ada pula konsep melibatkan audiens dan kami tentu belum bisa mencobakannya di Bali. Karena konsep pelibatan audiens harus live dan spontan. Dan tentulah kenyataannya tidak sesederhana itu.

Akhirnya beginilah pertunjukan itu dibuka. Dengan kidung yang saya nyanyikan.

Sang Hyang Candra tarantaka

Pinaka dipa

Mamadhangi ri kala wengi

Perlahan sekali Carmencita masuk, bernafas, membuka kain penutup topengnya dan perlahan sekali membuka tarian.

Lalu lanjut

Sang Hyang Surya

Sedeng prabhasa maka dipa

Mamadhangi ri bumi mandala

Demikian lah. Setelah kidung mengalir, lalu saya membaca puisi.

Bagian demi bagian mengalir. Yang menarik adalah bagian intermezzo dimana saya melibatkan audiens membaca bagian naskah 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah, satu naskah diwakili satu kalimat saja. Ini pekerjaan sulit dari perspektif saya sebagai penulis naskah dimana satu naskah besar harus diperas jadi satu kalimat saja. Akhirnya ada 11 kalimat dari 11 naskah. Salah duanya adalah; “He almost killed me, I almost killed him; We divorced.”; “I build houses, but I don’t have my own.”

Kalimat ini kami bagikan sebelum pementasan dan kami cobakan audiens mengucapkannya. Saya beri kode kapan saat mereka harus membaca lembut, keras, bersama, dan berhenti. Spontan seperti mengajari orang bernyanyi. Saya merasa ini bagian teruniknya. Semua penonton menjadi bagian dari pertunjukan. Mereka kami titipi ‘suara’ 11 Ibu yang mereka ‘suarakan’.

Bagian kedua saya isi puisi saya “Tonight is not Fine”. Puisi ini direspon oleh Carmencita dengan gerak ritmis dan begitupun tabuh Bu Ratmi, sangat dinamis.  

Bagian ketiga saya isi kidung Wargasari Ida Ratu dan  puisi saya “Let Her Go”. Akhirnya ditutup manis  dengan nyanyian dan tarian janger. Prof. Jayakaran kami undang menari dan menimbulkan gelak tawa audiens.

Link beberapa video ada disini :

View this post on Instagram

When in Melaka Theater and Mask dance performance

A post shared by Kadek Sonia Piscayanti (@soniapisca) on Jul 3, 2019 at 1:54am PDT

Keseluruhan pentas memakan waktu kira-kira 35-40 menit. Lalu diskusi. Nah pada diskusi inilah ada sekitar 10 pertanyaan dari audiens yang merespons pentas kami dari segi isu feminisme, isu budaya, dan isu terkait lainnya.

Jika tidak dihentikan, pertanyaan demi pertanyaan terus mengalir deras. Akhirnya diskusi resmi ditutup namun diskusi non resmi terus berlangsung. Beberapa peserta yang hadir dan bertahan masih menunggu kami untuk diajak ngobrol. Di antaranya adalah Prof. Jayakaran, Prof. Diane Larsen Freeman, Prof. Ghouse, Dr. Lee Su Kim, Rosnan Rahman, dan Shujata. Juga ada peserta konferensi dari Malaysia, beberapa dari India, dari Iran, dan beberapa dari Indonesia.

Namun yang terjadi kemudian setelah diskusi dan hampir semua peserta sudah meninggalkan ruangan adalah kolaborasi spontan yang terjadi antara kami; saya, Carmencita, dan Bu Ratmi dengan dua seniman Malaysia yaitu Prof. Ghouse, dan Rosnan Rahman. Prof. Ghouse ahli seni pertunjukan dan Rosnan Rahman adalah penari pakyong dari Kelantan. Pertunjukan spontan yang terjadi adalah saya menyanyi kidung Bali, Rosnan menyanyi lagu tradisional Kelantan, Carmencita menari topeng, Prof. Ghouse memainkan rebab, Bu Ratmi menabuh kendang.

Spontanitas ini dapat dilihat di link:

View this post on Instagram

malaysia, indonesia&italy

A post shared by Rosnan Rahman (@rosnanrahman) on Jun 29, 2019 at 5:22am PDT

Demikianlah yang terjadi.

Kemungkinan lain dari pementasan ini adalah adanya tali silaturahmi budaya yang lebih kental, dimana batas-batas akademik jadi lebur, dan persahabatan terjalin lebih rileks dan alami. Hal ini kemudian menjadi sebuah oleh-oleh batin yang melekat dalam memori melebihi memori lainnya.   [T]

Tags: MalaysiaTeatertopeng
Kadek Sonia Piscayanti

Kadek Sonia Piscayanti

Penulis buku “Perempuan Tanpa Nama” dan “Burning Hair”. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Ulasan

Buku “Rawi Tanah Bakarti” – Dalam Balutan Musikalitas yang Intens

Judul               : Rawi Tanah BakartiPenulis           : Kiki SulistyoTebal Buku    : 96 halamanPenerbit         : Diva PressCetakan          : November, Januari 2018ISBN               : 978-602-391-637-5 --- Diakui ...

April 15, 2019
Penampilan kolaborasi antara Tambuco, Sanggar Sekar Sakura dan Sanggar Suar Agung di Pesta Kesenian Bali 2016./ Foto: Eka Prasetya
Esai

Kapan Kolaborasi Seni Bisa Pentas di Panggung Ardha Candra pada Pesta Kesenian Bali?

FANTASTIS! Satu kata itu saja sudah cukup menggambarkan peristiwa yang terjadi pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, pada 25 ...

February 2, 2018
Kredit foto; Sugi Lanus
Opini

Memicu “Erupsi Literasi” Gunung Agung, Lebih Cepat Lebih Baik

  SANGAT menarik membaca tulisan “Gempa Literasi” karya Gol A Gong dan M. Irkam. Dalam bagian “Jambi Membaca” disebutkan: ”Gempa ...

February 2, 2018
Kalung Badong (Foto Eka Sabara)
Khas

Kalung Badong Pelengkap Ritual Sunat yang Langka di Loloan

Loloan, baik di kelurahan Loloan Timur maupun di kelurahan Loloan Barat, masyarakatnya masih tampak masih memelihara pernak-pernik budaya Bugis Makassar ...

October 31, 2019
Acara

Solilokui Jengki Dirayakan di JKP, 24 Oktober 2020

Tahun ini, di tengah karut-marut pandemi Covid-19, penyair Wayan Jengki Sunarta, menerbitkan buku kumpulan puisi terbarunya bertajuk “Solilokui”(Pustaka Ekspresi, 2020). ...

October 22, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Lukisan di atas kardus. Karya ini diberi judul “Pariwisata Macet Jalan Raya Lancar”.
Esai

Pariwisata Macet, Jalan Raya Lancar

by Doni Sugiarto Wijaya
January 16, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1347) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In