1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

Petrus Imam Prawoto JatibyPetrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
inEsai
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

Petrus Imam Prawoto Jati

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya tembakau bagi kesehatan, serta mendorong kebijakan yang dapat mengurangi konsumsi tembakau di seluruh dunia.

Di Indonesia, angka perokok terus meningkat, dengan lebih dari 70 juta orang dewasa menggunakan tembakau, membuat negara kita sebagai salah satu negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia.  Memang tembakau di Indonesia adalah paradoks yang terus menyala, bahkan ketika negara sibuk meniup-niup bara api itu dengan kampanye anti-rokok.

Di tengah larangan iklan rokok, larangan merokok di ruang publik, dan mewajibkan tambahan gambar penuh kengerian dan seram di bungkusnya, toh hingga saat ini industri ini masih berdiri dengan tegak, tidak sekedar tegak, bahkan dengan gaya. Sebuah ironi yang tak kunjung usai. Tembakau, sebuah kenikmatan yang menolak punah. Sebuah budaya yang jika kini digelar di muka umum, dituding sebagai kriminal dan tak bermoral.

Kenapa bisa, tembakau tetap eksis? Bukankah sepetinya kita semua telah sepakat bahwa rokok membunuh? Bukankah anak muda sekarang konon dikabarkan lebih ‘sadar kesehatan’?. Mestinya vape, kafein, dan yoga dengan enteng bisa menggantikan gaya hidup nikotin yang dilabeli sesat ini? Nyatanya anak muda di samping menghirup vape, masih juga menghembuskan rokok di sela-selanya, kafein juga makin nikmat jika berkawan tembakau katanya, dan yoga tersempurnakan jika tersapu asapnya. Kenapa daya tahan tembakau dari masa ke masa begitu liat? Para pembaca yang budiman, lepas dari anda suka atau tidak suka tembakau, mari kita coba sapa tembakau ini dari beberapa sisi.

Negosiasi Antara Kenikmatan dan Ancaman Kematian

Berbicara tembakau ini agak unik , biasanya sih buntutnya bikin emosi. Karenanya agar lebih adil saya mencoba menginvestigasi beberapa perokok dan mencoba merangkumnya biar lebih mudah dicerna. Sebab, kalau saya kutipkan semuanya langsung dari penuturan mereka, sepertinya akan terdengar sentimentil.

Jadi begini, nampaknya, dalam konteks tubuh dan kenikmatan, tembakau bukan sekadar zat adiktif. Ia adalah ritual. Bagi banyak perokok, menghisap rokok bukan semata-mata aksi refleks, melainkan bentuk relasi yang intim dengan waktu. Menunda stres, menyusun pikiran, atau sekadar mengambil jeda dari rutinitas hidup yang melelahkan. Di bawah atap seng warung kopi, di pinggir jalan yang berdebu, atau di beranda rumah selepas kerja, sebatang rokok hadir sebagai penanda, “ini waktuku.”

Tembakau, bagi mereka para perokok, menjadi teman yang diam namun akrab. Ia tidak memaksa, hanya menggoda. Dan justru di situlah letak daya pikatnya. Seorang tukang becak yang saya temui di Purwokerto pernah berkata sambil menyulut rokoknya, “Ini satu-satunya yang ngerti saya, Mas. Nggak cerewet, tapi nyenengin.” Di saat dunia menuntut produktivitas, efisiensi, dan kepatuhan, tembakau menyediakan ruang pelarian, betapa pun sempit dan berasap ruang itu.

Michel Foucault mungkin akan bilang,  ini adalah bentuk teknologi diri, suatu praktik di mana individu menggunakan metode atau kebiasaan tertentu untuk membentuk relasi dengan tubuh dan pikirannya. Dalam hal ini, merokok bukan sekadar kebiasaan mekanis, melainkan cara seseorang mengelola eksistensinya di dunia yang makin bising dan makin menekan. Ketika ruang-ruang kontemplatif semakin langka dan semua waktu dimonopoli oleh layar gawai, maka sebatang rokok menjadi semacam mediasi antara keheningan dan kewarasan. Ia membantu seseorang “berpikir seraya menghembuskan.”

Realita di masyarakat memperkuat narasi ini. Di desa-desa, bapak-bapak yang seharian mencangkul ladang memilih rokok linting sebagai penutup kerja keras. Kalau ini bukan karena ingin pamer maskulinitas, tapi karena dari dulu, sejak zaman simbah, “suguhannya ya ngelinting, bukan cuma kopi.” Di kota, pekerja kantoran yang suntuk di depan spreadsheet tak jarang turun ke smoking area, bukan sekadar untuk merokok, tapi untuk “bernapas secara berbeda.” Bahkan anak muda, yang katanya melek kesehatan, kadang tetap nyulut rokok kretek sambil berdalih: “Ini buat ide nulis, bro.”

Tentu, semua ini tidak menghapus fakta-fakta medis. Bahwa ada ancaman nyata di balik tiap hisapan. Paru-paru rusak, jantung terganggu, dan kantong pun menjerit. Tapi tubuh manusia, seperti kata Merleau-Ponty, bukan mesin kalkulasi rasional. Ia adalah entitas yang merasa, yang memilih pengalaman, dan yang terkadang rela rugi demi rasa. Di sinilah negosiasi terjadi, antara kenikmatan dan kematian, antara kesadaran akan risiko, dan hasrat untuk tetap hidup sejenak dengan lebih enak.

 Maka, pertanyaan filosofisnya bukan hanya, “apakah merokok itu salah?” tetapi juga “apa yang sedang diperjuangkan tubuh lewat sebatang rokok?” Dan di antara asap yang mengepul itu, jawaban yang dihadirkan mungkin tidak selalu logis. Tapi sangat manusiawi. Nah, sepertinya jelas kenapa para perokok itu terkesan ngeyel, bukan?

Negara: Sang Pendosa Moralis

Di satu sisi, negara terus menggencarkan kampanye anti-merokok. Tapi di sisi lain, ia tetap sigap menerima triliunan rupiah dari cukai tembakau. Tahun 2023, cukai rokok menyumbang lebih dari Rp200 triliun, menjadikannya salah satu sumber pendapatan negara terbesar. Namun menurut data WHO dan BPJS, biaya kesehatan akibat rokok jauh lebih besar, bahkan bisa mencapai Rp400 triliun per tahun.

Lalu, kenapa tidak dilarang saja? Jawabannya tentu saja  karena negara bukan entitas moral murni, melainkan makhluk politik-ekonomi yang harus berkompromi. Jika tembakau dihapus hari ini, ratusan ribu petani tembakau akan kehilangan mata pencaharian, ribuan buruh pabrik linting gulung tikar, dan pemerintah kehilangan stabilitas sosial.

Tembakau bukan datang semata-mata dari ideologi jahat. Ia adalah tanaman yang sejak zaman kerajaan digunakan dalam ritual, pengobatan, dan diplomasi. Di era kolonial, tembakau adalah komoditas emas. Di era sekarang, ia berubah menjadi musuh publik. Namun, bagi masyarakat desa atau komunitas pinggiran kota, rokok masih menjadi lambang keakraban, solidaritas, bahkan maskulinitas. Di warung kopi, sebatang rokok bisa jadi pembuka percakapan, penutup kesepakatan, atau simbol resistensi kecil terhadap dunia yang terlalu bersih dan terlalu sibuk. Jadi nampaknya, dari sisi ini, melarang rokok begitu saja tanpa memahami makna sosialnya, sama seperti mencabut pohon tanpa memperhatikan apa alasan dia dulu ditanam.

Haruskah Dilarang atau Dibebaskan?

Iklan rokok di Indonesia adalah satu-satunya iklan, yang harus kreatif tanpa boleh menyebut produknya secara langsung. Maka lahirlah karya-karya visual dan narasi yang melebihi batas promosi. Mereka menciptakan dunia tersendiri,  petualangan, persahabatan, keberanian, maskulinitas, kebebasan. 

Larangan justru melahirkan estetika baru. Inilah yang disebut para teoritikus budaya sebagai efek dari represi,  kreativitas meningkat ketika ruang ekspresi dikekang. Dan mungkin, dalam banyak hal, iklan rokok justeru lebih berhasil membentuk citra diri anak muda ketimbang ceramah kesehatan dari lembaga pemerintah.

Jika kita bertanya apakah rokok harus dilarang, kita harus jujur dengan kosekuensinya. Apakah kita siap dengan transisi ekonomi bagi jutaan pekerja dan petani? Apakah kita punya alternatif budaya yang mampu menggantikan peran tembakau dalam ritual sosial? Sebaliknya, jika kita membebaskan tembakau sepenuhnya, apakah kita siap dengan lonjakan penderita kanker paru dan meningkatnya biaya publik untuk kesehatan?

Belum lagi melemahnya sumber daya manusia, karena pada tembakau menempel banyak stigma negatif yang berkaitan dengan budaya kerja dan sebagainya.  Ini bukan soal bermoral atau tidak. Ini soal keberanian untuk mengelola ambiguitas. Ini soal keberanian untuk menyusun ulang narasi tembakau, yang bukan sekadar sebagai produk industri, tapi sebagai warisan budaya yang butuh tata kelola bijak.

Menuju Keadilan Tembakau

Solusinya mungkin bukan pelarangan ekstrem apalagi  pembiaran total, tetapi transisi budaya. Tembakau bisa tetap hidup, bukan sebagai racun massal, tapi sebagai simbol budaya yang dikembalikan ke konteks aslinya.  Petani bisa dibantu untuk bertani secara berkelanjutan. Pabrik bisa diarahkan ke produk nikotin yang lebih aman. Edukasi bisa mengangkat narasi tentang kenikmatan yang bertanggung jawab, bukan kecanduan. Negara sendiri juga harus berani keluar dari jebakan cukai dengan mencari sumber pemasukan lain. Atau terus-menerus hidup dalam dosa struktural yang berbalut kebijakan kesehatan.

Tembakau, kian dilarang, kian memukau. Tapi mungkin justru karena ia dilarang. Karena dalam setiap larangan, ada daya tarik. Dalam setiap represi, ada ekspresi. Dalam surutnya sebatang rokok dari satu isapan demi satu isapan, momen itulah yang menyulut makna, bukan sekadar tembakau. Dalam setiap asap yang membubung, ada kisah manusia yang mencari makna hidupnya. Semoga pembicaraan kita ini pun mampu menyulut makna, bukan sekadar pertikaian belaka. Tabik. [T]

Penulis: Petrus Imam Prawoto Jati
Editor: Adnyana Ole

BACA artikel lain dari penulis PETRUS IMAM PRAWOTO JATI

Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?
Ogah Baca, Nyalakan Bom Waktu
Teater Ditikam, Akal Sehat yang Mati
Tags: antirokokrokoktembakau
Previous Post

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

Next Post

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Petrus Imam Prawoto Jati

Petrus Imam Prawoto Jati

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah

Next Post
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co