PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska) telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya Program Sekolah Penggerak (PSP). Syukur tiada akhir bagi Toska karena sebagai penyelenggara PSP, bisa menuntaskan program dengan puncak pelaksanaan Pameran Pendidikan. Sejumlah penyenggara PSP lebih memilih panen instan, dalam rentang waktu 3 bulan. Saya memilih panen setahun sekali sesuai dengan karakter sekolah yang berada di Gumi Delod Ceking. Karakter Gumi Delod Ceking, adalah bumi agraris yang mengandalkan bercocok tanam dengan restu Bhatara Lelangit melalui hujan sebagai titra amerta.
Petani di Gumi Delod Ceking dengan sawah tadah hujan hanya mungkin panen setahun sekali, dengan musim tanam awal penghujan dan panen menjelang hujan berakhir. Semangat kearifan lokal agraris itulah yang saya coba adopsi ke PSP. Untuk diketahui, Toska adalah penyelenggara PSP Angkatan II yang mulai dijalankan sejak 2022 dan berakhir pada 2025 bersamaan dengan dihapusnya Program PSP oleh Kemendikdasmen. Untuk menjadi Sekolah Penggerak, tidaklah mudah.
Saya sebagai Kepala Sekolah mendaftar dengan kesadaran belajar yang sekarang disebut mindful leaning. Astungkara bisa lulus dengan tahapan seleksi superketat dalam suasana Pandemi Covid-19. Saya mengikuti tes mengajar secara daring dan wawancara mendalam persis pada Penampahan Galungan, 9 November 2021. Tahapan tes ini dilalui, setelah dinyatakan lulus seleksi esai yang dikirim tiga bulan sebelumnya. Seleksi PSP tidak mudah dan tidak main-main. Saya harus bersaing dengan 13.000 sekolah di seluruh Indonesia. Tanpa kesadaran dan ketekunan belajar ditambah kolaborasi dengan sejawat dan siswa, tampaknya sulit untuk dapat tiket sebagai Sekolah Penggerak, bagi Toska yang masih bayi pada 2021, pada usia 2 tahun.



Berdasarkan pengalaman menjalankan PSP selama 3 tahun, sesungguhnya pendekatan deef learning sudah dilaksanakan. Pembelajaran di PSP juga menganut prinsif belajar menyenangkan (joyful learning), bermakna (meaning ful learning), dan berkesadaran (mindful learning). Bahkan, Sekolah Penggerak mendapat karpet merah untuk pendampingan secara terstruktur dari Balai Guru Penggerak (BGP) yang kini berubah menjadi Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (Balai GTK). Sesuai dengan namanya, Sekolah Penggerak menjadi motor penggerak. Tentu saja, motor bisa bergerak bila tangkinya berisi minyak. Pemerintah melalui, Kemedikbud Ristek Dikti kala itu meminyaki semua Sekolah Penggerak dengan BOS Kinerja selama 3 tahun berturut-turut. Selain itu, Sekolah Penggerak juga mendapatkan BOS Reguler.
BOS Kinerja bagi Sekolah Penggerak dapat digunakan untuk penguatan pembelajaran termasuk P-5 mulai dari perencanaan, pelaksanaan Pameran, sampai evaluasi dan tindak lanjut. Filosofi BOS adalah penggunaan anggaran sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta didik baik dalam pembelajaran maupun pembentukan karakter dan nilai-nilai positif termasuk kewirausahaan. Sayangnya, pada 2025, BOS Kinerja untuk PSP tidak ada lagi. Sebenarnya, pada akhir tahun ketiga PSP juga dirancang Pameran Hasil Belajar Bersama di Kabupaten/Kota se-Bali, sebagai tanda tamat dan kepada Kepala Sekolahnya diberikan Sertifikat Guru Penggerak.
Namun demikian, untuk menuntaskan PSP di Toska, saya konsisten melaksanakan Pameran Hasil Belajar pada akhir Tahun Pelajaran pada bulan Mei, setiap tahun selama 3 tahun berturut-turut. Untuk Pameran tahun ini, kegiatan berlangsung selama tiga hari, 6 s.d. 8 Mei 2025 bertempat di lapangan sekolah. Mengapa Mei ?
Pertama, mengenang kelahiran Ki Hadjar Dewantara sekaligus merayakan Hari Pendidikan Nasional. Zaman Anies Baswedan menjadi Mendikbud, Mei ditetapkan sebagai Bulan Pendidikan dan Zaman Nadiem Makarim Mei ditetapkan sebagai Bulan Merdeka Belajar. Zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyebut Mei sebagai Bulan Buku Nasional. Semua itu menjadi pengingat betapi literasi tidak bisa dipisahkan dari dunia Pendidikan.
Kedua, Mei adalah bulan menjelang akhir tahun pelajaran ditandai dengan Penilai Akhir Tahun (PAT) mengakhiri semester genap menjelang kenaikan kelas. Penilaian P-5 juga baru muncul pada akhir semester genap. Dengan demikian, pilihan Pameran Hasil Belajar dalam P-5 di Toska sangat tepat. Panen setahun sekaligus mengimani kearifan lokal agraris dengan system bercocok tanam sawah tadah hujan.
Kegiatan Pameran P-5 di Toska berlangsung 3 hari (6 –8 Mei 2025) diawali dengan persembahan Tari Maskot SMA Negeri 2 Kuta Selatan “Sisya Natya Jnani”. Pameran P-5 ini dibuka oleh Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Kuta Selatan dengan penancapan kayonan. Pada pidato pembukaan I Wayan Windiana menyambut baik Pameran P-5 di SMA Negeri 2 Kuta Selatan. “Ini adalah model pembelajaran dalam menumbuhkembangkan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang telah diniatkan oleh para pendiri bangsa dalam menguatkan ideologi bangsa”, kata I Wayan Windiana yang didaulat memberikan sambutan secara mendadak oleh Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan.

Pameran hasil belajar ini meliputi topik Bhineka Tunggal Ika, Kearifan Lokal, Kewirausahaan, Suara Demokrasi, Rekayasa Teknologi, Gaya Hidup Berkelanjutan, Bangunlah Jiwa dan Raganya. Topik-topik itu diterjemahkan oleh para siswa melalui aneka produk baik dalam bentuk seni pertunjukan, kuliner, maupun teknologi sederhana. Melalui projek ini, banyak pelajaran kolaboratif yang dilakukan siswa secara lintas kelas dan lintas sekolah. Hal ini tampak dari kerja sama Toska dengan SLB Negeri 1 Badung yang membawakan Tari Sekar Jepun yang nyaris dibawakan dengan sempurna oleh siswa tuna rungu, dipandu oleh ibu gurunya seiring suara gamelan mengalun. Begitu juga sebaliknya, SMA Negeri 2 Kuta Selatan juga biasa memeriahkan acara di SLB Negeri 1 Badung sebagai bagian dari upaya mewujudnyatakan Pendidikan yang inklusif.
Di samping itu, melalui Pameran P-5, siswa juga berguru ke tokoh-tokoh masyarakat adat dan dinas. Mereka belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sebagai bagian dari hidup bermasyarakat sesuai dengan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Ini juga untuk menunjukan bahwa siswa adalah makhluk homohumanus yang monodualistis, sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Kepala SMA Negeri 2 Kuta Selatan mengajak para siswa dan guru untuk melaksanakan Pameran P-5 dengan sungguh-sungguh sebagai bagian dari pesta hasil belajar. Sebagai bagian dari pesta, seyogyanya dilaksanakan dengan riang gembira (joyful learning), bermakna (meaning ful learning), dan berkesadaran (mindful learning). Dengan demikian, melalui Pameran P-5 sesungguhnya telah dilaksanakan pendekatan mendalam dalam pembelajaran (deeflearning), sebagaimana arahan Mendikdasmen, Abdul Mu’ti.
Dengan demikian, gagasan Mendikdasmen bukanlah hal baru, kecuali kemasannya dalam program. Benar pernyataan Pramudya Ananta Toer, “Seorang terpelajar haruslah sudah adil sejak dalam pikirannya, apalagi dalam perbuatannya”. Pernyataan itu juga mewakili pembelajaran dengan pendekatan deef learning.

Pantas pula dicatat bahwa Pameran P-5 di SMA Negeri 2 Kuta Selatan disambut antusias para siswa dan guru. Keriangan siswa tampak dari hasil jualannya yang ludes sebelum waktunya. “Bahannya habis Pak. Besok ya, Pak,” kata seorang siswa yang menjual minuman segar ketika ada guru mau membeli minuman.
Guru dan siswa dari berbagai sekolah juga hadir berpartisipasi dalam Pameran P-5 Toska. Ada semacam konvensi arisan antarsekolah dalam Pameran P-5. Mereka mendapat kupon undangan bazar dan dapat ditukar di stand pameran. “Salut buat siswa Toska semangat melaksanakan kegiatan P-5 di tengah guyuran hujan pagi. Menjelang siang, makin cerah. Saya datang telat. Syukur dapat mengukar kupon”, kata Kertaning Widya dari SMA Negeri 1 Kuta yang memuji pelayanan siswa Toska. Mereka menikmati makanan yang dijual siswa Toska sambil mendengarkan dan menonton modern dance yang dibawakan para siswa. [T]
Penulis: I Nyoman Tingkat
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis NYOMAN TINGKAT
- BACA JUGA: