25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Toleransi Agama di Bali, Bisakah Terus Bertahan?

Angga WijayabyAngga Wijaya
May 4, 2025
inEsai
Toleransi Agama di Bali, Bisakah Terus Bertahan?

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

ADA hal menarik disampaikan Jean Couteau, penulis dan budayawan asal Prancis yang sejak lama bermukim di Bali, dalam webinar “Jejak Rempah Pulau Dewata untuk Dunia” yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pada Jumat,16 Oktober 2020.

Jean Couteau yang menjadi salah satu narasumber webinar tersebut mengungkapkan, karakter masyarakat Bali sangat terbuka terhadap sesuatu yang bersifat ‘luar’ atau liyan, misalkan agama dan budaya asing yang dibawa bangsa lain sejak zaman dahulu.

Ia mencontohkan, para pedagang yang membawa pengaruh agama Islam di Buleleng yang pada masa itu adalah jalur perdagangan laut. Warga yang beragama berbeda dengan warga lokal tersebut banyak bermukim di Buleleng yang merupakan pantai utara Bali, dimana terjadi pertukaran budaya, tak hanya perdagangan dan ekonomi.

“Ketika ada warga Islam yang meninggal, warga lokal mengurusnya dengan tata cara agama lokal. Dari situ kemudian muncul istilah ‘Bhatara Mekkah” yang menunjukkan keterbukaan dan apresiasi luar biasa terhadap agama lain,” ujarnya.

Tak hanya itu, Jean Couteau mengatakan jika kita membaca kembali sejarah Bali di mana Raja Jaya Pangus yang mempersunting perempuan asal Cina juga memunculkan istilah “Bhatara Cina” menunjukkan keterbukaan masyarakat Bali terhadap hal yang baru, dalam hal ini akulturasi budaya.

“Tak ada kefanatikan terhadap agama. Pada masa penjajahan negara Barat abad 19 dan 20, setelah Indonesia merdeka tidak sama sekali muncul resistensi terhadap warga negara asing yang menjadi wisatawan saat datang berkunjung ke Bali. Ini berbeda dengan yang terjadi di negara bekas jajahan lain, “ jelasnya.

Jean Couteau menambahkan, bahkan, turis yang memiliki bakat khusus seperti seniman Walter Spies dan Rudolf Bonet dianggap sebagai seorang guru karena kemampuan yang dimiliki punya arti dan makna mendalam bagi masyarakat Bali.

“Bahkan setelah kematian mereka dibuatkan tempat penghormatan dan masyarakat lokal menganggap mereka orang yang patut dihormati. Ini sekali lagi menunjukkan apresiasi masyarakat Bali terhadap orang dan sesuatu yang liyan,” katanya.

Keterbukaan masyarakat Bali terhadap orang luar dan pengaruh yang dibawanya menjadikan Bali sebagai pulau yang memiliki toleransi agama yang tinggi. Hal ini yang menjadikan Bali begitu ‘berkilau’ dan dikagumi warga lain di dunia.

“Bahkan, kejadian Bom Bali tak membuat masyarakat Bali membenci warga luar Bali yang beragama lain. Dari pengamatan saya, mereka menganggap kejadian itu untuk keseimbangan kosmis atau karena ada yang kurang dari perilaku masyarakat,” ucapnya.

Tapi, kata Jean Couteau, jika ia ditanya apakah toleransi yang ada di Bali sejak ratusan tahun lalu akan bisa bertahan di masa depan ia merasa tidak yakin jika melihat fenomena yang berkembang di masyarakat.

“Menjadi tugas politikus dan cendekiawan untuk lebih awas terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. Juga, menjadi sadar tentang fakta yang ada misalnya soal perubahan demografi di Bali yang menurut saya juga membawa perubahan lain,” pungkasnya. 

Kasus Loloan dan Gerokgak

Dua hari raya Nyepi yakni pada tahun 2023 dan tahun 2025 menyisakan ‘pekerjaan rumah’ bersama tentang arti dan makna toleransi beragama. Ramai dibicarakan tentang “pelanggaran” Nyepi di kelurahan Loloan Timur, Jembrana, kabupaten yang terletak di ujung barat Pulau Bali. Saat hari raya Nyepi, 29 Maret 2025 terlihat warga Muslim berkeliaran di jalan dan tetap menyalakan lampu saat malam hari, padahal itu tidak boleh dilakukan.

Mengacu pada aturan agama dan adat-istiadat di Bali yakni Catur Brata Penyepian, empat pantangan utama yang dijalankan umat Hindu selama perayaan Hari Raya Nyepi. Diantaranya, Amati Geni (tidak menyalakan api/lampu), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian, dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang atau melakukan hiburan).

Memang, perayaan Nyepi tahun 2025 bersamaan dengan hari terakhir umat Muslim menjalankan shalat Tarawih pada Ramadhan lalu. Berdasarkan keputusan bersama dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali dan Pemerintah Provinsi Bali, warga muslim di Bali diizinkan untuk melakukan shalat Tarawih di masjid atau mushala terdekat, asalkan tidak mengendarai kendaraan bermotor. Dengan kata lain, berjalan kaki. Pengeras suara masjid juga dimatikan.

Dari keterangan Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, saat video warga Loloan berkeliaran di jalan dan menjadi viral di media sosial, kondisi tersebut memang sejak lama berlangsung. Warga Loloan ada sejak ratusan tahun lalu dan mendiami wilayah yang menjadi ‘hadiah’ dari Raja Jembrana kala itu, karena jasa para warga Loloan yang telah membantu kerajaan Jembrana dari segi pertahanan. Mereka bersuku Melayu-Bugis dan dikenal pemberani, diperbantukan sebagai pasukan kerajaan Jembrana ketika itu.

Meski begitu, masyarakat Hindu-Bali terlanjur terluka dan marah karena Nyepi semestinya dihormati dan ditaati seluruh warga Bali, apapun agama dan sukunya. Isu primordial oleh beberapa pihak termasuk media massa sektarian terus “digoreng” yang membuat suasana semakin panas dan muncul kekhawatiran akan terjadinya konflik horizontal di Pulau Dewata.

Serupa dengan kasus Loloan, di kabupaten Buleleng, tepatnya di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, pada hari raya Nyepi 22 Maret 2023 silam juga terjadi “pelanggaran” Nyepi. Beberapa warga memaksa diri untuk rekreasi di Pantai Prapat Agung. Oleh dua orang warga, AZ dan MR, mereka berusaha membuka portal yang dijaga oleh pecalang (petugas adat) untuk masuk ke pantai. Insiden ini menuai protes dan kemarahan warga Hindu di Bali. Mereka menuntut pelaku untuk dihukum sesuai undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Setelah kejadian tersebut, Desa Sumberklampok melakukan paruman (musyawarah) dan memutuskan untuk memproses dua warga tersebut. Keduanya kemudian dikenakan wajib lapor dan dijerat dengan Pasal 156 KUHP tentang Penistaan Agama dengan ancaman hukuman empat tahun penjara. Hingga pada 14 April 2025 aparat gabungan dari Polres Buleleng dan Kejaksaan Negeri (Kejari) Buleleng menjemput paksa AZ dan MR. Eksekusi ini menuai kritik dan reaksi termasuk oleh MUI Provinsi Bali, yang menyebut terdapat kekerasan dalam proses eksekusi tersebut. Kini dua tersangka penistaan agama itu telah ditahan di Lapas Singaraja, kabupaten Buleleng, Bali.

Toleransi dan Perubahan Demografi

Jika pada zaman dahulu para tetua di Bali bahkan menyebut warga Muslim sebagai Nyama (saudara) Selam (Islam) yang telah mendiami Pulau Dewata semenjak ratusan tahun lalu, kini ungkapan tersebut seperti cerita masa lalu yang penuh dengan romantisme. Bali, yang menjadi daerah migrasi warga dari seluruh Indonesia, menyebabkan perubahan demografi tidak jarang mengundang berbagai masalah, misalnya meningkatnya angka kriminalitas.

Hal ini sekarang menimbulkan resistensi warga lokal terhadap warga pendatang di Bali. Padahal, jika membuka lagi lembar-lembar sejarah, tidak semua warga Muslim di Bali adalah “pendatang”. Di beberapa kabupaten/kota di Bali, terdapat kantong-kantong penduduk Islam yang telah ada sejak dahulu kala. Sebut saja di Buleleng, Jembrana, Klungkung, Karangasem bahkan di Kota Denpasar sendiri sebagai ibu kota provinsi Bali.

Toleransi kemudian menjadi “barang mahal” saat arus politik identitas menguat sejak beberapa dasawarsa terakhir di Bali. Kita pun bertanya-tanya; akankah toleransi beragama di Bali bisa terus ada dan bisa dipertahankan? Maka, pernyataan Jean Couteau dalam sebuah webinar di tengah tulisan ini menjadi penting untuk kita resapi bersama: (bahwa) perubahan demografi di Bali akan juga membawa perubahan lain. Menjadi tugas politikus dan cendikiawan untuk lebih awas terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat. [T]

Penulis: Angga Wijaya
Editor: Adnyana Ole


BACA artikel lain dari penulis ANGGA WIJAYA

Merayakan Moderasi di Tengah Dinamika Intoleransi
Mendefinisikan Ulang Makna Toleransi Melalui Perspektif Cinta Erich Fromm
Pesan Toleransi dari Dapur dan Toilet Umum
Tags: baliCinahinduHindu BaliMuslimmuslim balitoleransi
Previous Post

‘Tangis Alam’ Agus Murdika

Next Post

Kisah Bubur dan Telur yang Tak Berdosa

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

Kisah Bubur dan Telur yang Tak Berdosa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co