5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Memorial Made Supena

HartantobyHartanto
April 24, 2025
inUlas Rupa
Memorial Made Supena

Satu dari 9 karya Made Supena yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

ADA yang perlu dikenang saat pembukaan pameran Kelompok Seni Galang Kangin (KSGK) di Neka Art Museum, Ubud, 18 April 2025. Pameran bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” ini, bertepatan dengan ulang tahun ke 29  KSGK. Perhelatan ini, juga bisa di artikan untuk mengenang atau re-obituari almarhum  Made Supena yang wafat 6 tahun lalu. Supena, salah satu pendiri KSGK – wafat pada 16 April 2019 di RS Sanglah.

Saya mengenal Supena, pribadi yang rendah hati, sekitar tahun 2000-an. Saat itu, yang saya tahu  Made Supena sebagai perupa dengan penggayaan abstrak. Belakangan, saya baru tahu kalau Supena juga berkarya patung. Khususnya patung kayu. Mungkin saja, ayahandanya, Bapak Wayan Muja sebagai maestro pematung – menginspirasinya. Saya, terbilang suka karya lukis abstraknya, sama sukanya dengan karya-karya patung kayunya.

Pada perhelatan ini, teman-teman GK melalui ketuanya Galung Wiratmaja menampilkan karya Made Supena yang merupakan koleksi Neka Art Museum, Ubud. Karya tersebut dibuat pada tahun 2004. Sembilan (9) patung abstrak figuratif dengan lekukan halus dan permukaan yang dipoles, sangatlah menarik. Pola serat kayu alami terlihat jelas, memberikan karakter organik pada karya ini. Ada detail ukiran atau indentasi yang menyerupai fitur wajah bayi. Ini, menambah dimensi simbolis pada patung karya Supena tersebut.

Patung kayu bertajuk “Generasi”ini adalah representasi yang kuat dari konsep kelahiran dan kreativitas baru. Terlihat bahwa kesembilan figur  tersebut memiliki bentuk yang lembut dan alami, dengan ekspresi yang tenang dan ukiran yang minimalis. Penggunaan berbagai jenis kayu—nangka, suar, dan kambodja—menambah dimensi visual yang kaya, terutama dalam keindahan serat kayu yang menjadi bagian integral dari estetika karya ini.

Satu dari 9 karya Made Supena yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Konsep karya-karya Supena sering kali menggali persoalan alam dan kehidupan, kemudian merepresentasikannya secara formalistik. Selain melukis, ia juga mengembangkan gagasannya dalam bentuk patung, instalasi, dan seni pertunjukan. Karya-karyanya dapat dibaca melalui pendekatan teks dan konteks, di mana unsur-unsur seni rupa dan nilai estetis yang terkandung dalam karya menjadi bagian dari pemaknaan yang lebih dalam.

Dalam hal ini, figur-figur yang menyerupai bayi-bayi dalam patung tersebut bisa diinterpretasikan sebagai simbol awal dari generasi baru dan kreativitas baru. Bentuk yang sederhana namun ekspresif menunjukkan bagaimana Supena mengubah ide dari gambar dua dimensi menjadi karya seni tiga dimensi yang memiliki daya tarik emosional dan filosofis.

Ini, mengingatkan kita pada Aristoteles. Ia memandang seni sebagai bentuk mimesis atau imitasi, tetapi bukan sekadar meniru realitas. Seni juga harus mampu menyampaikan esensi dan emosi yang lebih dalam. Dalam konteks patung Made Supena: Patungnya, meskipun abstrak, dapat dianggap sebagai representasi esensi alam dan manusia. Bentuk organik dan penggunaan kayu sebagai medium mencerminkan hubungan manusia dengan alam, yang merupakan inti dari mimesis.

9 karya Made Supena yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Aristoteles, dalam bukunya yang berjudul “Poetika”, percaya bahwa seni memiliki kemampuan untuk memicu katharsis, yaitu pelepasan emosi yang mendalam. Patung ini, dengan bentuknya yang harmonis dan tekstur kayu alami, dapat memancing refleksi dan emosi dari penikmatnya, seperti rasa tenang, keterhubungan, atau bahkan introspeksi. Karena memang Katharsis dianggap sebagai salah satu tujuan utama dalam berkesenian, sebab membantu audiens mencapai pemurnian emosional dan refleksi mendalam.

Sementara itu,  dalam pemahamanestetika – menurut Aristoteles keindahan terletak pada harmoni, proporsi, dan keteraturan. Penilaian subyektif saya, patung-patung karya Supena  menunjukkan harmoni dalam bentuk dan tekstur, serta menciptakan keseimbangan visual yang memikat. Selain itu, ada produk pemikiran yang melatari konsep penciptaannya.

Pada tahun 2015 Supena juga pernah menggelar 100 karya patung figure bayi di Kubu Kopi, Denpasar. Perhelatan di Kubu Kopi bertajuk : Solitude to The Childs, digelar dari tanggal 30/6/2015, dan berlangsung selama 10 hari. Event ini, semacam protes perupanya pada tindakan kekerasan dan pembunuhan Engeline oleh orang tua angkatnya. Peristiwa di Denpasar ini, sempat viral secara nasional.

Selain itu, Supena juga mengkritisi berbagai peristiwa perang di muka bumi ini. Pasalnya, setiap peristiwa perang senantiasa yang jadi korban adalah ; anak-anak, perempuan, dan orang tua. Jadi, karya Supena tersebut juga semacam representasi atas maraknya fenomena sosial, khususnya ‘ketertindasan’ mereka yang lemah.

Karya seni Supena yang melibatkan patung bayi dari kayu ini dapat dianalisis sebagai bentuk socio-artistic commentary. Dalam studi seni, konsep seperti ini dikenal sebagai seni protes (protest art), yaitu ekspresi artistik yang bertujuan menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial, politik, atau kemanusiaan tertentu.

Satu dari 9 karya Made Supena yang dipamerkan bertajuk “Metastomata: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin” di Neka Art Museum, Ubud | Foto: Ist

Banyak seniman dan pemikir telah berkontribusi pada gagasan ini, termasuk Francisco Goya, yang menggunakan seni untuk mengkritik ketidakadilan sosial, serta seniman modern seperti Banksy, yang sering menyampaikan pesan sosial melalui seni jalanan.

9 Patung bayi kayu dalam pameran ini, bisa juga menjadi simbol visual yang memancing refleksi emosional dan intelektual terhadap isu-isu seperti kekerasan terhadap anak dan dampak perang. Dari perspektif semiotika, patung bayi kayu bertajuk “Generasi” ini dapat diinterpretasikan sebagai tanda (sign) yang mewakili ketidakberdayaan dan kerentanan manusia di tengah konflik sosial.

Roland Barthes, seorang teoretikus semiotika, mungkin akan menggambarkan karya ini sebagai “mitos budaya,” di mana bentuk seni digunakan untuk mendekonstruksi narasi sosial yang ada, seperti pandangan masyarakat terhadap kekerasan dan penindasan.

Pada tahun 2015 itu juga, Supena mendaftar untuk mengikuti seleksi  Beijing International Art Biennale (BIAB) Cina yang ke 6. Saya tidak terlibat mengkurasi karya Supena. Saya hanya melihat-lihat manakala Supena memilih karyanya,  diantaranya ada karya abstrak figurative Boroburudur, beberapa karya abstrak horizon nya, dan karya Golden Land.

Karena thema perhelatan internasional itu “Memory and Dream”, Supena cenderung memilih Golden Land. Dan karya itu yang lolos di Biennale tersebut. Saya, hanya pernah membantu kurasi perupa Bali termasuk Made Supena, pada event Beijing International Art Biennale pada tahun 2008, 2010, dan 2012. Dan Olimpic Fine art Beijing – sebagai event yang melengkapi Olimpiade Beijing 2008.

Karya Made Supena ” Emosi” 120 x 180 | Foto: google

Sebenarnya, karya abstrak figuraftif Made Supena, maupun karya-karya horizon lautnya, amatlah menarik secara estetik. Hanya saja, subyektifitas saya, agak terganggu rasanya. Pasalnya, di saat itu juga, karya-karya Horizon maupun Borobudur, identik dengan karya maestro Srihadi Soedarsono. Meski jika di pahami secara detail, sangat berbeda karakter goresan, sapuan kuas, karakter ekspresi, dan finishing/finalnya nya.

Kita coba simak karya ‘horizon’ nya yang berjudul “Emosi”. Meskipun lukisan ini bersifat abstrak dan tidak secara langsung merepresentasikan objek nyata, ia tetap mencerminkan elemen-elemen alam seperti horizon dan suasana. Supena berhasil menangkap esensi dari horizon sebagai simbol transisi, ketenangan, dan misteri, yang merupakan inti dari mimesis menurut Aristoteles.

Dari pendekatan estetika, keindahan terletak pada harmoni, proporsi, dan keteraturan. Meskipun abstrak, lukisan ini menunjukkan harmoni dalam penggunaan warna dan komposisi, menciptakan keseimbangan visual yang memikat. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana karya Supena tidak hanya menjadi ekspresi visual, tetapi juga medium untuk menyampaikan konsep-konsep filosofis yang mendalam.

Selain itu, lukisan “Emosi” karya Made Supena ini mencerminkan keahlian dalam menciptakan suasana yang penuh misteri dan kedalaman. Dengan dominasi warna biru, abu-abu, dan hitam, serta garis horizon yang kabur dan terdistorsi – karya ini mengundang interpretasi yang beragam. Teknik sapuan kuas dan perpaduan warna yang digunakan memberikan kesan surreal dan etereal, menciptakan pengalaman visual yang memikat.

Karya Made Supena “Maha Karya Hijau” 120 x 150 cm | Foto: google

Menyimak karya “Borobudur Hijau” Made Supena, saya berpendapat lukisan ini menggambarkan Borobudur dalam bentuk abstrak dengan dominasi warna hijau yang menciptakan suasana mistis dan tenang. Struktur candi terlihat dengan detail yang rumit, sementara latar belakangnya berupa gradasi warna biru yang bertransisi ke hijau gelap di bagian bawah. Warna-warna ini memberikan kesan kedalaman dan harmoni visual.

Komposisi lukisan menunjukkan keseimbangan antara elemen geometris dan organik. Struktur Borobudur yang abstrak tetap mempertahankan proporsi yang harmonis, menciptakan keseimbangan visual yang menarik. Gradasi warna biru dan hijau memberikan dimensi ruang yang mendalam, sementara detail candi menonjolkan tekstur dan pola yang kaya.

Lukisan ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol hubungan manusia dengan alam dan spiritualitas. Warna hijau yang mendominasi, menurut saya, melambangkan kehidupan, kesuburan, dan harmoni, sementara struktur Borobudur mencerminkan warisan budaya dan spiritualitas yang mendalam. Karya ini mengundang audiens untuk merenungkan hubungan antara keindahan alam dan nilai-nilai spiritual.

Made Supena seperti menunjukkan ke-piawaian-nya dalam menggabungkan elemen abstrak dan simbolis untuk menciptakan karya seni yang memikat. Penggunaan warna hijau dan biru menciptakan suasana yang tenang namun penuh makna, sementara detail struktur Borobudur menunjukkan pemahaman mendalam tentang seni, budaya dan misteri kehidupan semesta. Supena memang saya kenal dengan proses kreatifnya yang mendalam, sering kali menggabungkan elemen-elemen abstrak untuk menyampaikan emosi dan perspektif yang unik.

Selanjutnya mari kita lirik karya Supena yang bertajuk “Golden Land”. Karya ini berhasil lolos ke Beijing Biennale 2015. Pada perhelatan ini, hadir kurator internasional Vecenzo Sanfo (Italy), dan Beate Reifenscheid (Jerman). Lukisan ini didominasi oleh warna emas dan coklat, dengan tekstur yang kaya dan sapuan kuas yang dinamis. Komposisi lukisan menciptakan kesan kedalaman dan dinamika, dengan area yang lebih gelap dan terang memberikan kontras visual. Karya ini dapat dilihat sebagai eksplorasi fragmentasi visual melalui tekstur dan warna.

Sementara itu, untuk memahami karya Supena berkait dengan manifesto Galang Kangin, ada baiknya melakukan pendekatan dengan hermeneutika, kita dapat menafsirkan karya ini berdasarkan konteks penciptaannya. Supena, yang sering terinspirasi oleh alam dan kehidupan, mungkin menggunakan elemen-elemen ini untuk merefleksikan hubungan manusia dengan lingkungannya. Atau, perjalanan emosionalnya. Interpretasi ini juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang terkait dengan nilai-nilai budaya yang ia anut – juga kaitannya dengan alam semesta.

Karya Made Supena “Golden Land”, mix media on canvas, 180 x 120 cm | Foto: google

Filosofi yang mendasari karya Made Supena, erat kaitannya dengan nilai-nilai spiritual dan budaya Bali. Ia sering mengangkat tema-tema tentang keseimbangan alam, hubungan manusia dengan lingkungannya, serta ajaran Hindu yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

Karyanya mengandung pesan bahwa seni bukan sekadar ekspresi visual, tetapi juga sarana untuk menyampaikan makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan spiritualitas. Spirit yang tertanam di jiwa almarhum ini, semoga menginspirasi para sahabat KSGK dalam proses metamorphosis Manifesto nya, menuju dinamika perkembangan kreatifitas dan produk pemikiran.

Menurut pendapat pribadi saya, karya-karya Made Supena menjadi bagian penting dalam perkembangan seni rupa Bali dan nasional, tidak hanya sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya lokal tetapi juga sebagai cara untuk mempertahankannya di tengah derasnya arus perkembangan zaman.

Seni yang ia ciptakan mampu memberikan pengalaman visual yang mendalam dan menyentuh nilai-nilai estetika serta spiritual.  Keberhasilan karya Made Supena di beberapa kali Beijing International Art Biennale – menunjukkan pengakuan internasional terhadap kualitas dan relevansi karya seninya. [T]

Penulis: Hartanto
Editor: Adnyana Ole

  • BACA JUGA
METASTOMATA: Metamorphosis Manifesto Galang Kangin di Neka Art Museum, Ubud
Sekilas Pentas “Kekecewaan” Wayan Jengki Sunarta : Narasi Tekstual ke Narasi Teaterikal
Tags: Komunitas Galang KanginMade SupenaNeka Art Museumpameran seniPameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Kampusku Sarang Hantu [12]: Anak-Anak Bermain di Sungai Kecil

Next Post

Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Next Post
Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa

Selilit: Perlawanan Simbolik Ketut Putrayasa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co