30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Perempuan dalam Catatan Sejarah: Merawat Kenangan, Menjaga Rasa Kebangsaan

Pandu Adithama WisnuputrabyPandu Adithama Wisnuputra
April 19, 2025
inEsai
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Pandu Adithama Wisnuputra

BULAN April, identik dengan bulan yang mewartakan kisah dan perempuan di negeri ini. Salah satu tanggal di bulan ini, yakni  21 April tercatat sebagai tanggal penting yang dikenal dengan Hari Kartini.  Sosok perempuan asal Jepara pada tahun 1879 ini, dianggap sebagai simbol utama perjuangan kaum perempuan, tidak hanya untuk kaumnya sendiri,  melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya.  Kiprahnya sungguh menginspirasi banyak pihak. Beliau tidak hanya terekam dalam catatan sejarah formal, melainkan juga telah hadir dalam karya seni budaya, seperti lagu dan film yang mengisahkan tentang kisah kehidupannya.

Namun demikian, sosok perempuan hebat di negeri ini tidak hanya berpusat pada RA Kartini. Ada banyak sekali tokoh perempuan luar biasa yang berkontribusi besar dalam memuliakan kehidupan masyarakat, tidak luput juga mengangkat senjata di medan laga. Mereka mengutamakan kepentingan masyarakat dan bangsa, bahkan melampaui keinginan pribadinya. Hal yang menjadikannya kita patut berbangga, karena mereka berada pada masa di mana perempuan belumlah memiliki ruang untuk berperan sebagaimana saat ini.

Sebut saja kendala sendiri dalam hal pendidikan di mana tak seperti pria, atau sering kali dianggap cukup berada di wilayah domestik dan tidak perlu berada di ruang publik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para pejuang perempuan di masa lampau  untuk mengubah keadaan yang kaum mereka alami. Kali ini, kita akan ‘memperkenalkan’ atau lebih tepatnya ‘semakin memperkenalkan’ sejumlah perempuan yang tidak hanya hebat, tetapi juga ‘menghebatkan’ kaum dan bangsanya di masa silam. Mereka-mereka yang telah berkontribusi luar biasa dengan kisah dan kiprah nya yang luar biasa untuk negeri ini.

***

Dari bumi Priangan, ada sosok Raden Dewi Sartika yang merupakan tokoh yang masyarakat umum kenali dalam perjuangan kaum perempuan melalui jalur pendidikan. Beliau menyadari pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan setelah ibunya turut menemani ayahnya ke pengasingan di Ternate.

Raden Dewi Sartika berpikir bahwa kaum perempuan harus bisa  hidup dengan mandiri dengan memanfaatkan kemampuan yang mereka miliki. Hal itu merupakan sebuah tantangan besar melihat kondisi sosial yang tidak mendukung, baik dari pihak kolonial maupun adat setempat. Dengan bantuan bupati R.A.A Martanegara, ia mendirikan sekolah khusus kaum perempuan di kompleks Pendopo Kabupaten Bandung bernama Sakola Istri, yang nantinya diubah menjadi Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1904, di mana kaum perempuan dapat mempelajari keterampilan seperti baca tulis, memasak, membatik, menyulam, tata krama dan lainnya.

Situasi yang sama juga dialami oleh Roehana Koeddoes di Sumatra Barat. Pendiri Sekolah Amai Setia di Koto Gadang tersebut juga mengalami hal serupa. Pada tahun 1911, beliau mendirikan sebuah sekolah khusus perempuan bernama Kerajinan Amai Setia, yang dimana siswinya selain mempelajari baca tulis, juga diajarkan merakit berbagai kerajinan tangan yang juga menambah penghasilan mereka dan mendukung perekonomian Koto Gadang dari hasil kerajinan.

Selain melalui jalur sekolah, Roehana juga melakukan upaya pergerakannya melalui jalur jurnalistik di mana surat kabar Soenting Melajoe, yang didirikan tahun 1912, menjadi surat kabar pertama di Hindia Belanda yang dikelola sepenuhnya oleh kaum perempuan. Perjuangan Roehana Koeddoes, meskipun tidak seterkenal R.A Kartini maupun Dewi Sartika, tetap diabadikan dalam bentuk film biografi Soenting Melajoe yang ditayangkan di TVRI Sumatera Barat (2024) dan dalam salah satu karangan Iksaka Banu berjudul “Belenggu Emas”.

Tokoh wanita hebat dari Sulawesi Utara yang mungkin belum banyak  diketahui masyarakat adalah Maria Walanda Maramis, yang berasal dari Sulawesi Utara, yang selain memperjuangkan pendidikan, juga mendorong kaum perempuan untuk terlibat dalam politik. Ia pertama kali menyadari ada  perbedaan bagaimana ia mendapatkan pendidikan ketimbang dengan kakak laki-lakinya setelah mereka tinggal bersama paman pasca kematian orangtua mereka, yakni kakaknya dimasukan ke sekolah khusus anak pejabat pribumi yang akan menjadi pejabat di ranah pribumi.

Beliau mengkhawatirkan situasi sosial Minahasa pada saat itu di mana pendidikan layak untuk putrinya harus mengalami perjuangan panjang dan fakta kaum perempuan banyak yang melakukan pernikahan muda akibat dari sekolah yang tidak tinggi dan tidak punya kegiatan lain dalam hidup dibandingkan pria. Sehingga tahun 1917, ia mendirikan organisasi perempuan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), wadah untuk memajukan kaum perempuan Minahasa yang menghasilkan dua proyek besar yakni majalah dan sekolah.

Proyek sekolah berhasil dalam bentuk Huishoudschool (Sekolah Rumah Tangga) di mana para perempuan yang telah tamat sekolah mengenyam pendidikan bagaimana mengurus rumah tangga secara berkualitas dengan menguasai kemampuan memasak, menyetrika, mengurus rumah hingga menghasilkan berbagai macam kerajinan untuk dijual kepada para anggota atau donatur. Beliau juga memperjuangkan kaum perempuan lewat jalur politik, di mana organisasi PIKAT digunakan untuk saling bertukar pikiran antar kaum perempuan, dan mengajukan agar perempuan bisa memilih dan dipilih untuk menjadi anggota dewan daerah yang disebut dengan Minahasa Raad.

***

Tidak saja berjuang melalui jalur pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, senyatanya di masa silam, bahkan ada yang angkat senjata terlibat langsung ke garis depan melawan para penjajah dengan mengangkat senjata.  Selain Kapitan Pattimura, ada tokoh perjuangan lain yang lebih kurang dikenal masyarakat umum Indonesia namun melekat kuat diantara memori kolektif orang-orang Maluku, yakni Martha Christina Tiahahu, yang harus meninggal pada usia yang sangat muda dimana beliau ikut serta dalam Perang Pattimura pada tahun 1817.

Martha Christina Tiahahu pada awalnya tidak diizinkan oleh ayahnya, Paulus Tiahahu, untuk ikut berperang mengingat usianya yang masih sangat muda dan statusnya sebagai perempuan akan sangat berbahaya bagi dirinya, namun setelah upaya untuk mendesak ayahnya beberapa kali, ayahnya setuju. Dia bertarung dengan berani selama Perang Pattimura sebagai pembawa senjata dan juga sebagai komandan pertempuran, dan bahkan merebut Benteng Duurstede, meski akhirnya dia dan pasukannya berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda pada akhir 1817 dan selanjutnya dibuang ke Pulau Jawa untuk menjadi buruh kebun,  namun di pelayaran pembuangannya, tepatnya di kawasan Laut Banda dia meninggal dunia.

Sosok lain adalah Cut Nyak Meutia, yang terkadang ‘tertukar’ dengan tokoh yang lebih dikenal masyarakat, Cut Nyak Dhien. Sosok ini merupakan tokoh pejuang yang ikut berperang dalam Perang Aceh dan juga melakukan perjuangan melawan Belanda bersama suaminya. Cut Nyak Meutia, selain menjalankan kehidupan yang sangat dekat dengan agama Islam dan menjadi gadis ideal yang diidamkan banyak orang, ikut serta mendukung perlawanan ketika ia telah menginjak usia dewasa di mana Perang Aceh masih berlanjut dan berkat pengaruh orang tua yang sejak lama menentang kedatangan kekuatan Belanda. Ia berjuang melawan Belanda dengan jalan perang secara gerilya serta memimpin pasukan dan ikut serta dalam menyiapkan strategi untuk melawan Belanda.

Sosok Srikandi lainnya yang mungkin dikira berasal dari Banten namun ternyata tidak.  Nyi Ageng Serang, tokoh yang ikut berjuang dalam Perang Diponegoro. Berasal dari keluarga yang terlibat dalam perjuangan melawan ekspansi VOC melawan Kesultanan Mataram, Sosok perempuan bernama asli Kustiah Wulaningsih ini telah berjuang melawan kekuatan asing sejak berusia muda bahkan sebelum terjadinya Perang Diponegoro, di mana ia mengetahui perjuangan ayahnya, Panembahan Notoprojo.

Meskipun memahami bahwa adat pada masa itu tidak setuju jika perempuan ikut berjuang secara gamblang dan menggelegar, beliau tetap melakukan perjuangan dan bersama dengan rakyat dengan sifatnya yang amat gigih, lincah, pintar berstrategi, pantang menyerah, berjiwa spiritual dan berjiwa juang yang tinggi bahkan di usia yang tidak lagi muda. Kedekatannya dengan rakyat menambah jumlah para pejuang.

Dia ikut berjuang bersama cucunya Raden Papak ikut serta bersama sang pangeran sebagai komandan serta perancang strategi jitu yang dapat membuat tentara Belanda kewalahan. Salah satunya dengan menggunakan taktik perang gerilya secara sembunyi-sembunyi dan taktik menggunakan penyamaran kamuflase dan daun lumbu, dimana musuh akan sulit melihat lawan karena setiap kepala lawan ditutupi dengan daun lumbu, yang akan bermanfaat jika di daerah penuh tumbuhan. Perjuangan beliau dilakukan di berbagai daerah di Jawa Tengah selama Perang Diponegoro terjadi dan terus melakukan perlawanan yang berliku liku hingga ia wafat sebelum perang selesai pada 1828.

Sesungguhnya masih banyak lagi para perempuan hebat yang ada dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa ini, namun belum banyak dinarasikan dalam dokumen riwayat sejarah formal. Sejumlah tokoh yang tersebut di atas adalah sebagian kecil saja yang lebih terdokumentasikan dalam kiprahnya.  Hampir bisa dipastikan, bila kita memiliki catatan atau arsip yang lebih rapi, kita akan lebih banyak menemukan kisah para perempuan  luar biasa di masa silam yang turut serta mewarnai perjalanan bangsa ini.

Tentu saja, ini akan memperkaya pengetahuan, wawasan, sekaligus rasa kecintaan terhadap tanah air. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah, menjaga dengan sebaik-baik negeri yang diwariskan kepada anak cucunya agar selalu menjadi negeri yang dicita-citakan para pendiri bangsa. [T]

Penulis: Pandu Adithama Wisnuputra
Editor: Adnyana Ole

Merayakan Gagasan Perempuan di Panggung Teater | Catatan Pentas ”Karena Aku Perempuan” di Galeri Indonesia Kaya
Tari Berugak Elen: Menemukan Karakter Remaja Perempuan Sasak dalam Eksplorasi Gerak
Arsitek Perempuan, ke Mana Perginya?
Tags: Perempuansejarah
Previous Post

Bali pada Persimpangan Budaya: Bunuh Diri hingga Mahalnya Harga Buah Kelapa

Next Post

Nikmat yang Sama — Ini Cerita Pawai Ogoh-ogoh Festival Jeron Beteng Yogyakarta

Pandu Adithama Wisnuputra

Pandu Adithama Wisnuputra

Mahasiswa Program Sarjana Ilmu Sejarah, Universitas Padjadjaran, Bandung

Next Post
Nikmat yang Sama — Ini Cerita Pawai Ogoh-ogoh Festival Jeron Beteng Yogyakarta

Nikmat yang Sama -- Ini Cerita Pawai Ogoh-ogoh Festival Jeron Beteng Yogyakarta

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co