Penuh dengan harapan
Penuh dengan kenangan
Penuh dengan keindahan
Sarat budaya nan beragam
ITU adalah penggalan lirik lagu berjudul “Buleleng Bisa” yang tercipta khusus untuk perayaan HUT ke-419 Kota Singaraja tahun 2023. Meski tercipta tahun 2023, hingga kini lagu itu masih kerap didengar dan diperdengarkan sebagai bentuk dari cinta warga Kabupaten Buleleng, Bali, terhadap ibukotanya, Kota Singaraja.
Lagu itu diciptakan Gede Angga Prasaja, seorang musisi asli Buleleng yang hampir setiap tahun—setiap perayaan HUT Kota Singaraja—menciptakan lagu tentang Kota Singaraja secara khusus, dan tentang Kabupaten Buleleng secara lebih luas.
Lirik lagunya memberi inspirasi positif, tentang Kota Singaraja sekaligus, tentu saja, juga tentang Buleleng, yang indah, yang penuh kenangan, yang harmonis dengan beragam suku, etnis, seni dan budaya. Kata-kata dalam lirik itu mengundang harapan besar, menularkan kebanggaan tiada tara, dan memberi semangat untuk berbuat, bekerja, dan membangun kebaikan di Kota Singaraja.
Lagu “Buleleng Bisa” yang tercipta tahun 2023 itu bukanlah lagu pertama yang diciptakan Angga Prasaja. Jauh sebelumnya, ia sudah terbiasa menciptakan lagu yang berhubungan dengan tema-tema HUT Kota Singaraja, juga lagu-lagu lain dengan lirik yang menggambarkan kebanggaan terhadap Buleleng, daerah kelahiran Angga.
“Suatu kali, dalam perayaan HUT Kota Singaraja, saya diminta untuk membuat lagu tentang Kota Singaraja dengan tema yang sudah ditentukan,” kata Angga tentang lagu-lagu ciptaannya.
Waktu itu, awal-awal tahun 2015, Angga dihubungi panitia HUT kota Singaraja untuk membuat lagu—semacam lagu soundtrack untuk HUT Kota Singaraja. Temanya ditentukan panitia, dan Angga menerjemahkan tema itu dalam lirik, lalu menggubahkan menjadi lagu.
HUT Kota Singaraja tahun 2015 itu bertema “Jiwaku Bersamamu”. Tema itu tentu saja patriotik, sehingga Angga mengerahkan jiwa partrotnya sebagai orang Buleleng untuk menciptakan lagu dengan irama penuh semangat, enak didengar, dan mudah diikuti.
“Nah, saya mencoba untuk membawa tema itu ke dalam lirik lagu,” kata Angga.

Gede Angga Prasaja | Foto: Dok. Angga
Proses menerjemahkan tema ke dalam lirik lagu awalnya terasa memang susah. Apalagi, dalam hati, ia ingin mempersembahkan gubahan terbaik untuk Kota Singaraja.
“Waktu itu juga baru pertama kali saya membuat sebuah lagu yang, tujuannya untuk Kota Singaraja, untuk kota kelahiranlah istilahnya, itu baru pertama kali,” ujar Angga.
Jadi, bisa dikata, Angga baru-baru belajar membuat lagu dengan tema yang sudah ditentukan. Apalagi temanya berkaitan dengan Kota Singaraja. Kalau tema-tema umum semacam tema cinta dan lain-lain, ia sudah terbiasa menciptakannya sekaligus memanggungkannya di depan publik.
“Astungkara setelah tiang sodorkan lagu itu, Astungkara pimpinan saat itu menyetujui dan menggunakan lagu saya itu menjadi lagu HUT Kota Singaraja, HUT yang ke 411,” kata Angga.
Boleh dikata, sejak itulah Angga Prasaja seakan ketagihan menciptakan lagu dengan lirik-lirik yang berkaitan dengan “nasionalisme” terhadap Kota Singaraja, tentu juga terhadap Kabupaten Buleleng.
Hingga kini, setidaknya ada sembilan lagu dengan tema Singaraja atau Buleleng yang ia ciptakan. Dari sembilan itu, sebanyak enam lagu memang diciptakan khusus sebagai soundtrack HUT Kota Singaraja, dan tiga lagu lagi dengan tema yang tak berkaitan dengan HUT Kota. Semua lagu itu diciptakan dengan kata-kata atau lirik yang sederhana, mudah dipahami, namun mampu menggugah kecintaan warga Buleleng terhadap kota mereka, terhadap kabupaten mereka.
Inilah lagu-lagu tema Kota Singaraja atau tentang Kabupaten Buleleng yang diciptakan Angga Prasaja:
- Jiwaku Bersamamu, soundtrack HUT ke-411 Kota Singaraja tahun 2015
- Prestasi Untukmu Singarajaku, soundtrack HUT ke-412 Kota Singaraja tahun 2016
- Disiplin Diri Bangkit Pertiwi, soundtrack HUT ke-417 Kota Singaraja tahun 2021
- Bangkit Berseri, soundtrack HUT ke-418 Kota Singaraja tahun 2022
- Buleleng Bisa, soundtrack HUT ke-419 Kota Singaraja tahun 2023
- Buleleng Berbangga, soundtrack HUT ke-420 Kota Singaraja tahun 2024
- Melaju Bersama Buleleng Maju, diciptakan berkaitan dengan event Buleleng Development Festival tahun 2023
- Buleleng Berbangga untuk Nusantara, diciptakan berkaitan dengan event Buleleng Development Festival tahun 2024
- Taman Bung Karno Singaraja, lagu yang diciptakan untuk menggambarkan keindahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Singaraja
Pada HUT ke-421 Kota Singaraja tahun 2025 ini, soundtrack tidak diciptakan oleh Angga Prasaja. Tentu bukan karena ia tidak bisa, atau menolak untuk menciptakannya. Ia ingin memberi kesempatan kepada musisi lain dari Kabupaten Buleleng untuk juga ikut berpartisipasi secara lebih serius dalam merayakan HUT Kota Singaraja yang memang dirayakan setiap tahun itu.

Lirik lagu ciptaan Angga Prasaja
Angga Prasaja beranggapan, dengan banyaknya musisi dari Buleleng menciptakan lagu tentang kotanya, atau tentang daerahnya sendiri, maka iklim penciptaaan lagu-lagu dengan tema lokal akan semakin subur, termasuk iklim bermusik pun akan subur juga.
“Yang menciptakan lagu untuk HUT Kota Singaraja tahun 2025 ini, teman saya, seorang gitaris, yang sering saya ajak bermain musik juga,” kata Angga dengan nada bicara penuh kebanggaan.
Namun, bukan berarti ia tak berkarya pada hari-hari di sekitar HUT Kota Singaraja tahun 2025. Kebetulan, HUT Kota Singaraja beriringan dengan Hari Suci Nyepi, dan Angga Prasaja menciptakan lagu berjudul “NYEPI”. Lagu itu bisa didengar di seluruh digital music platform dan tentunya bisa di dengerkan melalui channel YouTube.

Angga Prasaja merilis lagu Nyepi
“Semoga lagu ini bisa menemani kalian pada suasana merayakan Tahun Baru Caka,” tulis Angga Prasaja kepada teman-teman dan penggemarnya melalui grup-grup WA dan media sosial.
PNS yang Kreatif
Barangkali tidak banyak yang tahu, Angga Prasaja adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang dikenal kreatif menciptakan inovasi dalam program-program pemerintahan untuk masyarakat.
Ia lahir di Desa Ambengan, Sukasada, dan menamatkan kuliah S2 pada studi Manajemen Administrasi Publik, Undiknas, Denpasar. Ia memulai karir PNS di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Buleleng tahun 2011, lalu pada 2017 mendapat jabatan sebagai Kepala Seksi Pengadaan Tanah Disperkimta Buleleng. Tahun 2021 ia dipindahkan ke Dinas Kebudayaan menjadi Kabid Sejarah dan Cagar Budaya. Setahun kemudian menjadi Kepala Bidang Adat dan Tradisi yang dijabatnya hingga kini.
Angga ikut andil dalam merancang program inovatif untuk kepentingan masyarakat Buleleng. Saat bertugas di Dinas Perkimta, tepatnya tahun 2018, ia menciptakan “Singaduta”, sistem pengarsipan dokumen pertahanan.
Saat menjadi kepala bidang yang mengurus cagar budaya di Dinas Kebudayaan ia menciptakan program “Bercaya”, Berekspresi di Cagar Budaya dan program “BDS”, Buleleng dalam Sejarah.
Ketika mengurus soal adat, tahun 2022 ia menciptakan program “Ruangan Adat Tradisi”, ruang pembinaan adat dan tradisi . Tahun 2023 ia merancang program kreatif “Uning Ten Ton”.
“Uning Ten Ton” dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “Tahu Gak Saudara”. Program ini adalah pembuatan video dokumenter yang berisi konten-konten tentang kekayaan adat, tradisi, seni dan budaya yang dimiliki desa-desa adat di Buleleng.

Angga Prasaja di atas panggung | Foto: Dok. Angga
Jika sempat melihat layar besar di persimpangan jalan-jalan protokol, di situ kerap diputar video “Uning Ten Ton” yang digarap seperti film-film dokumentar pendek. Video itu barangkali salah satu bentuk kegelisahaan Angga Prasaja terhadap kekayaan adat Buleleng yang mulai dilupakan anak-anak muda. Dengan video yang digarap secara ringan dan mudah dipahami itu ia ingin anak-anak muda juga menonton dan mengetahui jenis-jenis kekayaan adat dan budaya yang diwarisi para leluhur.
Yang menarik, ketika mengurus soal cagar budaya di Dinas Kebudayaan, Angga menggelar lomba musik untuk kelompok-kelompok musik di Buleleng yang jarang dipikirkan orang. Dalam lomba itu, pemusik dan grup musik di Buleleng ditantang untuk membuat lagu dengan tema cagar budaya.
Lomba itu disambut meriah oleh pemusik di Buleleng. Para pemusik dengan “terpaksa” belajar tentang cagar budaya, dan berupaya mengetahui situs-situs cagar budaya di Buleleng, di mana pengetahuan tentang cagar budaya itu kemudian dituangkan dalam bentuk lagu.
“Kami ingin para pemusik juga mengenal cagar budaya yang dimiliki Buleleng. Dan lewat musik mereka bisa memperkenalkan situs-situs cagar budaya kepada masyarakat luas,” kata Angga tentang lomba yang pernah ia gelar itu.
Sayangnya, setelah Angga pindah tugas untuk mengurus persoalan-persoalan adat, lomba musik cagar budaya itu tidak diteruskan lagi.
Bermusik Sejak dari Sekolah
Angga Prasaja, meski selalu sibuk dengan tugas-tugasnya sebagai pejabat di Pemkab Buleleng, ia sepertinya tak bisa dipisahkan dengan musik.
“Saya suka musik itu dari SMP kelas 3. Jadi, dari SMP kelas 3 sampai sekarang suka musik,” kata Angga.

Lirik lagu ciptaan Angga Prasaja
Waktu SMP kelas 3 itu, Angga memang belum berniat untuk berkarya. Ia hanya sebatas suka. Belum berniat untuk membuat sebuah karya lagu sendiri. “Masih nyanyi-nyanyi biasalah begitu,” katanya.
Nah, untuk membuat karya, dan berpikir serius di bidang musik , kata Angga, baru muncul pada saat ia masuk SMA di kelas 3. Akhir-akhir SMA kelas 3, saat mau tamat, muncul keinginan serius untuk terjun di dunia musik.
“Nah, saat itu saya sudah mulai membuat karya-karya sendiri, sudah membentuk band sendiri dan lagu-lagu di dalam band itu juga kebanyakan lagu-lagu ciptaan saya sendiri,” ujar Angga.
Jadi, mulai saat itulah ia benar-benar serius untuk berkarya di dunia musik. Sampai sekarang ia terus menciptakan karya, baik karya yang berkaitan dengan tema-tema tentang Singaraja, maupun tema-tema lain.
Ada banyak lagu yang sudah ia ciptakan. Antara lain lagu berjudul “Salah dari Pertama”, “Arti Hidup”, “Sebagai Harmoni”, “Lagu untuk Ibu”, dan “Memang Buaya”.

Angga Prasaja (nomor 3 dari kiri) saat menyanyi di atas panggung | Foto: Dok. Angga
Motivasi Angga dalam berkara diakui tidak semata-mata mendapatkan keuntungan finansial. Ia berkarya lebih pada keinginan tulus bagaimana karya-karyanya bisa didengar oleh publik, minimal bisa didengar oleh masyarakat Buleleng. Untuk itulah, lirik dalam karya-karya lagunya leih banyak berisi pesan dan ajakan untuk berbuat sesuatu agar hidup menjadi lebih baik.
“Karya saya biasanya saya sebarkan ke radio-radio untuk bisa didengar orang banyak agar pesan pada lirik-lirik lagu itu bisa menjangkau lebih banyak orang,” kata Angga.
Pesan, ajakan, motivasi, dan sejenisnya yang terkandung dalam lagu-lagu ciptaan Angga Prasaja memang layak untuk didengar dan direnungkan.
Lagu “Buleleng Bisa” misalnya diciptakan Angga mencoba untuk menyadarkan warga Buleleng bahwa daerah Buleleng itu memang kaya dengan seni budaya.

Lirik lagu “Buleleng Bisa” ciptaan Angga Prasaja
Lewat lagu itu Angga mengajak warga untuk terus menjaga budaya. “Bahwa kita bisa menjaga, sama-sama menjaga budaya kita,” kata Angga.
Begitu juga dengan lagu Taman Bung Karno Singaraja. Angga menciptakan lagu itu ketika Taman Bung Karno dibuka untuk umum. Dalam lirik lagu-lagunya Angga mengajak warga untuk menghargai Proklamator Bung Karno, apalagi Bung Karno memiliki darah Buleleng karena ibu kandungnya berasal dari Bale Agung, Singaraja.
“Jadi, bagaimana bagaimana kita menghargai jasa-jasa Nyoman Serimben waktu itu yang melahirkan seorang Bung Karno,” kata Angga.
Jadi, ya, begitulah. Angga terus berkarya sebagai pejabat, terus juga berkarya lewat lagu. Semuanya untuk Buleleng yang dia cintai. [T]
Reporter/Penulis: Adnyana Ole
Editor: Budarsana
Catatan: Artikel ini ditulis dan disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfosanti) Kabupaten Buleleng.