Pichi Cello Bone Unit Terkecil Masyarakat Kebon
Secara sosiologis kehidupan manusia dari zaman purba sampai bertransformasi menjadi manusia modern tidak bisa dilepaskan dari kehidupan guyub atau komunitas. Hari ini kalau bicara komunitas tentu sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Komunitas sederhananya didefinisikan sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki tujuan, nilai, dan kepentingan yang sama. Kalau di Bali istilah komunitas identik dengan sebutan sekaa.
Dalam kehidupan masyarakat, sebuah komunitas memiliki peran yang sentral sebagai wadah interaksi sosial yang dapat menumbuhkan dan memperkuat hubungan antar individu. Secara eksplisit, komunitas bukan hanya sekadar kumpulan individu yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi di satu sisi komunitas ini melakukan pergerakan-pergerakan baik dalam ruang kemanusiaan, keagamaan, adat, dan budaya.
Salah satu komunitas yang lahir dan tumbuh di Banjar Kebon, Susut, Bangli, adalah komunitas Pichi Cello Bone. Komunitas berlogo keong ini lahir pada tahun 2010 dari obrolan-obrolan ringan pemuda-pemuda usia belasan tahun. Walaupun mereka melahirkan idenya dari obrolan-obrolan ringan namun dari segi identitas nama maupun dan logo mereka tuangkan sarat akan penggambaran kehidupan di pedesaan yang tidak jauh-jauh dari alam sebagai sumber kehidupan.
Kata Pichi (pici) artinyatutut sawah, Cello (selo) artinyaubi, kemudian Bone (bun) artinya daun ubi. Pici, selo, dan bun ialah makanan khas orang pedesaan. Kemudian logo keong menyiratkan jalan keong yang pelan-pelan namun ketika berpindah dari satu tempat ke tempat akan tetap sampai. Sekiranya ini bentuk filosofis masyarakat khususnya pemuda-pemuda tetap berjalan walaupun dengan langkah kecil pasti akan mencapai titik puncaknya—tujuannya masing-masing.
Komunitas ini, walaupun dibentuk oleh golongan-golongan muda tetapi anggotanya meliputi golongan-golongan tua, kami menyebutnya dengan istilah duur sasur. Tentunya orang-orang di dalamnya berlatar belakang profesi yang berbeda-beda—ini bukan menjadi perihal persoalan yang serius, semasih bisa diajak bekerjasama dan berfikir kenapa tidak.
Perjalanan panjang telah dilalui, 15 tahun berdiri sampai sekarang masih tetap ajeg. Kilas baliknya, tentu setiap perjalanannya yang dilalui tidak selalu berada dalam lintasan yang mulus, terkadang harus melewati lintasan kerikil dan batu-batu besar. Artinya setiap komunitas dalam perjalanannya akan selalu menemukan jalan yang terjal dan akan mengalami dinamika-dinamika setiap generasinya.
Bagaimanapun, ini adalah suatu hal yang wajar dan umum, ketika menyatukan isi kepala yang berbeda ke dalam satu wadah komunitas, silang pandang pendapat kerap terjadi, namun ini bukan menjadi suatu rintangan yang berat untuk melangkah lebih jauh lagi.
Merayakan Perjalanan
Setiap perjalanan perlu dirayakan begitulah kira-kira celetukan dari beberapa orang-orang komunitas. Lebih-lebih ini perjalanan komunitas yang masih tetap eksis sampai sekarang ditengah-tengah kesibukan manusia-manusia di dalamnya. Tahun ini merupakan momentum yang tepat untuk merayakan ini perjalanan panjang ini, mengingat sebagian besar orang-orang di komunitas bekerja di sektor pariwisata.
Dengan waktu di kampung yang lumayan panjang selain menikmati waktu dengan anak, istri, dan keluarga, berkumpul dengan teman-teman komunitas di kampung adalah salah satu agenda yang wajib untuk menjaga komunikasi dan simakrama satu dengan lainnya.
Seperti pada umumnya, agenda selayaknya perayaan komunitas yang dilangsungkan dengan meriah dan hikmat. Tak luput juga dilanjutkan dengan sesi diskusi terkait agenda komunitas selanjutnya. Lebih jauh lagi, perayaan ini dalam pelaksanaannya memperoleh dana dari sumbangan sukarela anggota, artinya uang iurannya tidak dipatok dengan nominal tertentu, namun diberlakukan semampu dan seikhlasnya saja.
Tentang Kemanusiaan
Di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan, terkadang di luar sana masih banyak saudara-saudara yang membutuhkan uluran tangan. Maka dari itu, berangkat dari rasa kepedulian, kebersamaan, dan gotong royong, komunitas Pichi Cello Bone hadir di tengah-tengah masyarakat yang memiliki misi untuk berbagi dan peduli dengan sesama, khususnya bagi masyarakat Kebon itu sendiri.
Seperti yang disebutkan di atas, anggota yang terdiri dari beragam profesi tidak menyurutkan untuk mereka saling berkolaborasi dalam aksi kemanusian ini. Bahkan, dalam aksi kemanusian ini, mereka melakukannya dengan tulus ikhlas dan penuh bersemangat tanpa adanya unsur paksaan diri.
Kami sangat percaya bahwa sekecil apa pun bentuk bantuan yang diberikan, jika dilakukan dengan rasa tulus ikhlas, akan membawa dampak besar bagi kehidupan orang lain. Dengan ini, kami akan selalu berharap komunitas ini selalu hadir dan siap untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Di bawah ini dua foto dokumentasi aksi kemanusiaan kami, dimana sasaran kami adalah para lansia-lansia di kampung yang notabene sudah berstatus janda dan duda. Kebaikan bukan hanya tentang memberi, tetapi bagaimana membentuk kesadaran setiap orang untuk peduli dengan sesama, terkhusus pada peduli dengan lingkungan tempat tinggal terlebih dahulu. Lebih jauh, dengan aksi-aksi seperti ini semoga semua pihak yang berada di Banjar Kebon khususnya untuk selalu bersyukur dan pentingnya memiliki rasa kemanusiaan antar sesama.


Tentang Kontribusi Menjaga Adat dan Tradisi
Di balik orientasi pemikiran manusia semakin maju dan kapitalis dan ini sejalan dengan makna filosofis dari logo keong yang berjalan dengan pelan-pelan akhirnya akan menemukan titik finish-nyasebagai orang yang memiliki niat dan keinginan yang besar untuk menjadi sukses dengan jalan masing-masing. Di balik itu tentang adat dan tradisi jangan pernah sampai terpinggirkan, adat dan tradisi merupakan hal penting dan ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk membangun kualitas SDM yang maju dengan semangat gotong royong dan penuh akan rasa persaudaraan.
Dengan kesadaran penuh, kami di komunitas selalu mendukung penuh hal-hal yang berkaitan dengan menjaga adat dan tradisi. sebagai contoh, dari pengumpulan dana untuk kegiatan merayakan perjalanan komunitas Pichi Cello Bone, uang dari seluruh donatur yang sudah terkumpul, 80% disumbangkan untuk revitalisasi pegayungan/tigasana di Pura Pucak Tedung Sari.
Sederhananya, ini merupakan sebuah kepedulian kami atas menjaga adat dan tradisi, walaupun dananya yang disumbangkan tidak seberapa, namun setidaknya kami sudah memiliki bentuk inisiatif untuk terus menjaga adat dan tradisi khususnya di Banjar Kebon.
Harapan Penulis
Komunitas bukan hanya sekadar tempat berseminya individu-individu dalam satu wadah dengan latar belakang minat, tetapi juga sebagai tempat untuk menyalurkan ide-ide, inspirasi, dan perubahan. Komunitas tidak hanya kuat dalam mencari ide-ide kreatif namun ada hal yang lebih penting dari sekadar mencari ide-ide dan berkata-kata, yakni dengan tindakan nyata sehingga muncul semangat bersama.
Harapan saya sebagai penulis, yang secara langsung saya juga sebagai anggota dari komunitas ini. Dengan perjalanan panjang selama 15 tahun teruslah bertumbuh dan membaur dengan masyarakat dan yang terpenting tebarkan selalu manfaat kepada masyarakat sekitar kalian. Walaupun kalian memiliki profesi berbeda-beda, memiliki penghasilan yang berbeda-beda, memiliki pilihan politik yang berbeda, status sosial berbeda jangan hal tersebut digunakan sebagai alat untuk memecah belah satu sama lain.
Saya berharap antar anggota di komunitas ini tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong dan yang tak kalah pentingnya terkait dengan program-program tidak hanya berjalan tahun ini saja, namun seharusnya ini dilaksanakan secara rutin. Bahkan diharuskan merambat ke sektor pendidikan, ini tidak kalah pentingnya juga bagi anak-anak generasi penerus dan jangan sampai ada yang putus sekolah gara-gara faktor ekonomi.
Di tengah-tengah kehidupan yang semakin individualistis, komunitas ini seyogyanya menjadi sebuah wadah untuk memberikan pemahaman bahwa semua orang itu memiliki kesempatan untuk berkontribusi untuk orang lain.
Pada sisi lain juga saya menyadari betul, setiap orang mempunyai karakter dan watak yang berbeda-beda, ketika sudah berada dalam komunitas ini, semua hal-hal buruk yang masih membelenggu kalian dinetralkan dahulu. Mari bersama-sama membangun dan memajukan Banjar Kebon yang kita cintai ini dengan penuh semangat kolektif. [T]
Penulis: I Dewa Gede Yoga
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis I DEWA GEDE YOGA