SECARA lahiriah, doa terlihat seperti komunikasi satu arah, di mana manusia berbicara dengan zat besar yang tak terlihat dan tak berwujud. Namun, dalam ajaran Islam, setiap doa diyakini pasti dijawab oleh Allah.
Hakikatnya manusia berkomunikasi dua arah dengan Tuhan, manusia meminta, Allah selalu membalas pintanya. Hal ini tertuang dalam Alquran surah ke-2, Al baqarah ayat 186, “apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Sudah dua minggu masyarakat banyak yang bersenandung: ”wahai penguasa tolong kami dengan 3 kg gas elpiji; ”gas melon” warna hijau, agar kami dapat terus melanjutkan kehidupan ini dengan sedikit lebih tenang”. Drama ”Gas Blues” ini kembali hadir di tengah kita.
Apa penyebabnya, saya tidak tahu, semua masih menduga-duga. Ada yang berpendapat pengalihan isu dari ”pagar laut” yang sedang ramai dan hangat dibincangkan oleh semua kalangan. Ada juga yang berpendapat akan ada kebijakan baru ”gas melon” diganti ”gas pink”, tabungnya ganti warna, dan kemungkinan akan ditarik subsidinya. Demikian kabar burungnya.
Buat masyarakat saat ini yang penting dalam senandung ”Gas Blues”-nya, segera hadir LPG 3 kg-nya. Masyarakat kita rasanya patuh, dan akan patuh berapa pun harganya mereka harus membeli. Masyarakat akan mengikuti yang penting kehidupan dapat terus berlangsung.
Berdoa terus kami panjatkan, sebaris, sederet doa-doa harapan, keluh kesah kepiluan, rintihan, kepersembahkan senandung ”Gas Blues” doa kami kepadaMu. Dalam kegalauan, kami mengingat-Mu. Dalam duka lara kami berjuang menyebut nama-Mu tak henti, semoga ”badai gas ini segera berlalu”.
Ada rindu terpendam laksana malam merindukan pagi. Laksana anak burung menantikan induknya kembali, atau padang pasir merindukan turunnya hujan. Itulah hasrat jiwa kami pada-Mu, ya Allah ya Robbi, lindungilah kami dari dari segala hal buruk yang ada, itulah ratapan blues kami kepadaMU zat yang Mahasempurna. Agar tidak lagi ”orang-orang pintar”, pengamat sosial saling hujat lagi di media membahas nasib ”Senandung Gas Blues” kami.
Kami masyarakat tidak butuh pod cast–pod cast, acara dialog a, dialog b, yang membuat kami semakin bingung dalam meratapi ”Gas Blues” ini. Kami hanya butuh kepastian ketersediaan pasokan LPG hadir di tengah-tengah kami setiap kami membutuhkan, dan membelinya. Bukan dialog-dialog tingkat dewa yang kami butuhkan.
***
Diksi senandung blues dalam tulisan ini merujuk pada sejarah masyarakat Negro di Amerika masa perbudakan. Senandung blues dengan penuh ratapan dan doa, menurut para sejarawan, berasal dari tradisi masyarakat kulit hitam (Negro) Afrika Barat, sekitar 30 persen yang dipekerjakan secara paksa masa perbudakan di Amerika itu adalah Muslim. Penderitaan yang sangat dahsyat yang merampas hak azasi manusia.
Namun banyak budak dari Afrika itu tetap menjalankan agama Islam serta kebudayaan asalnya. Mereka tetap melantunkan ayat-ayat Alquran, doa-doa setiap hari. Ratapan dan rintihan para budak Negro ini sesungguh adalah doa-doa yang sekarang kita kenal sebagai musik Blues. Secara khusus, Prof Kubik menulis sebuah buku tentang relasi musik Blues dengan peradaban Islam di Afrika Barat berjudul, Africa and the Blues, yang diterbitkan University Press of Mississippi pada 1999 (https://republika.co.id/berita/38904/blues-musik-yang-berakar-dari-tradisi-islam)
Saya tidak bermaksud menggambarkan kesulitan yang terjadi saat ini perihal LPG sama dengan kesulitan orang Negro pada masa lalu di Amerika. Yang ingin saya sampaikan hanyalah masyarakat kiita orang-orang yang sabar menghadapi berbagai ujian, apalagi hanya sesaat ini. Mereka tetap istiqomah, bersama pemerintah, dan terus berdoa.
Orang yang berdoa artinya orang yang memanjatkan pinta kepada Tuhan, baik untuk meminta, bersyukur, maupun untuk memuji Sang Khalik. Kalangan antropolog menyebut konsep doa memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep menyerahkan diri kepada zat yang lebih besar daripada dirinya.
Doa juga memiliki makna umum, yakni bahwa doa yang ditujukan kepada Allah sering dimaknai sebagai kalimat permintaan manusia kepada Sang Pencipta. Muslim menganggap doa sebagai bagian dari tindakan ibadah, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa doa adalah inti dari ibadah. Itu artinya, doa bukan sekedar komunikasi biasa (https://www.uin-antasari.ac.id/bukan-pseudo-komunikasi/).
Perihal permohonan, Paulo Coelho berpendapat, ”saat kami membuka mulut, semoga kami bukan hanya berkata-kata dalam bahasa manusia, melainkan juga bahasa malaikat, yang menyatakan mukjizat tidak bertentangan dengan hukum-hukum alam; kita menganggapnya demikian, sebab kita tidak memahami hukum-hukum alam.”
Dalam kehidupan muslim, doa menjadi bagian hidup. Dari bangun tidur, ke kamar kecil, mengganti pakaian, makan, bepergian, hingga doa untuk tidur kembali selalu dipanjatkan setiap hari. Doa selamat, doa memohon berkat atau keselamatan baik dari musibah, bahaya, penyakit, kepada Allah SWT merupakan doa yang paling populer di kalangan Muslim. Dalam hal ini doa dan jawaban doa sangat tergantung dengan keyakinan seseorang kepada Allah dan keyakinannya akan kebesaran pengetahuan Allah.
Ada anekdot lucu percakapan Gus Dur dan Cak Nun mengenai diterima atau tidaknya doa yang dipanjatkan untuk orang yang telah meninggal dunia. Suatu hari Cak Nun bertanya kepada Gus Dur: “Gus, doa untuk mayit itu sebenarnya sampai, tidak?”, Gus Dur menjawab dengan sangat penuh keyakinan: “Sampai lah, Cak”.
Karena tidak yakin dan masih penasaran Cak Nun bertanya kembali, “Apa buktinya, Gus, kalau doa itu sampai?”, Gus Dur menjawab dengan enteng, “Coba saja diperhatikan, Cak, ketika sampean mendoakan orang yang sudah mati, apa doanya kembali ke sampean?, kalau tidak balik, berarti nyampe, Cak.”
Humor tersebut menyiratkan bahwa setiap doa yang dipanjatkan tentu akan diterima Tuhan, dan ini sekali lagi bermakna doa tidak hanya sekadar meminta dan ucapan yang bersifat pseudo (https://www.uin-antasari.ac.id/bukan-pseudo-komunikasi/).
Jadi jangan letih berdoa, dan mendoakan para pemimpin kita, agar dapat membawa kita pada kebahagiaan dan kesejahteraan. [T]
- BACA artikel lain dari penulisAHMAD SIHABUDIN