10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Sajak-sajak Angga Wijaya | Topi Terjatuh di Jalan

Angga WijayabyAngga Wijaya
January 25, 2025
inPuisi
Sajak-sajak Angga Wijaya | Topi Terjatuh di Jalan

Angga Wijaya

HUJAN SEBENTAR DI KOTA

“Hujan sehari menghapus panas setahun.
Berkhianat atas banyak hal. Kurang apa aku
pada dirimu? Engkau mengecewakanku.”

Ayah pernah marah pada diriku saat remaja
Dia pamanku yang mengasuhku sejak bayi.
Bersama bibi, orang tua baik hati, seperti
malaikat –selamatkan aku dari kematian.

Aku tahu yang sebenarnya dari tetangga.
Merundungku dengan ejekan menganggu.
Aku lalu paham meskipun hati terguncang.

Hingga skizofrenia menjadi musibah diri.
Usia 25. Kuliah tidak bisa aku selesaikan.
Pulang ke kampung halaman, kembali ke
keluarga asal—ibu dan ayah kandungku.

Adaptasi amat tidak mudah. Selalu terjaga
di malam hari, tak bisa melanjutkan tidur.
Obat bertahun-tahun aku minum. Takut
jika tiba-tiba kekambuhan datang. Aku
tak mau lagi dirawat di rumah sakit jiwa.

Ruangan berterali bersama ODGJ lainnya
Saat haus, aku selalu meminum air keran.
Disakiti atau menyakit, kemungkinan ada.

Bersiaga akan bahaya menghampiri.
Halusinasi menghantui hari-hariku.
Bahkan setelah belasan tahun berlalu
Berdamai dengan bisikan-bisikan itu.
Tak nyata namun terasa amat nyata.

Puisi selamatkan aku dari kegagalan
Penulis muda telah terbitkan 13 buku
Aku dikenal banyak orang, setidaknya
itu mengembalikan kepingan berserak.
Bersatu kembali dalam jiwa yang utuh.

Hujan di kota tempatku tinggal hanya
sebentar. Hujan punya arti mendalam.
Ia tak menghapus cuaca panas, seperti
perkataan ayahku. Tiga tahun sudah
aku tak pulang. –rindu ini begitu besar.
Aku akan pulang, temui kenangan pada
potret orang tua dan berdoa untuknya.

2024

TOPI TERJATUH DI JALAN

Melihat topi terjatuh, di jalan sering kulalui.
Milik siapakah itu, aku hanya bisa menebak

Buruh proyek yang tentu tidak memakai helm
Jarak tidak terlalu jauh dari lokasi dia bekerja

Topi itu punya banyak kenangan, membawanya
Pada banyak tempat dengan ciri khas tersendiri

Itu semacam biografi, jika kita menyebut buku
Tetapi topi itu tidak lagi berada di kepala buruh

Dia tidak menyadari hingga telah jauh berkendara
Topi dilindas kendaraan berlalu tidak mau peduli

Sebenarnya dia bisa membeli pengganti topi itu
Kenangan tentu tidak bisa digantikan oleh uang

Topi menandakan keringat juga perjuangan kerja
Jauh dari anak-istri demi kehidupan lebih bagus.

Siap dipanggil oleh siapa saja dan dimana saja
Di pulau ini dia menemukan ketenangan jiwa

Seperti topi yang telah lama ia kenakan selalu
Bekerja pada pagi hari dan pulang saat malam.

2024

BERTEMU PELUKIS JALANAN


–– untuk Edi Bonetski

Tuangkan kesedihan kita dalam kanvas
Pelukis yang tidak mau disebut pelukis.
Tawamu menambah hangat suasana pagi
Jauh engkau mengembara di pelosok hati
Terjatuh, terjatuh, bangkit, bangun kembali.

Manusia kehilangan kemanusiaan sejak dulu
Kau tak suka melihat kekerasan, kemunafikan
Jiwa kanak-kanak kau cari lagi sepanjang jalan
Bersama teman-teman seirama musik kau suka

Orde berganti, nasib seniman tak pernah berubah
Miskin, dibiarkan miskin, mencari uang sendiri.
Negara mestinya menjamin kesejahteraan semua
Tidak terkecuali bagi seni, kesenian, kebudayaan.

Percakapan kita mengalir sedemikian panjang
Aku pamit karena belum makan sejak semalam
Temanku datang mengajakku ke suatu tempat
Mengisi perut kelaparan sebagai penyair muda

2024

DI PASAR TIWANAKU KAMI BERTEMU

Bolivia, suatu hari di bulan ketujuh,
kami berjumpa dengan penuh rasa
canggung.”Hidupmu kini bagus,
sudah punya mobil baru,” kataku.
Biasa saja, itu hasil perjuangan
bertahun-tahun,” jawabnya.

Aku ingat, dulu kami bertemu saat dia
dan keluarganya hidup susah. Kontrakan
saja berpindah-pindah. Temanku membuka
usaha laundry--“Di Bali jenis usaha ini laku ya?
Di kota asalku, orang-orang lebih suka mencuci
pakaian sendiri!”. Aku katakan itu padanya.

Kami bertemu di pasar, jauh dari negeri yang
baru usai pemilihan umum –aku tak terlalu
suka bicara politik; hanya bikin persaudaraan
hancur, juga pada banyak belahan dunia lain.

Tiwanaku, pasar ini unik; tidak ada jual-beli,
warga sejak ratusan tahun lalu memilih sistem
barter. Aku juga terkadang ingin menukar nasib,
jika boleh. Tapi mana bisa? Orang kaya baru selalu
bilang; kalau mau berhasil, ya, kerja keras! Itu aku
dengar juga dari temanku. Kala itu aku datang
minta pertolongan padanya; saat aku terlilit utang
pinjaman online. Tak ada bantuan, hanya orasi–
mirip aktivis atau pemain teater zaman dahulu.

Kami bertemu, kini, setelah kami sama-sama
bisa ke luar negeri. Sudah sepuluh tahun aku
bekerja di Bolivia. Senang bertemu saudara
setahah-air. Aku teringat air mata usai bertemu
dia dulu. Setelah kejadian itu aku menjauh.
Di pasar ini kami saling menukar kabar—
tidak menukar yang lain. Tiwanaku.

2024

ORANG-ORANG MEDIA SOSIAL

Lekatkan terus matamu di layar, tulislah
kata-kata menarik beserta foto rupawan.
Agar semua orang tahu, engkau masih
ada dan disebut sebagai manusia maju.

Tengoklah cerita dari kawan-kawanmu,
sedang apa, dimana, lalu engkau bersedih
karena hidupmu menyedihkan, tidak bahagia
seperti orang lain tampak di layar ponsel pintar.

Engkau mungkin tahu, media sosial tidak lebih
dari sebuah etalase. Penuh tipu-daya juga kepalsuan.
Mereka hanya menampilkan hal-hal baik saja.
Hanya penyair dan seniman berani jujur pada diri
dan juga dunia. Mereka bercerita tentang diri sendiri;
baik dan buruk. Kepolosan mereka begitu indah!

Keculasan tak menyukai mereka. Kejujuran dianggap
berbahaya, pada masa kebohongan begitu dipuja-puja
dan sangat dipercaya. Delusi menjangkiti kita semua.

Semenjak pagi hingga dini hari, ponsel pintar mengajari
kita semua cara untuk hidup di zaman penuh kegilaan.
Tak ada yang memujimu jika mempunyai buku baru.
Mereka senang jika engkau punya ponsel baru:
itu rumah bagi orang-orang modern sekarang.

2024

KEMATIAN SENI DI MATAKU

28 derajat Celcius. Kota dingin, matahari cerah.
Layar ponsel kabarkan hujan akan turun sebentar
Baiknya kita urungkan niat untuk keluar rumah—
minum kopi murah di warung dekat kontrakan.
Bicara tentang kucing-kucing kita yang lucu.

Kelucuan juga tentang seni; hanya soal lingkaran
pertemanan: orang-orang itu saja dengan karya buruk.
Membaca puisi di panggung, ditonton orang asing—
merasa sudah di atas angin. Racauan dianggap puisi,
aneh sekali. Tepuk tangan untukmu begitu palsu.

Ramalan tentang kiamat tak tamat. Mati hanya
soal waktu –juga kematian seni, sudah lama terjadi.
Kembalikan puisi pada kehidupan alami; pasar, sekolah,
jalanan kota yang ramai. Bukan pada perhelatan mahal,
tidak memberi dampak apa-apa. Kita hanya penonton.

Untuk apa seni? Mari menjawab dengan jujur
tanpa diskusi panjang di media sosial –etalase
mutakhir orang-orang yang konon pemikir,
tetapi tak tahu cara berpikir. Narsissus
terlahir kembali. Jatuh cinta diri sendiri.

2024

SIMULASI KRONOLOGI

Andai waktu sirna,
Angka tahun
Tak jua berganti

Jalanan macet
terlalu banyak
kendaraan di sini.

Bus kota berjalan
tanpa penumpang
–dianggap gagal.

Kronologi kehidupan
kota tak pernah ditulis
kematian koran-koran

Menyala bagai api
petasan di tangan
membakar kenangan.

Tahun berganti
begitu tergesa
doa-doa hening

Bukan sendiri
keramaian itu
terasa sepi

Simulasi hari
tak ada cerita
perubahan.

Langit kota
terang sekali
satu malam ini

Ponsel pintar
Siaran langsung
Kesia-sian kita!

2024

RADIO TIDAK KUMATIKAN

Kudengar radio, hampir setiap hari.
Di kamar yang sepi, bersama
buku-buku dan dua kucing yang ingin kawin.
Suara radio tenggelamkan percakapan tetangga
(mereka suka bergunjing, aku tak suka).

Lagu-lagu keluar dari kotak ajaib itu.
Aku membelinya lima bulan lalu,
dari lelaki yang membawa masa lalu.

“Radio tak akan punah, orang-orang
akan merindukannya,” katanya penuh arti.

Radio memahami kegelisahanku.
Sambil menjual buku atau menulis,
radio menemaniku hingga
sore hari, atau saat kantuk
membuatku ingin sejenak tidur.

Kadang radio seperti mengajakku
bercakap-cakap. Itu jika aku lupa
minum obat. Skizofrenia mirip iblis,
merampas kewarasanku.
Dia sudah aku jadikan sahabat;
aku tahu cara mengatasinya.

Sudah lama aku menyukai radio.
Pernah ingin menjadi penyiar, tetapi
hidup menjadikanku seorang penyair.
Ah, penyiar dan penyair berbeda sedikit huruf.
—Ini pasti bukan satu kebetulan, bukan?

Radio ditemukan oleh Marconi.
Buku pelajaran sekolah dulu
memberitahuku. Dia pasti
orang hebat. Menciptakan teman
bagi manusia sunyi di kamar.

Radio tidak kumatikan, tidak
seperti Dorothea tulis dalam
sajaknya. Dia pasti juga
suka radio, hanya berbeda cerita.

2025


[][] Klik untuk BACA puisi-puisi lain

Puisi-puisi Komang Berata | Cara Menghukum Pengkhianat
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tanamlah Musim dalam Jiwamu
Puisi-puisi Muhammad Hadriansyah | Hutan Kabut, Kumbang Koksi
Puisi-puisi Novita Dina | Stasiun Kata-kata
Puisi-puisi M. Allan Hanafi | Kucing, Dendam, Ibu
Tags: Puisi
Previous Post

Kusala Sastra Khatulistiwa Kembali Digelar Tahun Ini

Next Post

Leaaaaakkk | Cerpen Mas Ruscitadewi

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Leaaaaakkk | Cerpen Mas Ruscitadewi

Leaaaaakkk | Cerpen Mas Ruscitadewi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co