ANTUSIASME pengunjung ke Tanah Ulayat etnis Baduy sejak tiga tahun lalu cukup meningkat secara signifikan, apalagi pasca wilayah adat Baduy resmi mulai dibuka dan dinyatakan sebagai aset budaya unggulan serta dijadikan ikon program destinasi wisata Kabupaten Lebak ,Provinsi Banten.
Ribuan pengunjung perbulan dari jumlah kunjungan wisawatan domestik dan luar negeri serta perminggu yang datang di hari Jumat, Sabtu dan Minggu ditambah pada waktu liburan adalah fakta yang tidak bisa dibantah. Ratusan mobil pribadi, motor , klub penggoes sepeda dan puluhan mobil bus rombongan perminggu bisa dilihat hilir-mudik memasuki areal terminal Ciboleger dan di rest area parkir bertitel Saba Budaya Baduy yang sudah disediakan, walau fasiltasnya masih belum lengkap atau memadai seperti standar parkiran umumnya.
Pengendalian , pengaturan, dan pelayanan terhadap wisatawan pun menjadi menggeliat secara alamiah yang dipandu oleh para pengelola Terminal Ciboleger dan pemandu wisata (lokal , traveler dan guide team) yang tentunya bekerjasama dengan pemilik budaya yaitu Pemerintahan Desa Kanekes sebagai penaung keberadaan etnis Baduy.
Demi untuk merespon para peminat dan pengunjung ( wisatawan) yang berhasrat melihat budaya Baduy, kini pemerintahan Desa Kanekes sudah menyiapkan tiga Pos pintu gerbang yang sudah resmi dibuka dalam rangka mempermudah dan mendekatkan jarak tempuh para pengunjung menuju Baduy Luar dan Baduy Dalam. Pos 3 yang bernama ” Binong Raya” sedang trending topik dan booming di jagat internet. Situasi dan kondisi antara Pos 1 di Ciboleger, Pos 2 di Kampung Cijahe dan Pos 3 yang berada di Lokasi Binong Raya berbeda-beda lokasi dan peruntukannya.
Kendaraan Wisatawan Memadati Area Parkir di Baduy | Foto Dok.Penulis
Jika ada yang bertanya apakah pengelolaan wisata Saba Budaya Baduy itu sudah ditangani secara profesional dan proporsional oleh instansi-instansi terkait? Sehingga ada kejelasan dan ketegasan tentang aturan mainnya tatkala ada wisatawan yang mau berkunjung ke Baduy? Atau ada situs resmi yang menjadi pusat informasi sehingga adanya keseragaman aturan yang dijadikan panduan? Saya belum bisa mengatakan dan menyatakan “Yes or No”, tapi yang jelas sedang ada penataan dan sosialisasi oleh pihak-pihak terkait. Wait and see saja yah.. !!!
Tuntunan Jadi Tontonan
Baduy sejak dulu selalu dijadikan tuntunan oleh berbagai pihak atau kalangan karena banyak menyimpan beragam budaya unik dan local wisdom yang dapat memberi contoh tentang kearifan perilaku sehingga menginspirasi masyarakat lain di luar Baduy.
Kini setelah industri pariwisata merajalela dan dijadikan skala perioritas program unggulan lalu Tanah Ulayat Baduy beserta isinya dibuka menjadi wilayah destinasi wisata unggulan. Pemerintah daerah dengan alasan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Baduy dan sekitarnya serta demi untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) alias mengeruk keuntungan finansial dari meningkatnya para wisatawan mancanegara negara maupun lokal yang berkunjung . Maka sayup-sayup kekokohan kearifan budaya Baduy mulai nampak digeser, bergeser dan tergeser, lalu memudar menjadi areal tontonan publik dengan intensitas yang cukup tinggi.
Adanya analisa pergeseran nilai dari asalnya sebagai tuntunan yang kemudian secara senyap dan merayap berubah ke arah menjadi tontonan bukan hoak dan bukan provokasi, tapi ada faktualitas yang sulit untuk dibantah. Apapun alasannya, bahwa frekuensi dan intensitas pengunjung yang datang ke wilayah Baduy tujuan utamanya adalah ingin melihat kondisi riil kehidupan dan sosial budaya suku Baduy. Dan ketika melihat pada hakekat mereka menonton bukan?
Lalu siapa yang dilihat dan ditonton, kalau bukan masayarakat Baduy dan wilayah Baduy. Dua diksi ini cukup untuk menjelaskan bahwa akibat dibukanya Wisata Budaya Baduy yang kemudian diperhalus dan diganti dengan nama Saba Budaya Baduy, maka sulit dihindari bahwa lambat laun tapi pasti Baduy akan jadi tontonan.
Dua Sisi
Frekuensi dan intensitas pengunjung ke suatu daerah wisata akan identik dengan meningkatnya putaran uang di lokasi sekitar areal wisata , itu rumus baku. Pendapatan warga sekitar dan seputar lokasi wisata dipastikan meningkat, pengadaan sarana dan fasilitas untuk memanjakan pengunjung juga pasti mengalami peningkatan. Dan itu adalah goal finishing dari dibentuknya destinasi wisata agar warga daerah sekitar destinasi meningkat kesejahteraannya melalui layanan pada para wisatawan.
Wisatawan Berpose Bersama Orang Baduy | Foto Dok.Penulis
Geliat ekonomi warga Baduy dan status sosial ekonomi warga Baduy yang terlewati dan menjadi tujuan wisata sangat mencengangkan. Perubahan pola kehidupan sepuluh kampung di Baduy Luar jalur Pos 1 yang rutin dilalui dan menjadi tujuan wisata sungguh sangat luar biasa dan sangat mengagetkan.
Rumah adat penduduk yang dulu sangat sederhana dan sepi karena selalu ditinggal berladang, kini disulap dengan desain modern dan berubah fungsi menjadi “mini market” yang siap menjajakan berbagai pernak pernik , kain tenunan, koja, baju dan kaos Baduy, buah buahan andalan ( durian ) dan souvenir lainnya. Sehingga geliat ekonomi melalui para pelaku UMKM meningkat secara pesat.
Alhasil dari satu sisi atau sudut pandang geliat kesejahteraan dan kemakmuran warga di kampung tersebut mulai kelihatan. Namun di sisi lain, pola kehidupan adat mulai tergerus dan bergeser mengadopsi pola kehidupan modern.
Dilematis itu pun kini mulai merangsek ke kelompok Baduy Dalam. Rasa keadilan ingin merasakan dan menyamai tingkat kesejahteraan warga Baduy Luar yang terus bersentuhan dengan para pengunjung ( wisatawan) pada akhirnya muncul, sehingga pintu gerbang kunjungan ke Baduy Dalam pun dibuka secara resmi oleh mereka.
Didirikannya Pos 2 di Cijahe adalah bukti bahwa lokasi tersebut dimaksudkan untuk mempermudah atau memperdekat jarak tempuh yang ingin berkunjung ke Baduy Dalam Cikeusik dan sekitarnya. Karena jika hanya dibuka di Pos 1 saja, berkunjung ke Tangtu Cikeusik harus menempuk 7-8 jam berjalan kaki, tetapi jika melalui Pos 2 cukup dengan 1 jam. Akibat dibuka Pos 2, maka warga Baduy Dalam Cibeo pun membuka Pos 3 di Binong Raya; dan Pos 3 ini lebih representatif bila dibandingkan dengan Pos lain, sehingga pengunjung ke Baduy Dalam lebih membludak lewat Pos 3.
Apakah intensitas wisatawan Saba Budaya Baduy hanya sebatas berefek seperti penjelasan di atas? Tentunya tidak. Masih banyak efek domino lainnya yang lebih dahsyat. Ikuti edisi tulisan berikutnya.[T]
- BACA esai-esai tentangBADUY
- BACA esai-esai lain dari penulisASEP KURNIA