TANAMLAH MUSIM DALAM JIWAMU
tanamlah musim di hatimu, dalam jiwamu
agar bisa kau petik setiap waktu
tak perlu kau tunggu musim semi
ketika inginmu timbul di saat cuaca membeku
datangi saja hatimu
bukalah pintunya dan tebarkan musim yang kau ingin
matahari yang menghilang bisa kau nyalakan di tengah malam
dan di saat terik
bisa kau tiupkan angin basah dari pantai yang jauh
mengguyur hari-harimu
hidupkan selalu musim di jiwamu
agar tak gundah dirimu
ketika cuaca tak menentu
jika seluruh musim tertanam dalam jiwamu
segala cuaca ada dalam kendalimu
Kumendung, 25 Desember 2024
TENTANG MUSIM
musim tak butuh pengakuan
ia akan datang atau pergi menurut waktunya
tak peduli daun-daun gugur mengubur kesepiannya sendiri
tak mau tahu tanya memendam dirinya sebelum terjawab
dialirkannya banjir sampai ke hilir
dikeringkannya kemarau sampai ke rantau
kadang memang tak tepat waktu
tapi pasti datang meski di luar jadwal
musim dihitung dan diramalkan
diprakirakan dan diperkirakan
tapi musim tak peduli:
diundang tak akan datang kalau belum waktunya
diusir tetap hadir ketika tiba saat bergilir
tak pernah menebar janji apalagi menjual citra diri
tak butuh pengakuan apalagi pengukuhan
tak pernah merasa tinggi walau dipuji
tak merasa terjunjung walau disanjung
tak pernah tersakiti meski dicaci
semesta akan terjungkir
bila musim mangkir
Kumendung, Oktober 2024
DEMOKRASI TELAH MATI DI NEGERI INI
ketika kebenaran tak lagi berharga
ketika keadilan tak lagi berarti
ketika kejujuran tak lagi punya nyali
sia-sia demokrasi
ketika kebenaran dikalahkan kebohongan
ketika keadilan digilas kecurangan
ketika kejujuran menyerah pada keculasan
tamatlah demokrasi
ketika penguasa mati rasa
ketika penguasa bertindak semaunya
ketika penguasa tak lagi mendengar suara rakyatnya
hilanglah demokrasi
ketika wakil rakyat hanya kumpulan warga
ketika wakil rakyat tak punya kuasa apa-apa
ketika wakil-wakil rakyat malah jadi kaki tangan penguasa
matilah demokrasi
tak ada yang bisa menghentikan
selain amarah rakyat
Kumendung, Februari-Maret 2024
TENTANG KAKEK DAN BOCAH CILIK DI NEGERI MERDEKA
kakek-kakek bergandengan tangan menuntun bocah cilik
menyusuri pematang melintasi jalan-jalan
hendak kemana, kek
bocah ingusan tak mengerti apapun
hati-hati tersandung
hei, bocah mengertikah kau jalan mana akan kau lewati
jembatan apa kau sebrangi?
kakek sudah rabun
harusnya kau yang menuntun
di jalan sepi banyak penyamun
di tempat ramai bahaya juga berjibun
kakek-kakek dan bocah cilik harusnya tak pergi jauh
tapi kenapa malah kau biarkan mereka hanya berdua
meninggalkan pekarangan berpetualang?
negeri ini bukan taman aman untuk berlenggang-lenggang
jangan pertaruhkan masa depan
hanya demi dirimu senang
sadarlah juga siapa saja yang telah berjuang
demi negeri merdeka dari tindasan para begundal
tapi kini kau pertaruhkan hanya untuk ambisimu berkuasa
ataukah karena kau sudah lupa semua rasa?
Kumendung, 14 Desember 2023
TENTANG HURUF DAN ANGKA
di papan tulis bapak ibu guru mencatat
huruf-huruf menjadi kata, menjelma kalimat
dirangkai diikat erat
agar tak larat
konon huruf dan kata sekarang tak lagi punya rasa hormat
bahkan tak bisa membedakan dunia atau akhirat
angka-angka pun tak jauh beda
tak mengenal statistika dan matematika
bahkan tak mengerti lagi etika
semua dianggapnya sama rata
tak perlu bersopan santun atau tata krama
1 ditambah 1 konon sekarang jadi 5
bapak ibu guru kebingungan entah mau menulis apa
huruf dan angka akhirnya dibiarkan berserakan di meja
saling bertengkar berebut menjadi penguasa
tak mau hanya berada di buku ajar dan isi pustaka
inginnya di mana ada suara di sana ada huruf dan angka
padahal sejak dulu orang-orang malas membaca
sampai sekarang huruf dan angka
masih berserakan di meja
tak ada yang peduli mau dijadikan apa
tak lagi bertengkar hanya diam seribu bahasa
katanya menunggu ajal, tapi malaikat maut tak kunjung tiba
Kumendung, 18 Maret 2024
KETIKA TAKZIAH
:untuk saudaraku
1
tenda kabung itu dibentang selebar langit terbuka
duka mengambang di angkasa
di bawahnya ribuan ayat suci ditebar
seluruh udara membawa kabar
semua mendengar:
“telah kembali ke tempat dari mana kita berasal”
2
“sungguh ajal tak pernah berkabar
padahal masih erat jabat tangannya
masih hangat peluk tubuhnya
masih riang suaranya
tapi ajal tak pernah berkabar
sesaat lalu tersiar:
telah kembali dari mana kita berasal”
3
ingin tak percaya jika di antara kita tiba-tiba tiada
bukankah sejak lalu kita selalu waspada
menghindar dari bencana dan petaka
yang datang kapan saja?
tapi ajal bukankah memang tak pernah memberi kabar?
tiba-tiba tersiar:
“telah kembali ke tempat dari mana kita berasal”
4
ragam keinginan, aneka kemauan
masih erat digenggam
inginnya, maunya ditebar nyata menjadi dunia
dengan segala daya upaya tak terhingga
tak sekedar mimpi dan maya
juga waktu dan masa tak terkira
tapi nyatanya tiba-tiba terjadi yang tak terduga:
“telah kembali ke tempat dari mana kita berasal
5
haruskah menunggu tua untuk waspada dan siaga?
bukankah bencana dan petaka bisa datang kapan saja?
apalagi ajal
tak satupun kita tahu
kapan dan dari mana datangnya
kita sedang apa dan maunya apa
tiba-tiba saja yang orang tahu:
telah kembali ke tempat dari mana dulu kita berasal
6
waktu berakhir
sorga atau neraka bukan lagi pilihan
tapi sebuah ketentuan yang dipastikan
selanjutnya yang kau tanam ketika bersama
kau petik di alam baqa
di bawah langit terbuka ini
hanya doa dan harapan yang bisa disampaikan
semoga damai menyertaimu
kembali ke tempat dari mana dulu kau berasal
aamiin….
Kumendung, Desember 2024
CATATAN DI HARI TUA
tua
renta
tiada
adalah sebuah niscaya
tak semata usia
ajal tak mengenal angka
tak melihat rupa
tapi tua siaga
menuju purna hidup di dunia
sungguh langkah bijaksana
karena ajal tak mengenal angka
tak melihat rupa
Kumendung, 18 Desember 2024
DI HARI TUA
kita menua
tak lagi terhitung uban di kepala
sudah merata
ingatan timbul tenggelam
terbenam lupa
kenangan sebagian masih
ada yang terasa baru
juga keinginan
tak sedikit yang sia-sia
tinggal berserakan
terlupakan
terkubur waktu
masihkah terpikir mengais yang tertinggal?
mencatat kembali rencana-rencana yang pernah ada?
lalu apa?
usia?
kematian?
barangkali cukup dibiarkan
sebagian
mengikuti waktu
mengeja pergantian cuaca
di luar jendela menganga
timbul tenggelam
luruh di sisa hari
lalu duduklah!
diamlah!
tidurlah!
tanpa keluh kesah
bukankah sudah lebih kemarin berulah?
saatnya jeda tanpa tanya
sudah waktunya
Kumendung, 17 Desember 2024
GANDRUNG
aku gandrung
lahir dari rahim ibu
tidak datang terbawa angin
tapi lahir di tanah leluhur
aku menari selembut udara
segemulai nyiur melambai
setenang laut pasang
karena aku menari dengan hati
tapi sekali waktu
tarianku bisa lebih keras dari batu
tak pecah walau dicacah
tak bergeming walau dibanting
tak berubah walau dibelah
tak hancur walau dilebur
mahkotaku menyala melebihi bara
membakar waktu
sampai lupa hari
harum bungaku penuh mantra
menyihir semesta
semua tergila-gila
sampai lupa segala
ayo, menari
serasa membumbung ke langit tinggi
selendangku sebagai ganti sayap bidadari
membiusmu
sampai lupa mati
aku gandrung
lahir di tanah leluhur
berbalut pupur
yang tak akan luntur
walau zaman telah kabur berbaur
Kumendung, 24 Mei 2024
TUHAN SUDAH MENAKAR REZEKI KITA
jika mampumu hanya jadi ranting
jangan paksa jadi batang
apalagi jadi pohon
jika hanya bisa jadi angin semilir
tak perlu berputar layaknya badai
tak bergeser perahu di pantai
tak kan terjunjung dataran yang landai
memang, nyaris semua orang
ingin meraih, memiliki, menjadi
yang terbaik
yang terbesar
termegah
terdepan
teratas
ter…….
tapi tuhan sudah tentukan
langkah
sudah menakar
jatah
takaranmu hanya gelas minum
akan tumpah ruah
bila seluruh isi timba
dituangkan ke dalam gelas
tak kan menampung
tanganmu yang tengadah
akan berhamburan
sekarung beras bila dituang sekali
tuhan sudah menakar
rezeki kita masing-masing
tak akan tertukar tak akan terlewat
terima dan nikmati yang kau dapat
Kumendung,15 Juli 202
- BACA puisi-puisi dariPENYAIR LAIN