DENGAN tajuk “Peta Tanpa Arah”, mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Singaraja, menggelar pameran karya-karya mereka, 27 Desember 2024 sampai 10 Januari 2025 di Galeri Paduraksa FBS Undiksha.
Mahasiswa yang berpameran itu adalah mahasiswa seni rupa angkatan 2021. Karya yang dipamerkan adalah karya seni yang diciptakan sebagai studi khusus dari tugas Ujian Akhir Semester (UAS).
Pameran karya-karya UAS ini juga akan menjadi titik awal mereka dalam membuat arah ke depan lebih fokus sebagai minatnya.
Keterlibatan 22 mahasiswa semester tujuh itu masing-masing memamerkan 3 karya secara bebas, ada seni lukis, desain komunikasi, keramik, prasimologi, fotografi dan tekstil Semua karya tercipta melalui isu yang beragam.
“Pameran ini dgarap sejak empat bulanan,” kata Agus Reka Biambara Putra, Ketua Pelaksana Pameran.
Ia menjelaskan, bagaimana tajuk pameran ini, Peta Tanpa Arah, memiliki kedekatan secara mental dengan mahasiswa sebagai seniman muda, yang biasanya masih dianggap pasif dalam menentukan sesuatu—dalam hal ini tentang pameran. Atau kata dosen mereka, mahasiswa itu masih seperti peta tanpa arah.
“Dari sanalah tajuk itu dicetuskan sebagai navigasi berlayar kemudian,” kata Agus Reka.
Namun walaupun begitu, mereka menggarap pameran ini begitu seriusnya untuk membuktikan mereka memiliki arah dan tujuan yang jelas. Seperti, terlihat ada perbedaan yang mencolok, antara pameran tahun ini dengan pameran tahun-tahun sebelumnya. Terutama dalam penataan atau setting tempat pada ruang.
Karya-karya yang dipamerkan dalam pameran Petan Tanpa Arah di Undiksha Singaraja | Foto: tatkala.co/Son
Pada pameran-pameran sebelumnya, lampu yang digunakan tidak terlalu terang dan cenderung gelap—biasa saja. Berbeda dengan sekarang, lampu cukup terang digunakan mereka untuk membuat suasana berbeda. Tiap-tiap karya yang dipajang memiliki pencahayaan yang cukup sehingga menimbulkan kesa hidup pada setiap lukisan atau karya mereka. Tampak lebih segar dan berwarna.
“Ada yang berbeda dari pameran sekarang. beberapa lampu yang menyorot ke lukisan ini lebih terasa ketika dilihat. Selain itu, ruangan juga terasa segar dan luas dengan penerangan yang cukup,” kata I Nyoman Sila, Wakil Dekan III FBS Undiksha saat melihat-lihat pameran sedang dipasang oleh para mahasiswa sekaligus memberi apresiasi.
Sexy—Isu
Karya-karya mahasiswa itu memiliki representasi visual yang beragam, meski masih berada dalam suatu lingkup atau wilayah dengan menggunakan elemen titik, garis, bidang, dan simbol. Para mahasiswa mempresentasikan karyanya dengan latar sosial yang beragam juga dengan elemen perasaan yang beragam.
Di sana, isu lingkungan tak luput dari kuas beberapa mahasiswa. Salah satunya pada lukisan “Bucket” karya I Nyoman Alex Kade dengan teknik dekoratif. Terinspirasi dari galian C di Karangasem, ia menilai proyek itu—problematik bagi kesehatan lingkungan juga pada manusia secara ruang.
Melalui lukisannya, Alex mencoba mengajak siapa saja untuk merenungkan kembali garis kompleks antara manusia yang memiliki hubungan kuat dengan alam pada kanvas ukuran 100 x 130 cm itu. Realitas alam yang terkena dampak dari pertambangan seperti rusaknya fasilitas umum di Karangasem. Pula bisa saja menjadi pemantik pemanasan global untuk dunia jika pohon-pohon ditumbangkan dan tanah dikeruk—eksploitatif, telah menjadi kekhawatirannya menyoal bencana.
“Karena saya memiliki minat tersendiri terhadap aliran dekoratif dan ingin mengembangkan karya saya melalui lukisan ini. Saya telah mencoba beberapa experiman untuk menemukan teknik atau karakter saya sendiri dalam melukis,” kata Alex
Karya menarik dihadirkan Ni Made Sahsikirani melalui lukisannya berjudul “Milikmu” yanfg mengadopsi aliran surealisme. Dibuatnya dengan teknik kering dan basah pada media cat minyak dan kanvas ukuran 1×1 meter. Ia menumpahkan rasa traumatis masa lalunya sewaktu kecil—terkait tindakan tak senonoh yang diterimanya saat dirinya masih duduk di Sekolah Dasar (SD).
Karya-karya yang dipamerkan dalam pameran Petan Tanpa Arah di Undiksha Singaraja | Foto: tatkala.co/Son
Ingatan itu kemudian menjadi karang alam bawah sadarnya yang buruk dan membandel kuat, dan setidaknya melukis menjadi medium katarsis dirinya agar lebih plong. Atas keresahannya itu, barangkali sangat relevan dengan fenomena akhir-akhir ini tentang pelecehan seksual yang menimpa banyak perempuan desa atau kota.
Dalam lukisan yang dibuat Sahsikirani tampak simbol payudara tersimpan di sebuah nampan dan tubuh telanjang bulat seorang perempuan sedang berpose—erotis. Lukisan itu memberikan kesan kecut yang memecut mata. Pada garis paling bahaya tentang seksual, Sahsi hendak menyampaikan bagian tubuh itu seolah bukan lagi menjadi milik si perempuan seutuhnya, namuan “dipersembahkan” untuk “yang merusak perempuan itu”.
Jadi, datanglah ke pameran Peta Tanpa Arah ini, yang dibuka 27 Desember 2024. [T]
Reporter/Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Adnyana Ole