3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Canggu, Masa Depan Bali

Angga WijayabyAngga Wijaya
December 12, 2024
inEsai
Canggu, Masa Depan Bali

Lalu-lintas di Canggu | Foto: Angga Wijaya

JIKA pembaca pernah berkendara di Tibubeneng, bisa jadi akan mengalami stres.

Desa yang terletak di Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, itu adalah bagian dari kawasan Canggu yang dulunya merupakan desa nelayan dan tidak terlalu ramai.  

Kemacetan di Canggu, terutama saat jam-jam sibuk, hampir sama dengan kota besar di Pulau Jawa; kendaraan tidak bisa bergerak.

Atau jika pun bisa, bergerak dengan lamban. Bus, mobil, sepeda motor, dan truk-truk pengangkut material terlihat memenuhi jalan yang sempit, jika dibandingkan dengan jalan di kota-kota provinsi lain di Indonesia.  

Overtourism kerap kali dikatakan sebagai penyebab kemacetan lalu lintas di Badung, yang menjadi destinasi wisata terkemuka dengan banyaknya akomodasi pariwisata seperti restoran, hotel, beach club, dan juga vila.

Lalu-lintas di Canggu | Foto: Angga Wijaya

Pembangunan yang masif mengakibatkan alih fungsi lahan, yang sayangnya dianggap biasa. Sawah-sawah menyusut secara drastis. Canggu lambat laun menjadi “kota baru” yang ramai ditinggali oleh orang asing, baik itu wisatawan yang berlibur maupun menetap secara permanen; bekerja, berkeluarga, membangun usaha, dan lain sebagainya. Mereka pun telah “menyatu” dengan gaya hidup dan budaya penduduk lokal.

Harga tanah dan properti di Canggu melonjak tinggi, termasuk harga sewa toko-toko dan kios. Perputaran dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama pasca pandemi COVID-19 secara kasat mata memang menunjukkan kemajuan.

Namun, di sisi lain melahirkan banyak perubahan terutama tentang demografi yang jauh berubah. Ibarat pepatah “ada gula, ada semut”, Canggu menjadi daerah tujuan migrasi penduduk dari berbagai tempat di Indonesia bahkan luar negeri.

Lapangan pekerjaan yang luas, sebagai dampak sampingan pariwisata tidak hanya diisi oleh warga lokal semata, tetapi juga warga perantau. Canggu pun bisa dikatakan menjadi seperti Jakarta yang menjadi tujuan migrasi. Tempat-tempat kos atau rumah kontrakan milik warga setempat selalu penuh. Itu penanda bahwa kebutuhan akan tempat tinggal sementara atau permanen sangatlah besar.

Para pekerja misalnya pada sektor pariwisata dan turunannya memenuhi Canggu, dengan segala dinamika dan “mimpi manis” tentang upah minimum kabupaten (UMK) yang menjanjikan dan menduduki peringkat tertinggi di Bali.

Kemacetan lalu lintas di Canggu, bisa dijadikan parameter tentang Bali di masa depan. Pembangunan jalan baru tentu tidak menjadi solusi tepat, jika misalnya pemerintah tak membangun dan memikirkan tata kelola kota: dalam hal ini transportasi publik.

Lalu-lintas di Canggu | Foto: Angga Wijaya

Tidak seperti destinasi wisata di luar negeri—atau tidak jauh-jauh kota besar di Indonesia yang memiliki sistem transportasi yang baik, menjadi aneh jika Bali kini belum punya sistem transportasi publik yang misalnya antar kota dan dalam kota yang terintegrasi.

Dulu, pada era 1980-an hingga 2000-an, terdapat transportasi publik yang dikenal dengan nama “bemo” di Kota Denpasar dengan jalur dari dan ke terminal-terminal yang ada, bahkan hingga ke wilayah kabupaten Badung, seperti Tuban dan Benoa.

Masih segar di ingatan saya, saat liburan sekolah berkunjung ke Denpasar dan Badung dengan menumpang bus dari Negara, Jembrana, Bali wilayah barat, menuju terminal Ubung, Denpasar dan selanjutnya menuju terminal Tegal. Dari sana saya menaiki bemo menuju Tuban, dekat bandara Ngurah Rai, untuk kemudian berkunjung ke rumah seorang kakak di wilayah tersebut.

Sistem transportasi yang bisa dibilang telah terintegrasi tersebut sayangnya tidak dipertahankan oleh pemerintah lokal. “Serbuan” kendaraan pribadi baik mobil dan sepeda motor yang konon menjadi pemasukan besar pajak pendapatan daerah, pelan-pelan menggeser kebiasaan warga yang dulunya biasa berpergian dengan transportasi publik menjadi memilih terutama sepeda motor, membuat jalanan bertambah macet dari tahun ke tahun.

Terminal makin sepi dan berubah fungsi. Sopir “bemo” kehilangan mata pencaharian. Belum ada kebijakan yang memihak mereka. Ada sopir yang bertahan, ada  yang tidak lagi menjadi sopir.

Kemacetan lalu lintas yang diakibatkan salah satunya oleh jumlah kendaraan pribadi yang melampaui batas, bisa membuat Bali akan ditinggalkan oleh wisatawan. Siapa yang mau terjebak kemacetan ketika menuju obyek wisata misalnya dengan bus pariwisata, yang awalnya bersemangat menjadi hilang semangat dan bahkan “tersiksa” berlama-lama di jalan? Hal ini tentu perlu dicarikan solusi segera, tidak hanya dengan program pembuatan jalan baru, seperti dalam kampanye pada Pilkada Bali beberapa waktu lalu.

Lalu-lintas di Canggu | Foto: Angga Wijaya

Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Bali akan tidak berdampak apa-apa jika kesadaran dan kebanggaan juga “budaya” naik transportasi publik tak ada. MRT akan “jalan” sendiri sementara warga tetap akan memilih sepeda motor dan mobil untuk bepergian sehari-hari, sehingga kemacetan menjadi pemandangan rutin, yang tentu bisa berdampak pada kesehatan mental masyarakat karena merasakan tekanan atau stres di jalan raya. Belum lagi, angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas terutama sepeda motor sangat tinggi di Bali.

Jika ingin melihat masa depan Bali, lihatlah Canggu saat ini. Pariwisata budaya yang pernah menjadi “jargon” dan dengan bangga disampaikan para pejabat, kini menemui tantangan yang tidak mudah. Dari mana kita mesti mengurai “semrawut”-nya Bali sekarang? Entahlah, saya selaku orang Bali yang juga “perantau” merasa tidak mampu menjawabnya.

Hal yang pasti, dialog antarpemangku kebijakan perlu lebih banyak dilakukan. Bali tidak butuh lagi banyak retorika di-“awang-awang”, namun aksi nyata untuk mencari solusi permasalahan yang menggelayuti Pulau Dewata, sebagai “rumah bersama” di mana penduduknya makin beragam baik dari suku, agama, maupun ras.

Canggu pun sebenarnya bisa dijadikan “laboratorium” tempat siswa, mahasiswa, akademisi, dan para peneliti terutama bidang sosial dan budaya untuk mencari “formula” atau kajian tentang apa dan bagaimana pengelolaan Bali yang tepat dan baik, pada masa sekarang dan masa depan.

Berkendara di Canggu bisa menjadi awal baik untuk “merasakan” apa yang menjadi kendala dan tantangan Bali, baik itu pariwisata, alih fungsi lahan, demografi, dan lain sebagainya.[T]

Canggu dan Hal-hal yang Patut Direnungkan
Dari Canggu Bali menuju Canggu Mojokerta
Berdamai Dengan Perubahan di Bali (dan dari Bali)
Sampah adalah Musuh Keindahan Bali
Menguatnya Kontrol Global dan Melemahnya Kontrol Lokal atas Lahan-lahan di Bali
Tags: BadungbaliDesa CangguKuta Utarapariwisata bali
Previous Post

Dunia Tanpa Ampun: Ketika Jejak Digital Menghakimi Anda

Next Post

Tumpek Uye: Memuliakan Hewan, Merawat Keharmonisan

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Dodol Satuh : Memaknai Lebih Dalam Hari Suci Galungan

Tumpek Uye: Memuliakan Hewan, Merawat Keharmonisan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co