DESA Kedisan, Bangli, menginisiasi kegiatan lingkungan Yowana Kramabudaya dengan tajuk “Membangun Karakter Anak-Anak dalam Menjaga Lingkungan dan Melestarikan Budaya”, Senin (9/12/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari Aktivasi Penguatan Ekosistem Kebudayaan di Desa-Desa Kawasan Warisan Dunia Subak (Pura Ulun Danu Batur-DAS Pakerisan) di desa setempat.
Sebagai fasilitator kegiatan tersebut, I Ketut Eriadi Ariana menyebut program yang diinisiasi Desa Kedisan ini merupakan kegiatan yang berbasis nilai-nilai Tri Hita Karana dan bertujuan membangun karakter generasi muda yang peduli lingkungan, melestarikan tradisi, dan memupuk hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.
“Kegiatan ini melibatkan siswa-siswi sekolah dasar dalam berbagai aktivitas seperti penebaran benih ikan, penuangan ekoenzim untuk mengurangi pencemaran Danau Batur, penanaman pohon, serta pembersihan sampah plastik,” jelasnya.
Aktivitas ini, kata Eriadi, yang juga Jero Penyarikan Duuran Batur, tidak hanya mengajarkan anak-anak menjaga lingkungan tetapi juga melestarikan tradisi budaya, seperti gotong royong.
Dengan melibatkan berbagai pihak, seperti tokoh masyarakat, perangkat desa, instansi terkait, dan siswa sekolah dasar, Yowana Kramabudaya, kata dia, dapat menjadi model pemberdayaan yang menyeluruh.
“Dampak positif dari program ini diharapkan terlihat pada peningkatan kesadaran lingkungan, pelestarian tradisi, serta peningkatan kesejahteraan melalui hasil pertanian dan perikanan yang lebih baik,” tambahnya.
Sementara itu, Daya Desa Kedisan, I Nyoman Narsa, mengatakan kegiatan aktivasi penguatan ekosistem kebudayaan yang dilakukan di desanya bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya lingkungan, khususnya danau, bagi kehidupan budaya.
“Budaya itu kan tidak harus menari atau magambel, atau makidung, tetapi juga etika. Nah, etika lingkungan itulah yang ingin kita tanamkan ke anak-anak, bahwa danau itu penting, harus dijaga dari sampah dan lainnya,” kata dia.
Ia menjelaskan, pihaknya secara sengaja menyasar anak-anak SD sebagai objek sasaran. Harapannya, ketika anak-anak punya pengalaman mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan, akan tumbuh rasa cinta lingkungan. Gagasan itu semakin ditegaskan melalui kegiatan menulis bersama yang dilakukan oleh anak-anak.
“Dengan demikian, anak-anak dapat dua manfaat, yakni budaya literasi dan budaya cinta lingkungan, sehingga mereka nanti ada kesadaran bahwa mereka yang hidup di tepi danau itu bagian penting lo dalam pelestarian subak, bahwa danau itu bukan hanya tempat ikan hidup, tetapi juga sumber kebudayaan desanya,” tambah Narsa.[T]
Editor: Jaswanto