30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mendefinisikan Ulang Makna Toleransi Melalui Perspektif Cinta Erich Fromm

Nur Fitriani RamadhanibyNur Fitriani Ramadhani
November 16, 2024
inEsai
Mendefinisikan Ulang Makna Toleransi Melalui Perspektif Cinta Erich Fromm

Ilustrasi tatkala.co | Diolah dari Canva

INDONESIA darurat intoleransi. Setara Institute mencatat tren kenaikan kasus intoleransi yang banyak menyasar kaum minoritas, mulai dari perusakan fasilitas ibadah, pelarangan pendirian rumah ibadah, hingga aktivitas yang menghalangi sekelompok orang untuk menjalankan ibadahnya secara bebas.

Belum lagi, perkembangan sosial media secara komprehensif dapat menjadi tempat bagi segelintir orang untuk menyebarkan bibit intoleransi dengan dalih kebebasan berpendapat. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan tren politik beberapa bulan terakhir yang disebabkan oleh Pemilu dan Pilkada. Tren ini menciptakan iklim yang rawan terjadinya represi dari kelompok mayoritas terhadap minoritas dengan cara menyebarkan narasi yang bersifat intoleran.

Hal ini tentunya menjadi iklim yang buruk bagi perkembangan toleransi di Indonesia yang masih mencari jati dirinya. Kita akhirnya sampai di tahap yang genting untuk merefleksikan kembali, apakah toleransi yang kita jalani saat ini, sudah sesuai dengan toleransi yang telah kita cita-citakan sejak kemerdekaan, bahkan sejak zaman Kerajaan Majapahit?

Membedah Konsep Toleransi yang Kita Pahami: Benarkah Kita telah Bertoleransi?

Sebagian besar dari kita merasa telah bertoleransi, karena telah hidup berdampingan dengan berbagai kelompok etnis, suku, hingga agama yang berbeda sejak dulu. Namun, Benarkah jika toleransi hanya sekadar hidup berdampingan?

Toleransi tidak hanya dimaknai secara fisik, namun juga pikiran. Jika kita telah lama hidup berdampingan tetapi di kepala masih banyak stigma dan keraguan atas orang-orang di sekitar kita yang berbeda keyakinan, suku, hingga pilihan politik. Maka kita patut mempertanyakan toleransi yang kita jalani.

Tahun politik menjadi bukti, betapa masyarakat kita begitu rentan terhadap tindakan intoleransi atas asumsi tidak berdasar yang dihembuskan oleh pihak tertentu. Kita bisa melihat betapa banyak kasus di mana pendukung para paslon saling menyerang atas dasar perbedaan pilihan politik. Seolah mereka tidak pernah hidup di bawah kolong langit yang sama. Belum lagi, beberapa pihak menggunakan kerentanan ini untuk menggaet suara mayoritas. Hal ini menambah daftar panjang pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan untuk menangani kesenjangan kelompok mayoritas dan minoritas di Indonesia.

Sebuah Jalan yang Jauh Menuju Penyatuan

Ketidaksadaran kita akan kerentanan intoleransi yang terjadi menjadi jalan yang jauh untuk mencapai toleransi yang telah kita cita-citakan. Menurut Erich Fromm dalam bukunya yang berjudul “The Art of Loving” bahwa cinta terhadap persaudaraan merupakan jenis cinta yang paling dasar bagi kemanusiaan. Jenis cinta yang mensyaratkan penyatuan dan kesetaraan seluruh lapisan yang ada di dalamnya.

Jika kita masih memandang bahwa mayoritas dan minoritas masih menjadi pembagian kasta terhadap hak kebebasan, maka kita berarti belum mencapai cinta persaudaraan. Sebagaimana yang kita tahu, cinta adalah dasar bagi toleransi. Cinta persaudaraan dapat terjadi ketika kita menaruh rasa hormat, kesetaraan, perhatian dan tanggung jawab atas pertumbuhan seluruh umat manusia, termasuk kelompok yang berbeda dari kita.

Namun, jika becermin dari makna tersebut, kita belum menggunakan dasar cinta terhadap toleransi yang kita bangun. Kita hanya sekadar hidup berdampingan, namun bisa jadi tidak pernah saling berinteraksi. Kita tidak memberikan perhatian hanya karena prasangka yang membatasi kita dengan orang yang kita anggap berbeda. Kita menganggap orang tersebut adalah makhluk asing yang dapat memengaruhi keyakinan kita, bahkan kita menganggap bahwa memberikan tempat yang setara kepada mereka, artinya kita akan kehilangan banyak prestise dan hak hidup.

Jika kita masih bergelut dengan isi kepala kita sendiri dan terus memelihara prasangka, maka toleransi yang kita bangun ibaratnya dua saudara yang tinggal di rumah yang sama, tetapi tidak pernah saling memperhatikan pertumbuhan satu sama lain, bahkan cenderung saling mencurigai. Sampai kapan kita akan hidup di dalam kewaspadaan yang demikian sia-sia? Kita hanya akan mudah diadu domba ketika hidup dalam kebencian dan kewaspadaan satu sama lain.

Meletakkan Cinta dalam Menumbuhkan Toleransi

Erich Fromm menyampaikan bahwa ada empat unsur yang perlu dimiliki ketika kita membangun cinta, termasuk cinta terhadap persaudaraan. Empat unsur itu adalah perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika kita menempatkannya dalam kehidupan toleransi yang kita cita-citakan, maka pengejawantahannya akan menjadi demikian:

Pertama, kita telah bertoleransi jika kita saling menaruh perhatian satu sama lain. Bisa dari perkembangan kehidupan hingga masalah-masalah yang dihadapi. Misalnya, jika kita menemukan seseorang dari suku yang berbeda tidak mampu beradaptasi di tempat tinggal kita, kita dapat membantunya dengan jalan memberikan kenyamanan dalam berinteraksi, sekaligus akses dan pengetahuan agar dia dapat beradaptasi dengan baik di sekitar kita.

Kedua, kita telah bertoleransi jika kita memiliki rasa tanggung jawab untuk memberikan hak kebebasan bagi setiap orang, termasuk orang yang berbeda dari kita. Misalnya, jika kita melihat suatu bentuk ketidakadilan terhadap orang yang berbeda agama dari kita, kita bisa bertanggung jawab untuk membela orang tersebut agar memperoleh keadilan yang sesuai haknya. Karena dalam agama apa pun, keadilan merupakan salah satu nilai yang dipegang teguh.

Ketiga, kita telah bertoleransi jika kita menaruh rasa hormat terhadap segala perbedaan. Kita memandang setiap perbedaan sebagai bagian dari keunikan dan kekhasan yang dihadirkan kehidupan. Sehingga, segala tindakan yang menganggap perbedaan sebagai sebuah ancaman adalah tindakan yang mencabut manusia dari hakikatnya sebagai makhluk yang beragam.

Keempat, kita telah bertoleransi jika kita memahami dan menerima segala perbedaan sebagaimana adanya. Bukankah sebagian besar rasa takut dimulai dari ketidaktahuan. Sehingga dengan memahami perbedaan yang ada di sekitar kita sebagai usaha memahami dasar kehidupan orang lain, dapat menciptakan toleransi yang berorientasi damai.

Penutup:

Dengan demikian, merefleksikan dan mempertanyakan kembali makna toleransi dapat membawa kita pada kesadaran bahwa toleransi tidak hanya sekadar hidup berdampingan, namun juga bertumbuh dan berkembang bersama agar dapat mencapai potensi yang maksimal bagi kepentingan hidup bersama. Karena kita selayaknya tiang-tiang yang saling berkaitan agar dapat berdiri kokoh, sehingga runtuhnya satu tiang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memulihkannya.

Maka dari itu, dengan memahami empat elemen cinta dari Erich Fromm kita dapat menciptakan sebuah makna toleransi yang berorientasi pada kedamaian, sebagaimana yang kita cita-citakan, dan dampak dari toleransi yang dibangun di atas rasa cinta adalah penyatuan umat manusia yang dapat menghindarkan dari rasa keterasingan satu sama lain.

Sumber:

Erich Fromm. (2020). The Art of Loving, Memaknai Hakikat Cinta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

VOA Indonesia. (2023, 01 Februari). Setara Institute: 50 Rumah Ibadah Diganggu Sepanjang 2022, Jawa Timur Paling Intoleran. Diakses pada 12 November 2024, dari https://www.voaindonesia.com/a/setara-institute-50-rumah-ibadah-diganggu-sepanjang-2022-jawa-timur-paling-intoleran/6941621.html

Pesan Toleransi dari Dapur dan Toilet Umum
Film Pendek “Putu, Berbeda Tetap Keluarga”: Merawat Tradisi, Menjunjung Toleransi
Suqi Bless Si Rapper Desa, Bersama Gede Yudi Atmika Ngerap dalam Lagu Toleransi
Menemukan Cerita Toleransi di Puncak Gunung Tapak | Catatan Pendakian Sispala SMAN 1 Singaraja
Memantik Kesadaran Berbangsa Melalui Buku “Bumi Manusia”
Tags: Erich Frommfilosofifilsafattoleransi
Previous Post

Ikan Bakar Komel Pengambengan: Kelezatan di Balik Kesederhanaan

Next Post

Museum Made Sukanta Wahyu, Pelengkap Kesempurnaan Destinasi Budaya di Desa Aan

Nur Fitriani Ramadhani

Nur Fitriani Ramadhani

An Everlasting-Learner and A Life-Admirer. Pengagum kehidupan yang menggunakan tulisan untuk mengabadikan momen-momen bersama kehidupan dan Pecinta buku yang menggunakan tulisan orang lain untuk terus belajar. Memiliki anak-anak pemikiran di apieceoflifey.blogspot.com.

Next Post
Museum Made Sukanta Wahyu, Pelengkap Kesempurnaan Destinasi Budaya di Desa Aan

Museum Made Sukanta Wahyu, Pelengkap Kesempurnaan Destinasi Budaya di Desa Aan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co