8 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Saya Emerging Writer UWRF 2024, Namun Hidup Harus Tetap Berjalan: Sebuah Refleksi

Kurnia Gusti SawijibyKurnia Gusti Sawiji
November 1, 2024
inEsai
Saya Emerging Writer UWRF 2024, Namun Hidup Harus Tetap Berjalan: Sebuah Refleksi

Penulis (Kurnia Gusti Sawiji), di tengah bersama Dicky Senda (kiri) dan Mega Anindyawati (kanan).

PUKUL setengah dua, Waktu Indonesia Barat; saya baru saja selesai makan siang, dan sebuah nomor tak dikenal memanggil. Waktu itu April, 2024, dan panggilan penipuan pinjol sedang marak di Tangerang. Lantas, nomor itu pun saya abaikan. Sekali, dua kali. Hening. Tiba-tiba, WhatsApp berbunyi. Untuk ukuran penipuan pinjol, si pelaku pasti terlampau yakin dengan kemampuannya sampai begitu ngototnya menghubungi saya, atau bisa saja terlampau bebal lantaran berpikir saya pasti bisa tertipu.

Hebatnya lagi, melalui pesan WhatsApp si pelaku lantas memperkenalkan diri sebagai Gustra Adnyana, mewakili manajemen Ubud Writers and Readers Festival, sembari mengesahkan orisinalitas salah satu cerpen saya yang dikirimkan ke seleksi emerging writer UWRF 2024, seleksi yang selalu ditunggu-tunggu kabarnya oleh banyak penulis muda itu. Dalam kulit kacang, kira-kira begitulah awal mula cerita bagaimana saya bangun pagi setiap hari sebagai seorang emerging writer UWRF 2024.

Bagi saya menulis adalah sebuah hobi. Dari dulu begitu; bahkan setelah menerbitkan novel perdana di tahun 2018, dan kumpulan cerpen perdana di tahun 2022. Saya adalah contoh buruk seorang penulis muda masa kini: tidak konsisten mengirim cerpen medioker ke media massa, jarang memperbarui media sosial, hanya memiliki kawan terbatas di lingkar kepenulisan, dan teladan-teladan buruk lainnya.

Secara kualitas, jelas saya tidak ada seujung kuku senior-senior emerging writer lain seperti Faisal Oddang, Juli Sastrawan, Andina Dwifatma, atau lainnya. Sehingga sampai ke saat saya menulis refleksi ini, saya masih separuh yakin dengan predikit bergengsi itu.

Tentu saya tidak perlu menjabarkan lagi makna predikat emerging writer UWRF bagi penulis muda. Dalam tahun ke-21 penyelenggaraan salah satu festival sastra terbesar di Asia Tenggara itu, daya tarik program emerging writer masih luar biasa besar; kesempatan bertemu penulis dan sastrawan kawakan, menghadiri sesi panel, pementasan, dan pameran dalam kemeriahan, merupakan sebagian kecil dari privilese bagi para emerging writer.

Bagi saya pribadi, momen ini merupakan kesempatan saya merasakan bagaimana menjadi “penulis betulan”, alih-alih “penulis partikelir” seperti sekarang.

Pada tanggal 22 Oktober, saya dan Ade Mulyono, salah satu emerging writer yang kebetulan berangkat sama-sama dari Bandara Soekarno Hatta ke Denpasar pukul setengah empat sore—harusnya pukul setengah dua belas, tetapi ada insiden yang saya pikir tidak perlu diceritakan. Sampai di Bali pukul setengah tujuh, dan sampai di penginapan pukul setengah sembilan malam.

Kami beristirahat dan bercengkerama bersama emerging writer lainnya yang satu penginapan dengan kami: Nanda Winar Sagita, Arif P. Putra, dan Arif Kurniawan keesokan harinya, sampai ke acara pembukaan dan makan malam di Casa Luna. Kegiatan mulai memadat di hari selanjutnya.

Pembukaan acara Ubud Writers and Readers Festival 2024 | Foto: Dok pribadi

Sesi foto bersama dengan kepala BSKAP Kemendikbud Anindito Aditomo (depan, keenam dari kanan) | Foto: Dok. pribadi

Di siang hari, kami menghadiri acara makan siang bersama perwakilan dewan kurator dan manajemen: Kak Juli dan Kak Gustra, penerjemah Ibu Pamela Allen, dan patron emerging writer Jonathan Rachman. Malamnya, kami dijamu oleh kepala BSKAP Kemendikbud, Bapak Anindito Aditomo dan istri, Ibu Ade Kumala Sari.

Dalam pertemuan itu, saya yang kebetulan seorang guru berkesempatan “membombardir” pertanyaan: tentang pendidikan, sastra, dan peran kami penulis muda di dalam keduanya. Jawaban dari beliau, sebagaimana pejabat pada umumnya, penuh wacana dan janji, dan tidak banyak yang bisa saya lakukan selain membiarkan waktu membuktikannya.

Oh, setelah makan siang bersama pemangku kepentingan yayasan penyelenggara UWRF, saya dan salah satu emerging writer, Fitriya Ningrum, berpetualang ke Taman Baca guna bertemu dengan Sal Priadi, yang sedang memberikan panel tentang albumnya, Markers and Such Pens Flashdisks. Beruntung, kami bisa bertemu beliau setelah panel selesai.

Sal Priadi berbicara kepada kami dengan begitu santai, seolah kami tidak sedang bicara dengan seorang selebritas. Dia turut menyatakan bahwa para pengkarya muda harus berani menemukan identitasnya sendiri untuk eksis—sebuah nasihat yang akan muncul di dalam pikiran saya di kemudian hari.

Tanggal 25 dan 26 Oktober, saya tidak ada agenda khusus dan memilih berkeliling di Taman Baca, mengunjungi panel-panel. Saya mendapatkan kesempatan emas menghadiri sesi oleh Pak Seno Gumira Ajidarma di tanggal 25 (dan berfoto bersama beliau plus kumcer saya), dan Kak Andina Dwifatma di tanggal 26. Sejak awal pertemuan saya dan Kak Andina di Casa Luna dalam jamuan bersama Pak Anindito, beliau menyampaikan dukungannya yang kuat terhadap koeksistensi sastra dan pendidikan.

Tanggal 27, yang merupakan hari terakhir festival, merupakan jadwal sesi panel saya. Bersama rekan emerging writer Mega Anindyawati, penulis Racun Puan Bu Ni Nyoman Ayu Suciartini, Dicky Senda, dan moderator Bu Desi Nurani, saya berdiskusi dan berbagi tentang apa yang mendasari keinginan saya menulis, dan apa yang saya coba ekspresikan dalam dunia kepenulisan.

Sorenya, seluruh emerging writer menghadiri program anthology launching, peluncuran buku antologi dwibahasa (Inggris dan Indonesia) cerpen-cerpen kami. Pada waktu itulah, pertanyaan itu muncul begitu saja dalam pikiran saya: besok, ketika saya pulang, apa yang akan saya lakukan?

Bagi saya menulis adalah sebuah hobi. Dari dulu begitu; bahkan setelah menerbitkan novel perdana di tahun 2018, dan kumpulan cerpen perdana di tahun 2022. Saya adalah contoh buruk seorang penulis muda masa kini. Arus hidup begitu kencang, dan kenangan begitu mudah terseret dan hanyut sebagai remah.

Dalam 5 hari ini saya merasakan apa yang tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Tetapi hidup harus tetap berjalan. Saya pulang, tidur, dan kembali menjadi seorang guru keesokan harinya: menjadi diri saya sebelum menjadi emerging writer.

Sesi foto bersama dengan kepala BSKAP Kemendikbud Anindito Aditomo (depan, keenam dari kanan). | Foto: Dok. pribadi

Foto bersama dalam sesi festival anthology launching, peluncuran buku antologi dwibahasa 10 emerging writers UWRF 2024 | Foto: Dok. pribadi

Program emerging writer sudah banyak menghasilkan banyak penulis berjaya; namun tidak sedikit pula yang ditelan oleh arus hidup, dan akhirnya berhenti menulis. Tidak semua emerging writer berhasil menjadi Faisal Oddang, atau Norman Erikson Pasaribu, atau Dea Anugrah. Dalam derasnya arus hidup dan batu-batuan bernama takdir dan nasib, tidak menutup kemungkinan apa yang saya rasakan dalam 5 hari ini hanya akan menjadi sebuah kenangan manis, dan saya tidak berubah.

Dan saya pikir di sinilah perkataan Sal Priadi menjadi bermakna: untuk menentukan identitas, dan pentingnya itu bagi mereka yang berkarya. Sebuah obrolan dengan Faisal Oddang di malam hari juga membuka pemahaman baru buat saya tentang emerging writers: bahwa esensi dalam festival sastra sebesar UWRF boleh jadi tidak terletak pada sesi panel, pementasan, atau pameran-pamerannya, melainkan dalam relasi yang kita buat. Memberikan kesan yang baik, berkenalan dengan orang-orang yang tepat dalam dunia kepenulisan, atau sekadar obrolan yang menimbulkan gagasan-gagasan.

Satu hal saya pasti: tentu saya akan tetap menulis. Bisa jadi tetap sebagai hobi, atau lebih serius dari sekadar hobi, atau apalah. Mengutip Pak Seno: kebetulan, untuk berekspresi, mungkin hanya menulislah yang bisa saya lakukan. Dan itulah yang akan saya lakukan. Terus-menerus. [T]

Tangerang, Oktober 2024

Soesilo Toer, 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, dan Cerita Tak Biasa di UWRF 2024
Berawal dari Musik, Puisi, Lalu Puisi-Musik: Perjumpaan Pertama dengan Tan Lioe Ie
Haru Menguar dengan Tetes atau Tanpa Tetes Air Mata : Dari Pemutaran Film Eksil di UWRF 2024
Bertemu Dee Lestari di UWRF 2024, Bertemu “Tanpa Rencana”, Sebuah Karya yang Jujur
Tags: apresiasi sastraUbudUWRF 2024
Previous Post

Pameran Seni Rupa di Tengah Sawah: “Creating New Climate Resilent and Inclusive Cities”

Next Post

Tukik Kehujanan di Pantai Penimbangan: Atap Penangkaran Diterbangkan Angin yang Kencang Sekali

Kurnia Gusti Sawiji

Kurnia Gusti Sawiji

Guru dan penulis kelahiran Tangerang. Sebagai salah satu dari 10 emerging writer dalam Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2024, Kurnia berkontribusi dalam proyek pameran daring Emerging Writers Festival (EWF) Australia 2024 dengan monolog berjudul A Dust’s Soliloquy (Nyanyian Sunyi Sebutir Debu). Karya solonya yang sudah terbit adalah novel Tanah Seberang (Buku Mojok, 2018) dan kumpulan cerpen Dongeng Pengantar Kiamat (Unsa Press, 2022). Selain itu, cerpen dan esainya telah dimuat di beberapa media seperti Mojok, Suara Merdeka, dan Kompas. Dapat diikuti di media sosial Instagram: @kurnigs.

Next Post
Tukik Kehujanan di Pantai Penimbangan: Atap Penangkaran Diterbangkan Angin yang Kencang Sekali

Tukik Kehujanan di Pantai Penimbangan: Atap Penangkaran Diterbangkan Angin yang Kencang Sekali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co